Muhammad Adhim berjalan terhuyung-huyung. Kakiknya agak lemas karena dipakai memecah rekor beep test di Honda DBL Camp 2019. Meski baru hari pertama, ia sudah mengerahkan seluruh kemampuannya di lantai DBL Academy, Surabaya, Selasa 12 November 2019.

Pada hari berikutnya, Adhim tidak mengendur. Ia terus berusaha unjuk gigi. Sebab, punya tekad untuk menjadi pemain Honda DBL All-Star 2019. Itu sudah menjadi mimpinya.

Siswa kelas 12 SMAN 16 Surabaya tersebut lantas lolos ke 50 besar. Ia menyingkirkan ratusan camper agar bisa melangkah ke fase selanjutnya. Adhim kini membutuhkan beberapa langkah lagi untuk menjadi All-Star. Rekor beep test bagai permulaan.

Saya sempat menemui Adhim di sela-sela latihan. Ia tampa kelelahan, tetapi masih mau meluangkan waktunya. Kami berbincang-bincang sebentar.

Dhim, apa yang kamu rasakan ketika memecah rekor beep test? Dari 139 lap ke 140 lap.

Capek, Mas, capek banget. Waktu lari saya merasa harus memecahkan rekor tahun lalu.

Berarti kamu tahu rekor tahun lalu?

Saya sudah tahu sejak tahun lalu. Tahun ini saya memang berniat memecah rekor itu.

Begitu dilakukan ternyata benar bisa, ya?

Benar bisa, Mas. Cuma capek juga. Terasa pas lap terakhir. Pengen menyerah rasanya. Kaki sampai lemas.   

Oh iya, tadi sempoyongan sampai harus dibantu jalan. Sempat mau menyerah kenapa, sih?

Saya hampir mau menyerah karena capek tadi. Cuma terpacu karena ingat motivasi buat memecahkan rekor. Sempat berpikir juga, “Duh, ini kapan selesainya?” Ternyata selesai juga. Dalam hati, “Ndang mari! Ndang mari!” (Ayo, cepat selesai!) Saya, loh, sudah capek banget, Mas.

Tidak takut kehabisan energi buat hari-hari berikutnya?

Tidak, sih. Setelah latihan, ada waktu istirahat. Semestinya, sih, cukup buat isi ulang. Istilahnya nge-charge badan.

Apa lagi yang mesti dipersiapkan?

Sudah sampai di sini, fisik memang berpengaruh. Namun, mental justru paling berpengaruh. Saya persiapkan mental buat jalani ini sampai akhir.

Hasil apa yang kamu inginkan?

All-Star, Mas. Siapa yang tidak mau All-Star? Bisa ke Amerika.

Seandainya gagal pun kamu bisa dapat banyak ilmu. Sepenting apa kamp ini buat kamu?

Penting banget. Ini tahun pertama dan terakhir saya di DBL Camp. Saya ingin menutupnya dengan sesuatu yang berharga gitu, Mas. All-Star, kan, ibarat akhir dari perjuangan di sini.

 

Kamu sendiri sudah bermain basket sejak lama?

Lumayan, dari SD kelas lima. Sekitar itulah. Sampai sekarang main terus.

Setelah ini masih mau main basket?

Masih, kemungkinan gitu. Cuma belum tahu juga. Saya rasa, sih, masih. Sayang, sudah sampai sini.

Omong-omong, di kamp tahun ini banyak orang datang dari berbagai daerah. Jago-jago pula. Minder tidak?

Lumayan, tapi tetap harus termotivasi supaya tidak kalah saja. Saya tahu mereka hebat-hebat, Mas. Saya harus kasih yang lebih baik dari ini. Makanya, begitu saya mau menyerah di beep test, saya lari terus. Akhirnya beda satu sama rekor tahun lalu.

Saya juga senang di sini. Bisa ketemu sama teman-teman baru. Kenalan sama orang-orang baru. Mudah-mudahan bisa sharing juga nanti. Biar jalani ini sama-sama.

Kira-kira apa yang bakal jadi kunci suksesmu di sini?

Kerja keras saja. Itu kunci keberhasilan tiap orang sukses. Saya juga ingin begitu. Dicoba dulu sampai akhir.    

Oke, kalau gitu, semoga sukses! Selamat berjuang lagi. Terima kasih sudah mau diganggu bentar. Kembali ke ruangan, ya.

Iya, Mas, sama-sama.

Foto: Dika Kawengian/DBL Indonesia

Komentar