Final Honda DBL DKI Jakarta Series 2019 memang telah berlalu sekitar seminggu yang lalu, tapi saya masih ingat betul keseruan partai putra. Juara betahan, SMA Bukit Sion Jakarta berhadapan dengan SMAN 71 Jakarta, wakil dari Jakarta Timur. Pertandingan berlangsung sengit sejak awal dan setiap tim seolah punya momentum tersendiri di mana mereka seolah akan memenangkan pertandingan.
Namun, Buksi (sebutan SMA Bukit Sion Jakarta) rasanya sangat beruntung memiliki Nicholas Davin Godjali. Bermain sebagai forwarda, pemain yang akrab disapa Davin ini mencetak tujuh poin beruntun di akhir-akhir kuarter empat yang membuat angin pertandingan kembali berada di arah Buksi dan menutup gim dengan kemenangan 62-59.
Tujuh poin di kuarter empat tersebut melengkapi performa 25 poin dan 8 rebound Davin di partai final. Secara keseluruhan penampilan Davin di Honda DBL 2019, ia mengemas 133 poin, 31 rebound, dan 11 steal dari 9 gim. Secara akurasi, ia juga bisa dibilang cukup baik dengan memasukkan 43,2 persen tembakan keseluruhan (FG%) dan 48,1 persen dari area tripoin.
Catatan-catatan apik itu pula yang rasanya membawa gelar MVP jatuh kepadanya. Ya, tepat sebelum gim final melawan SMAN 71, Davin lebih dulu diumumkan mendapatkan gelar MVP dan masuk dalam skuat First Team yang akan mengikuti DBL Camp di Surabaya, 12-16 November 2019. Malam yang lengkap untuknya.
Seusai gim, dengan wajah berbinar dan nada bahagia, kami berbincang dengan Davin. Masih dengan kaus juaranya dan beberapa bagian confetti yang menempel, Davin menjawab pertanyaan berikut.
Halo Davin, selamat atas gelar MVP dan juaranya. Bagaimana pendapat kamu tentang gim tadi?
Terima kasih Kak. Waduh, kalau bicara gim bisa dibilang ini gim paling seru selama ini. Ini baru yang dinamakan partai final.
Tujuh poin beruntun di akhir kuarter empat, clutch! Apa yang kamu pikirkan saat melakukan hal tersebut?
Saya cuma ga mau kami kalah. Entah bagaimana caranya, kami harus mengejar ketinggalan dan mempertahankan gelar juara.
Apa kunci kemenangan Buksi menurut kamu? Terutama kebangkitan di kuarter akhir.
Tim pelatih selalu mengingatkan kita untuk defense lebih bagus dan lebih tenang di lapangan. Terus kita jangan egois, ingat tujuan tim ini dan lebih banyak bagi bola ke rekan satu tim.
Bicara MVP, persaingan di Jakarta ini bisa dibilang berat. Sebelum pengumuman, saya dengar beberapa prediksi berbeda dari banyak orang, termasuk nama kamu di dalamnya. Kamu sendiri bagaimana menilai persaingan MVP ini?
Fokus saya adalah jalanin semua yang diminta pelatih, saya tidak fokus untuk meraih gelar pribadi, main bagus dan stabil. Waktu pemanggilan tadi, saya sangat terkejut dan bersyukur bisa jadi MVP. Namun, lengkapnya semua ini karena Buksi bisa jadi juara lagi, back to back!
Buksi bisa dibilang tim terkuat di gelaran Honda DBL DKI Jakarta di dua musim terakhir. Selain partai final ini, kalian nyaris selalu menang besar. Menurut kamu apa yang bisa membuat Buksi sekuat ini?
Semangat juang kami itu selalu tinggi. Selama latihan, yang ada di kepala kami dan juga terus kami bicarakan adalah untuk menjadi juara di Honda DBL DKI Jakarta. Latihan kami juga cukup keras jelang main di sini, semua pemain mau bekerja keras untuk menjadi seperti sekarang.
Bicara latihan, bagaimana pendapat kamu tentang Kepala Pelatih Buksi, Jap Ricky?
Orangnya keras. Saya rasa hampir semua orang tahu bahwa dia memang sangat keras kepada para pemainnya, tapi memang hasilnya ada. Kerasnya dia juga lama-lama membuat kami semangat dan akhirnya bisa meraih gelar ini.
Saya kan lihat cuma waktu pertandingan, memangnya Coach Ricky juga sekeras in waktu latihan?
Iya, sama! Di lapangan dan di latihan, Coach Ricky memang selalu seperti ini.
Bergeser bicara karier basket, kamu mulai main basket kapan?
Mulai main basket saya kelas tujuh, baru pas menginjak SMP main basket.
Wah, hitungannya masih tidak terlalu lama ya. Proses perkenalan dengan basket seperti apa?
Saya main basket karena dikenalkan oleh Koko (kakak laki-laki). Dulu pas SD, saya mainnya bulu tangkis dan futsal. Tetapi, Koko waktu SMP main basket, jadi saya diajak main dan akhirnya sampai sekarang.
Mau main basket sampai kapan Vin?
Kalau sekarang, saya bisa bilang sampai di sini saja. Saya ingin fokus untuk masuk kuliah.
Misalnya, ada tawaran untuk kuliah lewat beasiswa basket dengan segala prestasi kamu ini bagaimana?
Saya tidak memikirkan ini sih. Saya sendiri sudah punya rencana untuk kuliah di Kanada.
Oh, sudah ada rencana seperti itu. Ambil jurusan apa?
Iya sudah ada, ambil jurusan computer science.
Kenapa Kanada?
Karena negaranya enak dan dari pandangan saya, saya bisa cocok di sana.
Ada keluarga di sana?
Dulu Koko saya di sana, tapi sekarang sudah balik ke Indonesia. Tidak ada keluarga di sana.
Berarti basketnya memang ingin berhenti setelah SMA ini?
Ya, bisa dibilang seperti itu. Ya kalau main-main sama teman pasti masih, kalau untuk serius seperti sekarang rasanya tidak.
Terakhir, cita-cita kamu apa? Apalagi kamu sudah menentukan jurusan yang kamu ambil seperti sekarang.
Cita-cita saya ingin bikin inovasi baru yang bisa membangun Indonesia dari ilmu yang saya dapat di sana. Saya ingin membangun Indonesia lebih bagus dan lebih maju lagi.
Asli ini keren, semoga semua rencana berjalan lancar ya Vin! Terima kasih waktunya, sampai bertemu di Surabaya!
Siap, terima kasih Kak, sampai ketemu!
Foto: Dika Kawengian, Mohamad Taufiq Hidayatullah