Tim putri SMAN 28 Jakarta berhasil mempertahankan gelar juara Honda DBL DKI Jakarta Series usai mengalahkan SMA 1 Penabur Jakarta 70-41 di partai puncak. Hasil ini membuat SMAN 28 menjadi tim kedua yang mampu memenangi dua gelar ketagori putri secara beruntun setelah SMAN 3 Jakarta (2013 & 2014).

Dalam kemenangan ini, tiga pemain SMAN 28 berhasil membukukan dua digit poin. MVP tahun lalu, Sophia Rebecca Adventa mencetak dobel-dobel 25 poin dan 11 rebound. Keisha Hasna menyusul dengan 17 poin dan 8 rebound sementara Odelia Talitakum Christabel juga mencetak dobel-dobel 14 poin dan 12 rebound.   

Di jeda pertandingan final dari gim putri ke putra, nama yang saya sebut terakhir dinobatkan sebagai Most Valuable Player untuk kategori putri. Total 124 poin, 104 rebound, 15 asis, 23 blok, dan 21 steal dalam 9 gim yang ia lalui menjadi salah satu faktor mengapa gelar ini jatuh kepada pemain yang akrab disapa Abel ini. Di sisi lain, permainannya yang tenang baik saat menyerang atau bertahan saya rasa juga menjadi faktor kuat lainnya.

Seusai penobatan tersebut, saya menghampiri Abel di area persiapan pemain. Masih lengkap dengan jaket MVP dan jersey First Team yang ia kenakan beberapa waktu sebelumnya, dara kelas 11 sih menjawab pertanyaan saya dengan sedikit terisak. Ya, Abel menyambut gelar MVP tersebut dengan tangis haru bahagia.

Halo Bel, pendapat tentang gim final dong. Menangnya jauh lagi ya?

Halo Kak. Kami bersyukur bisa mempertahankan gelar, intinya itu. Setiap gim sebenarnya sulit, tapi kami berhasil terus menjaga fokus di gim ini dan akhirnya berhasil menang.

Sekarang tentang MVP Bel. Kok kamu emosional sekali dengan gelar ini?

Ga nyangka sama sekali soalnya Kak. Banyak juga yang lebih bagus dari aku, terus aku juga baru comeback dari cedera dan baru main pertama kali di DBL tahun ini.  Apalagi di tim aku juga ada Sophi (Sophia Rebecca) yang juga jago banget. Ternyata aku yang dapat gelarnya, kaget banget aku.

Kamu cedera apa tahun lalu Bel?

Meniscus Kak.

Proses cederanya seperti apa dan bagaimana proses comeback kamu?

Beda sama pemain-pemain lain, aku cederanya bukan di gim. Aku bisa dibilang cedera karena terlalu banyak latihan (over practice). Suau hari, kakiku ngilu. Aku periksa ke terapis dan ternyata meniscus ku sudah robek. Setelah MRI, keputusannya harus operasi. Waktu itu aku udah kesel banget, kenapa kok bisa cedera seperti ini padahal kan udah tau kalau aku bakal berkarier di basket.

Setelahnya, mama sama papa berusaha menguatkan aku menghadapi proses penyembuhan. Aku juga lihat beberapa senior yang cederanya lebih parah, sampai dua lutut kena. Dari situ, aku yakin aku pasti bisa ngelewatin semua ini, Puji Tuhan semuanya karena bantuan Tuhan Yesus.

Kamu ngomong kalau sudah mengerti akan berkarier di basket. Bagaimana bisa kepikiran seperti itu?

Aku mulai basket dari SD. Waktu mau masuk SMP, aku denger kalau bisa masuk pake jalur prestasi dari basket. Akhirnya, aku ikut seleksi daerah dan sertifikat. Dari sana saya masuk SMP pakai sertifikat, masuk SMA pakai sertifikat, jadi aku udah yakin akan berkarier di basket.

Berarti mau lanjut sampai profesional?

Iya.

Di Indonesia?

Iya, kalau bisa di luar juga bersyukur, Aamiin.

Kalau seperti itu kamu sudah punya bayangan dong nanti di profesional seperti apa. Sejauh ini seberapa banyak hal yang kamu ketahui tentang basket profesional perempuan di Indonesia?

Kalau tentang profesional saya cukup mengikuti pergerakan di Indonesia. Aku pribadi tadinya berharap bisa bermain di Surabaya Fever. Tapi, kata mama kalau kuliah jangan di luar kota, di Jakarta aja. Padahal aku ingin banget nanti main di situ karena banyak pemain tim nasional di sana.

Kamu punya pemain idola Bel?

Punya.

Siapa?

Di mana dulu nih Kak? Indonesia atau  NBA?

Boleh disebutin semua.

Kalau NBA aku suka LeBron James. Dia kalau di lapangan kayak mau makan orang gitu. Julukannya bahkan King James, udah pasti kayak raja gitu mainnya. Kalau di Indonesia, yang cowok aku suka Jamarr Johnson. Kalau cewek, aku sukanya Gabriel Sophia.

Waktu saya ngobrol sama Sophia tentang kamu, Sophia bilang kalau kamu mainnya belum serius sejauh ini. Menurut kamu sendiri seperti apa?

Ya mungkin bisa dibilang begitu, tapi ada alasannya Kak. Aku dulu, pemain yang serius banget di lapangan, tapi jadinya permainanku justru ga bagus dan kayak kena pressure gitu. Aku juga sadar kok orang-orang sering ngomong,” Main jangan bercanda,” tapi ya kalau aku bawa serius nanti jadinya jelek banget.

Dulu, aku kalau satu attempt ga masuk pasti mainnya jadi berantakan. Jadi, sekarang aku berusaha enjoy menikmati gim. Tetapi, beneran deh, di balik gesture yang kelihatan seperti bercanda atau ga serius, aku sendiri masih ngerasa tegang kok dalam pertandingan.

Kamu kan main senter Bel. Tapi, dribble oke, passing oke, nembak juga lumayan. Proses kamu belajar seperti apa Bel? Kamu emang ingin seperti itu atau pelatih-pelatih kamu yang mengarahkan ke sana?

Tadinya, aku bukan pemain 4 atau 5 Kak (power forward dan center). Dulunya, aku lebih banyak main di posisi tiga karena aku juga belum setinggi sekarang. Terus, pas masuk SMP aku tumbuh tinggi lebih cepat jadi digeser ke posisi sekarang. Tapi, sekarang kalau main posisi lama juga masih oke.

Siapa orang paling berjasa di karier kamu selain orang tua?

Terapis aku, Simon Prasetyo. Dia bantu aku sepanjang perjalanan proses penyembuhan hingga bisa sampai di titik sekarang.

Kamu punya cita-cita lain ga di luar basket? atau sebenarnya emang sudah fokus di basket aja?

Kuliah, tapi kayaknya susah banget gitu.

Kenapa emang?

Aku ingin banget kuliah kriminologi di Universitas Indonesia, tapi aku tahu kalau aku ga begitu pintar di pelajaran dan kriminologi itu jurusan yang kampusnya terbatas. Jadi, kayaknya susah banget untuk masuk ke sana. Jadi sekarang fokus basket dan nanti biar Tuhan yang atur jalannya.

Kok bisa kriminologi? Faktor keluarga?

Engga, karena aku kalau nonton film suka yang mikir-mikir gitu Kak, yang menyelidiki gitu. Aku juga sering waktu nonton film sama teman-teman, aku bisa nebak jalan ceritanya gitu. Dari sana, menurutku kriminologi cocok buat aku hehe.

Jawaban yang menarik Bel! Terima kasih atas waktunya, sampai ketemu lagi!

Oke Kak, sampai ketemu lagi.

Foto: Dika Kawengian, Mohamad Taufiq Hidayatullah

 

Komentar