Aimee Francienne terpilih sebagai pemain Honda DBL All-Star 2018. Ia berkesempatan terbang ke Amerika Serikat pada awal 2019 ini. Aimee kemudian belajar banyak hal di sana.
Selepas menimba ilmu di Negeri Paman Sam, pemain tim putri SMAN 4 Yogyakarta (Patbhe) itu pulang dengan segudang pengalaman. Itu membuat pribadinya berubah. Ia jadi lebih percaya diri.
Sayangnya, ketika kepercayaan diri Aimee meningkat, timnya belum cukup kuat untuk menjadi juara Honda DBL D.I. Yogyakarta Series 2019. Patbhe tumbang di babak Fantastic Four. Aimee menyayangkan itu. Namun, tetap tegar karena tahu itu sudah kehendak Tuhan.
Selepas pertandingan, saya menyapa Aimee. Mengenalkan diri kepadanya dan meminta waktu untuk wawancara. Aimee bersedia diwawancarai meski tampak lelah karena pertandingan.
Sayang sekali harus tumbang di Fantastic Four. Ada pendapat soal pertandingan hari ini?
Hmm, pertandingan seru pastinya. Ini pertandingan yang berat karena lawannya benar-benar seimbang, bahkan lebih.
Kami kecolongan di kuarter satu-dua. Kami offense tidak tenang. Banyak banget turnover. Untungnya, di kuarter tiga-empat, kami bisa mengatasi itu. Cuma jaraknya terlalu jauh sehingga sulit menyusul.
Musim ini puas?
Menurutku, satu musim ini puas walaupun memang kurang banyak mainnya. Tapi, untuk latihan tahun ini, berasa puas. Mungkin ini yang terbaik untuk kami.
Tahun lalu masuk All-Star. Belajar ke mana dan apa saja selama di Amerika?
Hmm, kami latihan ke California. Di sana ada yang beda. Kami ikut pertandingan.
Dtermine Your Destiny itu?
Iya, sama latihan bareng trainer NBA. Pastinya dapat banyak hal dari mereka. Dapat skill individu. Sekarang lumayan bisa berkomunikasi sama tim juga. Dan lain-lain, deh.
Tempat apa yang paling kamu sukai?
Mamba Sports Academy.
Punya Kobe Bryant?
Iya, soalnya tempatnya beda. Kalau yang lain kayak gym gitu.
Terus ada juga latihan di college. Kami bisa lihat college. Oh, ya di Mamba itu ada basketball station yang tidak ada di Yogya. Pasti tidak ada di Yogya, sih, hehehe. Akhirnya bisa merasakan di sana.
Fasilitasnya keren? Aku dengar dari All-Star lain kalau fasilitas di sana keren.
Oh, jelas oke banget. Ada mini gym. Ada shooting machine.
Setelah pulang dari Amerika, apa perubahan yang paling kamu rasakan?
Yang pasti aku jadi lebih PD (percaya diri). Lebih berani speak up ke teman-teman. Aku jadi punya pengalaman lebih buat bantu teman-teman di sini.
Tahun ini apa harapannya?
Harapan buat apa dulu? DBL ini? Semoga bisa First Team lagi. Aamiin. Semoga saja.
All-Star lagi?
Boleh.
Kamu sudah berapa, nih?
Kelas 12. Sudah terakhir. Sayang banget tidak menang. Tidak apa-apa. Mungkin itu kasih sayang Tuhan.
Masih mau lanjut basket?
Kebetulan masih mau lanjut. Kalau tidak stay di Yogya, di Surabaya.
Nanti kita ketemu di Surabaya kalau jadi.
Oh, dari Surabaya?
Iya, kerja di Surabaya. Nanti ketemu, deh, kalau jadi lanjut ke sana.
Oh, ya ya boleh.
Omong-omong, basket di Yogya seperti apa? Aku sering ke sini, tapi belum sempat mengenali kultur di sini.
Kalau menurutku, kompetisinya masih kurang. Aku saja selama di SMA, event basket yang buat SMA, yang gede cuma DBL.
Selama ini, yang mengadakan event basket di luar DBL, ada tiga sekolah doang. Bayangkan, selama tiga tahun, aku cuma ikut sedikit pertandingan. Kalau mau main lebih harus ke luar Yogya.
Kamu bilang DBL ini gede. Seberapa penting kehadiran DBL? Sejauh apa mereka bisa mewadahi kalian?
Menurutku, dengan adanya DBL, kami itu jadi punya tujuan. Entah sekolah lain seperti apa, tapi kami jadi punya tujuan.
Latihan itu ada yang ditunggu-tunggu. Latihan basket bukan sekadar ekstrakurikuler. Latihan basket karena ada DBL. Mau tunjukkan hasil di DBL.
Oh ya, soal sekolah, kamu itu student-athlete, sering atur jadwal antara belajar sama basket?
Kebetulan tidak pernah belajar, hehehe. Kebetulan saja tidak pernah.
Soalnya merasa sudah cukup belajar di sekolah. Di luar ya tinggal main. Cuma kalau mau ulangan, biasanya gas pol.
Aku tetap main basket juga, sih, biasanya. Kadang keluar kota. Jadi, agak menyusahkan teman. Telepon sana-sini. Atau temannya sendiri yang menelepon. Ada yang kasih tahu tugasnya apa. Saling bantu. Sebisa mungkin tidak tertinggal.
Kamu main basket dari kapan?
Dari SMP.
Sudah lama, dong!
Tidak selama itu juga. Empat tahun kali ada. Pas JRBL pertama.
Oh, ikut JRBL juga?
Iya, aku pertama ikut basket karena JRBL.
Kenapa basket? Kenapa tidak olahraga lain? Sepak bola, bulutangkis, atau lainnya?
Aku sebenarnya suka olahraga individu. Cuma pas pertama masuk ada event JRBL. Katanya bagus. Basket seru juga. Akhirnya coba-coba, benar asyik. Meski pun di luar tetap main olahraga lain.
Selanjutnya ada rencana apa, nih?
Buat aku atau tim?
Semuanya, deh!
Hahaha, buat aku pasti UN (ujian nasional) dulu. Fokus di situ. Jangan sampai tiba-tiba tidak lulus. Kalau tidak lulus bagaimana, dong? Tidak ada kelanjutan nanti. Tidak jadi ketemu kita. Tapi, aku masih mau latihan. Tetap latihan individu. Supaya terus berkembang.
Harapan buat teman-teman yang masih akan main tahun depan?
Kerja keras kayak kerja keras kami tiga tahun ini. Supaya bisa lebih baik lagi. Bisa melewati Stece.
Oke, kalau begitu kita akhiri obrolan sampai di sini. Terima kasih dan selama istirahat!
Terima kasih, Kak.
Foto: Abraham Buwana/DBL Indonesia