Pengemar NBA tidak akan asing dengan nama tim Golden State Warriors. Mereka adalah penyebar virus basket modern dengan lebih mengandalkan tembakan tiga angka dibandingkan dua angka. Dengan gaya tersebut, Warriors memperoleh tiga gelar juara NBA. Bahkan, pada musim 2015-2016, mereka memecahkan rekor sebagai tim musim reguler terbaik dengan menang-kalah 73-9. Catatan tersebut mengalahkan rekor milik tim legendaris, yaitu Chicago Bulls, ketika berlaga pada musim 1995-1996.
Perombakan besar terjadi di NBA musim 2019-2020. Warriors kehilangan dua pemain yang mendukung kesukesan tim, yaitu Kevin Durant dan Andre Iguodala. Kehilangan dua pemain tersebut, dan cederanya Klay Thompson, serta belum cocoknya pemain baru dengan sistem permainan membuat performa Warriors menurun drastis. Dalam dua laga pembuka, Warriors menelan dua kali kekalahan, termasuk kekalahan atas tim yang sedang dalam masa transisi, yaitu Oklahoma City Thunder.
Pada dua laga awal NBA musim 2019-2020, Warriors mempunyai selisih efisien bersih -23,4, menurun drastis dibandingkan tiga musim sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan buruknya performa efisiensi serangan dan efisiensi bertahan.
Selama tiga musim terakhir, hanya di musim 2017-2018 Warriors tidak menempati peringkat satu sebagai tim paling efisien dalam hal serangan. Efektivitas tembakan (eFG%) menjadi faktor tingginya efisiensi serangan. Warriors selalu menjadi tim dengan eFG% tertinggi.
Area dua angka memiliki efetkivitas tembakan 58 persen, sedangkan area tiga angka memiliki efektivitas tembakan 38 persen. Namun, hal tersebut tidak terlihat di dua laga pembuka NBA musim 2019-2020. Warriors memiliki eFG% terendah dari 30 tim. Ironisnya, Warriors sebagai pelopor basket modern yang mengandalkan tembakan tiga angka, memiliki efektivitas tembakan tiga angka terendah ke dua, yaitu 26 persen dari rata-rata 37,5 upaya tembakan tiga angka.
Hanya tiga pemain yang memiliki eFG% di atas rata-rata liga, yaitu Jacob Evans, Draymond Green, dan Eric Paschall. Namun, hanya Paschall yang memiliki upaya tembakan diatas rata-rata liga. Sedangkan Evans dan Green memiliki upaya tembakan yang masih di bawah rata-rata liga. Bahkan, pemain yang dalam dua musim terakhir selalu menghasilkan eFG% di atas 60 persen, Stephen Curry, memiliki eFG% terendah selama 10 tahun bermain di NBA, yaitu 44,7 persen.
D’Angelo Russell yang diharapkan untuk menggantikan peran Klay Thompson belum menunjukkan performa terbaiknya seperti musim lalu saat bermain untuk Brooklyn Nets. Russell masih harus memahami sistem permainan yang dimainkan oleh Warriors. Pada musim lalu, dia merupakan pemain yang menggunakan isolation dan pick and roll untuk menghasilkan produktivitas angka. Sedangkan Warriors menggunakan cut dan off-screen untuk menghasilkan produktivitas angka.
Selain itu, menurunnya eFG% disebabkan pindahnya Durant. Peran Durant meninggalkan lubang besar yang belum dapat ditutup oleh Warriors. Berdasarkan data peta tembakan yang dipublikasikan oleh Kirk Goldsberry, sejak tahun 2010 sampai 2019, Durant memiliki 8 area yang menghasilkan efektivitas tembakan di atas rata-rata dari 10 area tembakan.
Masalah utama Warriors terletak dalam hal efisiensi bertahan. Masalah tersebut sebenarnya sudah terlihat dalam dua musim terakhir. Efisiensi bertahan Warriors mengalami peningkatan. Namun, meningkatnya efisiensi serangan membuat kelemahan Warriors tersebut tidak terlihat. Meningkatnya efisiensi serangan menjadi faktor selisih efisiensi bersih Warriors selalu berada di peringkat tiga tertinggi. Bahkan, pada musim lalu, selisih efisiensi bersih Warriors berada di peringkat satu.
Kelemahan tersebut akhirnya terlihat di dua laga awal musim 2019-2020. Performa efisiensi bertahan tidak dapat menutup penurunan performa efisiensi serangan. Warriors menjadi tim dengan efisiensi bertahan paling buruk. Mereka memiliki kemasukkan 1,2 angka pada setiap penguasaan lawan.
Restricted area menjadi faktor buruknya efisiensi bertahan Warriors. Pada area tersebut, Warriors kemasukkan rata-rata 19 tembakan lawan dari rata-rata 22,5 upaya tembakan lawan dengan presentase keberhasilan 84,4 persen.
Hilangnya Iguodala dan cederanya Thompson membuat Green bekerja keras dalam hal bertahan. Pada musim lalu, Green-Iguodala-Thompson dapat saling bergantian untuk menjaga lawan. Sedangkan pada musim ini, Green belum mempunyai pasangan untuk saling bergantian menjaga lawan.
Rendahnya eFG% terutama pada area tiga angka menjadi faktor menurunnya efisiensi serangan. Hanya tiga pemain yang memiliki eFG% di atas rata-rata liga. Menurunnya efisiensi serangan membuka faktor kelemahan utama Warriors, yaitu buruknya efisiensi bertahan. Warriors menjadi tim dengan efisiensi bertahan terburuk. Kejeniusan Steve Kerr akan diuji untuk meningkatkan performa Warriors di musim 2019-2020.
Foto: NBA