Gelanggang tidak sepi sampai malam semakin larut. Para mahasiswa itu berbaris tidak rapi menunggu serah terima penghargaan. Kebanyakan mereka memilih selfie untuk menunjukan kesenangan. Tidak terkecuali pelatihnya ikut bergabung dengan anak asuh merayakan malam terakhir di gelanggang perjuangan.

Latar biru terlihat sudah terpampang di depan tribun timur C-Tra Arena, Bandung, Jawa Barat, 21 Februari 2016. Hari itu rupanya menjadi hari terakhir pergelaran Liga Mahasiswa The Nationals 2016. Sudah kelihatan orang-orang penting duduk di kursi kehormatan. Di antara mereka hadir Ryan Gozali (CEO Liga Mahasiswa) dan Danny Kosasih (Ketua Umum Perbasi).

Sejak pagi pertandingan memang sudah bergulir. Salah satu stasiun televisi ternama di Indonesia pun sempat menyiarkan laga final secara langsung. Pertandingan terlihat semakin berwarna dengan segala kejadian. Warna-warni itu bahkan sudah kelihatan sejak semifinal sehari sebelumnya.

UPH Mempertahankan Gelar

Teriakan semakin kencang kedengarannya. Pendukung di tribun timur serba hitam tambah histeris. Mereka kelihatannya tidak ingin berhenti menyuarakan dukungan sampai akhir.

Tidak jauh dari situ, Steven Metcalfe mengepalkan tangan ke udara. Kepala Pelatih tim putra Universitas Pelita Harapan Tangerang itu menunjukan lengan kekarnya sebagai wujud kemenangan. Anak asuhnya bahkan sudah berlarian di tengah lapangan.

Rupanya mereka baru saja menjuarai kompetisi penting sore itu. UPH baru saja menumbangkan Universitas Esa Unggul 77-62 di laga final LIMA Nasional. Pada akhirnya mereka membuktikan dominasi juara dengan mempertahankan gelar.

“Yang pasti seru banget,” ujar Christian Gunawan, guard UPH. “Kita juga sudah menyangka kalau mereka bakal fight.”

Dalam pertandingan itu, lima pemain UPH mencetak dua digit angka. Laurentius Steven Oei mencetak angka terbanyak dengan 20 poin. MVP Rivaldo Tandra Pangeshtio di urutan kedua dengan 18 poin. Cassiopeia berhasil mengumpulkan 11 poin dan Christian Gunawan juga Ferdian Dwi Purwoko masing-masing 10 poin.

Hebatnya, Oei dan Rivaldo juga mencetak double-double dengan tambahan masing-masing 10 dan 18 rebound. Sementara itu, tim lawan memberi perlawanan melalui cetakan 20 poin Freddy Bachtiar dan 10 poin Abraham Renoldi Wenas. Sayangnya, perlawan itu tidak menghasilkan apa-apa.

“Kita kehilangan momentum di kuarter ketiga,” ujar Vendy Tanoto, Kepala Pelatih UEA. “Skor terlalu jauh akhirnya kita keteteran juga.”

Penantian Selama Enam Tahun

Tim putri Universitas Airlangga Surabaya kelihatan bersenang-senang. Mereka saling melempar tawa di lapangan maupun di bangku cadangan. Kepala pelatih mereka senyum-senyum saja meski anak asuhnya melakukan kesalahan. Laga semifinal melawan Universitas Parahyangan Bandung pada Sabtu, 20 Februari 2016, meloloskan perjuangan Unair ke final.

Sementara itu, pada laga semifinal di hari yang sama, bangku cadangan Universitas Esa Unggul memiliki atmosfir berat. Kepala Pelatih Parna Abrizalt Hasiholan tidak berhenti berteriak kepada pemainnya saat ada kesalahan atau tidak. Tipikal pelatih keras menguji mental. Berkat itu, UEU melanjutkan langkah ke final setelah mengalahkan UPH.

Unair dan UEU bertemu di laga final. UEU memiliki motivasi lebih untuk juara. Mereka bermain lepas dan lebih segar. Pelatih mereka pun tidak perlu tidak banyak berteriak seperti sebelumnya. Dampaknya, tim lawan sampai kesulitan menembus pertahanan. UEU memimpin skor sejak kuarter pertama. Mereka menang 61-44 dan menjuarai LIMA Nasional 2016.

Pada laga itu, MVP Dora Lovita menjadi pencetak angka terbanyak dengan 21 poin dan 7 rebound. Pratita menyumbang double-double dengan 10 poin dan 10 rebound. Raihan itu terbayar oleh prestasi yang dinanti sejak lama.

“Apa yang kita harapkan kita capai juara,” kata Abrizalt. “Selama menunggu enam tahun.”

Kemenangan itu juga disyukuri kapten tim, Sari. Menurutnya, kemenangan itu buah hasil mental terlatih dan kematangan tim. “Tekanan-tekanan dia (Abrizalt) mengajarkan mental kita di lapangan, mental kita di luar lapangan. Berkat dia mental kita kuat.

Sementara itu, menurut Kepala Pelatih Unair, Aries Herman, kekalahan mereka akibat kurang pengalaman. Meski pun baginya, sebetulnya pemain-pemain mereka cukup imbang dengan lawan. “Sangat bagus buat pengalaman. Mudah-mudahan tahun depan bisa lebih baik lagi,” katanya.

 

 

 

Ekspektasi Tuan Rumah

Liga Mahasiswa menjadikan Bandung sebagai tuan rumah. GOR C-Tra Arena menjadi perhelatan gelaran nasional. Tim-tim universitas dari berbagai wilayah berdatangan ke Kota Kembang. Di antara mereka ada wakil dari Bandung: Institut Teknologi Harapan Bangsa (putra) dan Universitas Parahyangan (putri).

Pada laga semifinal, Sabtu 20 Februari 2016, ITHB sebetulnya cukup diunggulkan menang melawan Universitas Esa Unggul. Polling di ligamahasiswa.co.id mengatakan, 30 persen memilih ITHB keluar sebagai juara. Sayang, kenyataannya berlainan. Tuan rumah harus kalah di empat besar. Bahkan keesokan harinya, ITHB harus tumbang lagi di perebutan peringkat tiga.

Di luar ekspektasi, Universitas Atmajaya Yogyakarta berhasil menungguli ITHB. Mereka berhasil menguasai pertandingan sejak awal. ITHB baru melangkah di kuarter tiga. Namun, tim lawan berhasil menguasai tempo permainan.

Meski gagal menempati peringkat tiga, ITHB dinobatkan sebagai manajemen terbaik. Salah satu pemainnya pun meraih penghargaan individu. Jan Misael Panagan meraih top assist LIMA Nasional.

Sementara itu, tim Bandung lainnya justru berhasil menempati peringkat tiga. Tim putri Universitas Parahyangan menghentikan laju Universitas Pelita Harapan. Mereka menang 63-54.

“Secara tim senang,” ujar Kepala Pelatih Unpar, Arifin. “Apalagi kita bermasalah dengan bench. Ada satu orang cedera. Pemain senior cedera.”

Menurutnya Arifin, masalah itu justru bisa teratasi karena motivasi. “Anak-anak bisa all-out mainnya,” tambahnya.

Komentar