Tim nasional (timnas) putra Indonesia telah bertolak ke Serbia, Jumat dini hari, 25 Oktober 2019, waktu setempat, untuk menggelar pemusatan latihan. Ini adalah pemusatan latihan ke luar negeri pertama yang digelar timnas Indonesia di bawah asuhan Rajko Toroman. Sebelum ini, timnas ke luar negeri untuk menjalani latih tanding, bukan pemusatan latihan.

Rabu, 23 Oktober 2019, saya yang berada di Jakarta sempat berkunjung ke tempat latihan timnas yang terletak di gedung GBK Arena lantai delapan. Di sana, saya melihat 14 pemain timnas sedang melatih beberapa skema serangan utamanya dalam hal transisi. Lari, lari, dan lari, adalah hal yang saya lihat dalam latihan itu. Tampak jelas, fisik para pemain timnas diuji dalam latihan yang dipimpin langsung Coach Toro (sapaan Rajko Toroman).

Usai latihan yang digelar selama dua jam itu berakhir, Coach Toro menyempatkan diri menyapa “orang asing” yang hadir di sana. Kebetulan, selain saya, ada juga kepala pelatih tim peserta baru IBL, Louvre, Andika Saputra. Setelahnya, baru saya meminta waktu Coach Toro untuk berbincang tentang perkembangan timnas. Meski suaranya sedang habis, ia menjawab pertanyaan berikut ini.

Selamat pagi Coach Toro, apa kabar?

Selamat pagi, seperti yang Anda lihat, suara saya hampir habis, tapi tak masalah.

Terima kasih. Anda sudah di sini dalam beberapa waktu terakhir, bagaimana semuanya berjalan sejauh ini?

Sejauh in cukup bagus. Saya rasa kelompok pemain ini sudah berkembang cukup baik sejauh ini. Kami bekerja sangat keras untuk terus meningkatkan segala yang masih kurang dari kami.

Anda dan tim akan pergi ke Serbia, bisa jelaskan tentang program dan tujuan di sana?

Tujuan utama tentu melihat bagaimana perkembangan tim ini, di level mana kita berada. Kami akan menjalani latih tanding yang cukup berat di sana. Kami akan berhadapan dengan tim dari divisi utama di sana dan tentu itu akan menjadi tantangan yang besar buat kami. Saya berharap kami bisa cukup kompetitif untuk bermain melawan mereka. Saya tidak mengharapkan banyak kemenangan yang bisa kami raih di sana karena Serbia adalah tim dengan kultur basket yang baik.

Yang ingin terus saya lihat dari pemain saya adalah bagaimana mereka tampil kompetitif dan menjadi tim yang sulit dikalahkan. Selain itu, kami harus terus menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Karena sekali lagi, ini adalah program jangka panjang dan tidak ada yang namanya keajaiban dalam hal ini.

Bicara perkembangan pemain, sebenarnya bagaimana Anda melihat pemain-pemain ini saat pertama kali Anda datang?

Jujur saya cukup senang dengan pemain yang saya miliki. Mereka cukup disiplin dan memilliki basketball IQ yang cukup baik serta bekerja sangat keras. Ke depannya, tugas kami adalah untuk menyatukan pemain impor (naturalisasi) dengan sistem kami, bekerja seperti pemain yang lainnya, dan menjadikannya bagian dari kami.

Menyinggung pemain naturalisasi, Apa yang terjadi dengan Denzel Bowles?

Apa yang terjadi dengan Denzel Bowles adalah kegagalan dirinya mengikuti sistem yang sudah kami bentuk. Saat ia tidak mengikuti sistem kami, pemain-pemain lain akan menjadi tidak efektif. Chemistry akan menjadi hal penting di sini, terutama antara sistem yang kami bentuk dengan pemain lokal dan pemain naturalisasi nantinya.

Dalam beberapa kejadian, tanpa pemain impor, para pemain lokal justru bermain baik dengan sistem yang sudah kami buat. Saat pemain impor main, kami memang mendapatkan poin tapi sistem kami rusak dan para pemain lokal kehilangan kesempatan untuk menjadi lebih baik. Saya ingin meningkatkan level permainan para pemain lokal dan mendapatkan pemain impor yang mampu membantu hal tersebut terwujud.

Mundur sedikit, saat nama Anda diumumkan sebagai Kepala Pelatih Indonesia, hal tersebut bisa dibilang cukup mengejutkan. Sebenarnya, seperti apa proses bergabungnya Anda?

Banyak orang dari federasi Anda yang sudah saling kenal dengan saya. Saya mengenal Erick Thohir saat saya di Filipina. Saya juga mengenal Reza (manajer timnas, Fareza Tamrella) dan dia adalah orang yang menghubungi saya. Saat itu, saya masih terikat kontrak untuk melatih Mighty Sports di William Jones Cup. Setelahnya baru saya menuju ke Indonesia.

Dalam pandangan Anda, apa hal paling penting dalam membangun sebuah tim nasional?

Hal terpenting pertama adalah untuk terus bersama dalam waktu yang lama dan membangun chemistry yang baik. Kedua, kita harus memainkan banyak gim. Semua ini proses yang akan memakan waktu yang lama. Ini bukan dua hari latihan bersama saya dan mereka akan menjadi tim terbaik di dunia. Seperti yang terjadi saat saya menanganu Iran. Sebelum bermain di Olimpiade, kami memainkan 28 gim dan kalah 27 kali. Hal itu menyakitkan, membuat kami hilang kepercayaan diri, dan sangat membuat kami frustrasi. Kami juga tak menang di Olimpiade.

Namun, setelahnya, Iran menjadi salah satu tim yang terkuat di Asia hingga sekarang. Kekalahan di masa itu adalah harga yang harus kita bayar untuk menjadi lebih baik. Anda harus berani bermain melawan tim yang jauh lebih baik dan mengambil pelajaran sebanyak mungkin dari sana. Intinya, program panjang, banyak gim, dan membangun chemistry yang baik. Untuk Indonesia, khususnya dengan pemain impor yang baru.

Sudah ada pemain impor yang baru di pandangan Anda?

Ya, sudah ada, dia akan datang esok hari (Kamis, 24 Oktober 2019) dan namanya adalah Lester Prosper. Sekali lagi, apa yang terjadi dengan Denzel adalah sebuah kesalahan. Namun, Denzel adalah pemain yang bagus. Jika Anda bandingkan Lester dengan Denzel, rasanya Denzel lebih bagus dari Lester. Namun, sekali lagi, saat ia tidak punya chemistry yang baik dengan tim, maka ia tidak akan membantu kami. Saya harap Lester mampu menunjukkan hal itu.  

Target utama tim ini adalah lolos ke Piala Dunia 2023, bagaimana Anda melihat itu?

Itu adalah target yang benar-benar besar. Sebelum ke sana, saya rasa baiknya kita melihat target-target lebih kecil yang lebih dekat, untuk lolos ke FIBA Asia. Kita tergabung di grup yang cukup sulit, ada Filipina, ada Korea Selatan. Mari kita lihat apakah kita bisa melewati mereka. Di atas kertas, mereka berada lumayan jauh di atas kita dalam rangking FIBA. Namun, saya rasa perbedaan tidak akan sejauh itu di lapangan.

Bagaimana dengan SEA Games?

SEA Games adalah hal yang cukup pemberhentian yang berbeda. Kami akan mencoba untuk lolos ke semifinal. Secara grup, saya rasa semuanya cukup oke, kita bersama Singapura dan Thailand. Jika kami berhasil lolos ke semifinal tanpa pemain impor, saya rasa itu adalah pencapaian yang baik. Apalagi jika Thailand nanti turun dengan dua pemain naturalisasi mereka dan kita bisa mengatasinya dengan para pemain lokal, saya rasa itu akan jadi hal yang baik untuk tim ini.

Terakhir, warisan apa yang ingin Anda tinggalkan di sini?

Ini benar-benar pertanyaan yang sulit dijawab untuk sekarang. Saya ingin membawa tim ini untuk bermain di Piala Dunia, itu adalah tujuan utama saya dan saya akan melakukan segalanya. Namun, semua harus ada di halaman yang sama, semua harus memiliki tujuan yang sama. Baik dari federasi, dari Anda para jurnalis, para pemain, dan penggemar harus memiliki tujuan yang sama. Jika hal itu terjadi, saya rasa kita bisa meraih hal itu.

Foto: Dokumentasi timnas, FIBA

 

Komentar