Laga antara SMA Cita Buana Jakarta melawan SMA Kanisius Jakarta rasanya layak mendapat predikat gim terpanas selama gelaran Honda DBL DKI Jakarta Championship Series 2019. Selain karena pertandingan berlangsung hingga babak tambahan waktu (overtime), intenistas pertandingan memang luar biasa. Bahkan, saya melihat ada beberapa penonton yang terus berdiri sejak pertengahan kuarter empat hingga akhir overtime.
Gim itu akhirnya dimenangi oleh Kanisius dengan skor 54-49. Namun, Kanisius sebenarnya baru bisa mulai memberi perlawanan di paruh kedua. Di paruh pertama, Cita Buana benar-benar menguasai pertandingan. Salah satu pemain yang memimpin kebangkitan Kanisius di gim ini adalah Albert Fo.
Menariknya, Albert tidak ditempatkan sebagai pemain utama. Datang dari bangku cadangan, Albert menutup gim ini dengan catatan 16 poin dan 11 rebound selama 28 menit. Fakta menarik lainnya, Albert ternyata baru duduk di kelas 10.
Usai gim panas tersebut, saya berbincang engan Albert. Dengan nada suara yang cukup berat di tambah raut muka yang cukup tenang cenderung datar, Albert menjawab beberapa pertanyaan saya.
Albert Fo! Gimana pendapatnya tentang pertandingan barusan nih?
Halo Kak! Tegang banget sih, ini mungkin gim paling menegangkan sepanjang saya main basket. Rata-rata teman-teman saya juga baru mulai panas di akhir-akhir pertandingan. Untungnya, kami bisa lebih menguasai pertandingan di overtime dan bawa pulang kemenangan.
Tadi saya lihat kamu ambil last shot di kuarter empat yang harusnya bisa bawa Kanisius menang tanpa harus melalui overtime. Sayangnya, tembakan itu gagal masuk, sempat merasa tertekan tidak setelah tembakannya gagal masuk?
Engga sih, itu seperti tembakan biasa saja buat saya. Kondisi kan seri, jadi kalau tidak masuk pasti ke overtime dan kita punya lima menit tambahan. Saya yakin tim saya bisa menang di overtime, saya yakin banget sama tim saya.
Apa yang bikin kamu yakin banget sama tim kamu?
Gimana ya, tim ini bisa dibilang chemistrinya sudah bagus banget. Kami sering menghabiskan waktu bersama di luar basket dan sekolah. Entah nonton konser atau ya makan-makan aja. Menurut saya dari situ saya tidak perlu ragu lagi sama teman setim saya.
Sebagai anak kelas 10, siapa rekan satu tim yang sangat membantu kamu untuk menyatu dengan tim ini?
Sebenarnya semua senior sih cukup membantu apalagi yang kelas 12. Tapi kalau yang paling sering memberi masukkan ada Ryan Judistira dan Nicolas Alexander. Saya kan mainnya masih grasak-grusuk banget, mereka yang sering mengingatkan saya dan memberi tahu cara yang lebih baik.
Kamu mulai basket dari kapan dan gimana ceritanya bisa main basket?
Kalau pertama kali main basket sih kelas enam sekolah dasar, tapi mulai serius baru kelas delapan. Dulu awalnya saya main futsal sebenarnya, tapi sekolah saya itu kalah terus setiap main. Bahkan pernah kalah sampai 9-1 di suatu kesempatan. Akhirnya, saya coba olahraga lain dan ternyata cocok sama basket. Bisa dibilang karena sebel aja kalah terus di futsal.
Apa asiknya basket menurut kamu?
Basket ini mengajari kita untuk disiplin, beda dari olaharga lain. Dari situ saya semakin tekun karena banyak kebiasaan saya yang berubah menjadi lebih baik setelah main basket.
Kamu main sebagai garda, tinggi juga tidak menjulang, apa menurut kamu hal penting yang harus dimiliki pemain seperti kamu?
Mental sih, menurut saya skill tanpa mental yang kuat percuma. Bukan berarti skill tidak penting, tapi dengan mental yang kuat, kita akan berani menghadapi segala hal di lapangan. Menurut saya, di olahraga ini, banyak hal yang lebih penting dari masalah tinggi badan.
Mau basket sampai kapan?
Saya jalani aja dulu sih Kak. Kanisius ini kan sekolah yang sangat mengutamakan pendidikan. Di sini, waktu saya sudah sangat terkuras untuk belajar dan sekolah, jadi untuk mikir mau ke mana di masa depan belum kepikiran. Kanisius ini benar-benar student athlete banget sih Kak.
Cita-cita kamu apa?
Mau jadi pengusaha aja Kak. Kebetulan orang tua saya juga penguasaha, jadi ya saya ingin punya usaha sendiri seperti mereka nantinya.
Terakhir, saya orang ke berapa yang bilang kamu mirip Rich Brian?
Hahaha, itu udah banyak banget sih Kak, dari kelas tujuh rasanya. Setiap orang yang ketemu dan tau Rich Brian pasti ngomong seperti itu. Dulu rambut saya lebih panjang, jadi tidak terlalu mirip. Tapi setelah masuk kelas 10 ini, rambut saya kan saya potong lebih pendek, nah itu orang-orang makin sering bilang saya mirip Rich Brian. Saya lihat-lihat fotonya sih emang ada miripnya haha.
Haha, oke, terima kasih waktunya ya Albert. Sampai ketemu lagi!
Sama-sama Kak! Sampai ketemu lagi.
Foto: Dika Kawengian, Mohamad Taufiq Hidayatullah