Saya termasuk orang yang percaya kalau perbedaan tinggi badan tidak selalu berpengaruh dalam permainan bola basket. Orang-orang yang berpostur tinggi tidak serta merta lebih hebat dari yang berpostur pendek. Buktinya, Lutfi Rafi, garda SMAN 2 Tanjung Raja (Smanduta), mampu mengolok-olok pemain yang lebih tinggi darinya di Honda DBL South Sumatera Series 2019.

Di babak Fantastic Four, Lutfi yang tingginya 160 sentimeter berhasil tampil menawan. Ia mengantarkan tim sekolahnya lolos ke babak akhir. Saat itu, garda berusia 17 tahun tersebut menjadi motor permainan tim dengan lantunan dan tembakan-tembakannya. Meski kecil, Lutfi bahkan berani menusuk ke arah ring yang dijaga ketat pemain-pemain lawan yang lebih tinggi darinya.

Saya kemudian mewawancarai Lutfi. Dalam tubuh sekecil itu, ada tekad besar yang terus mendorongnya untuk maju. Kecil-kecil cabai rawit.

Saya ingin dengar komentarmu dulu soal pertandingan di Honda DBL South Sumatera Series 2019, terutama semifinal.

Pertandingan selama DBL ini sangat seru. Waktu semifinal kami bermain sesuai dengan instruksi yang dikasih Pelatih. Semua pemain fokus sama gim. Fokus jaga satu-satu. Tidak ada yang miss satu pun, menurut saya. Semua player bagus semua di semifinal. Berharap final pun begitu.

Selanjutnya apa yang perlu dipersiapkan?

Mental, fisik—semuanya. Harus dipersiapkan untuk final.

Kamu sudah berapa kali ikut DBL?

Ini tahun kedua. Terakhir.

Sudah kelas 12?

Iya, kelas 12.

Oke, ini tahun terakhir. Tahun depan sudah tidak bisa main lagi. Punya kesempatan untuk membuktikan segalanya.

Iya, keluarkan semua hal yang ada dalam diri. Mencoba lampaui batas kemampuan diri untuk menunjukkan ke semua orang bahwa Smanduta itu ada. Kami itu bukan satu, dua orang, tapi satu tim. Tidak ada pemain bintang. Tidak ada. Pokoknya satu tim bermain semua.

Kamu sudah bermain basket berapa lama?

Dari kelas 6 SD.

Sudah lama sekali. Sudah jago banget, dong? Hahaha.

Tidak terlalu, sih, hahaha.

Kenapa pilih basket?

Ya, hobi saja. Ada keturunan juga dari orang tua. Ayah dulu main basket. Bukan basket saja malah. Semuanya. Berawal dari ikut Ayah jadi wasit. Begitu lihat, jadi ingin main basket.

Selama main basket seperti apa perasaanmu?

Seru. Hal yang tidak saya dapat di dalam basket, ada di dalam basket. Luar biasa.

Orang-orang sering bilang kalau basket adalah permainan orang-orang tinggi. Dengan badang sekecil ini, kamu bisa bawa sekolahmu ke final. Apa pendapatmu?

Bola basket bukan hanya untuk orang-orang tinggi. Contohnya Nate Robinson bisa punya karier di NBA. Menang kontes slam dunk. Lewati musuh-musuhnya yang lebih tinggi dari dia.

Selama ini kamu melatih apa saja supaya tidak kalah dari yang lain?

Fisik terutama. Fisik itu penting. Dari dulu berusaha belajar fundamental basket. Lari. Sprint. Kata Pelatih, kita harus melatih fundamental dulu supaya jadi bagus. Fisik juga. Hal-hal lain akan menyusul sendiri jika fundamental dan fisik sudah bagus.

Kamu sudah dua tahun di sini. Seperti apa, sih, kompetisi DBL ini?

Kompetisi yang sangat menantang. Seru. Hal yang tidak saya dapat di kompetisi-kompetisi lain.

Apa mimpimu di DBL ini?

Terutama bawa tim ke final dulu. Kalau sudah sampai situ, tinggal juara. Terus, kalau sudah juara, biarkan hal-hal individu datang sendiri. Menyusul saja. Yang utama itu tim ke final dulu. Gelar-gelar individu menyusul saja.

Sejauh ini basket berarti apa buat kamu?

Sangat berarti. Keluarga kedua bagi saya. Sangat berarti.

Setelah lulus, entah baka kuliah atau apa nanti, bakal terus main basket?

Insha Allah lanjut. Sudah telanjur. Sudah passion di sini. Orang kenal karena basket juga. Orang kenal Smanduta karena basket.

Smanduta ini dari mana?

Dari Kabupaten Ogan Ilir. Sekitar dua jam dari sini.

Bolak-balik buat bertanding?

Tidak. Kami menginap di sini.

Dukungan sekolah seperti apa?

Support sekali sama basket. Support banget.

Omong-omong soal sekolah, kamu itu student-athlete, pernah kesulitan buat bagi waktu antara belajar sama basket?

Pendidikan itu penting. Kalau bisa, sih, saya ingin menyeimbangkan antar pendidikan dengan basket. Kalau basket terus, pendidikan tertinggal.

Selama ini kesulitan?

Agak kurang aman memang. Cuma selalu berusaha untuk mengejar. Bagaimanapun pendidikan itu penting. Makanya saya sering tanya-tanya sama teman soal pelajaran. Belajar lagi sama guru-gurunya. Biasanya seperti itu.

Oh ya, selain DBL semapt ikut apa saja? Ada kejuaraan tingkat daerah?

Popda kemarin. Pas masih ruki. Tahun 2016 sempat ikut. Dapat perak.

Wow, selamat! Coba ceritakan soal basket di Sumatera Selatan, dong! Saya dengar basket di Sumatera Selatan itu bukan cuma soal Palembang.

Sangat kuat-kuat. Tidak hanya di Palembang. Di daerah-daerah animonya besar. Penontonnya heboh-heboh. Apalagi di DBL ini. Selalu ramai tiap kali main di sini.

Harapannya untuk DBL, Smanduta, dan basket Palembang apa, nih? Soalnya, meski pun kamu lulus tahun depan, DBL bakal lanjut. Adik-adikmu di SMA juga bakal terus main. Basket Palembang akan terus berkembang.

Buat DBL, sih, semoga lebih baik lagi. Regulasi, kemasan, dan lain-lain. Kalau untuk tim, harus bisa latihan lebih giat. Mempertahankan apa yang sudah dicapai sekarang. Minimal harus final seperti sekarang. Tidak boleh malas latihan. Tetap rendah hati supaya ke depannya bisa terus berjuang.

Oke, terima kasih sudah mau ngobrol bareng Mainbasket. Selamat berjuang besok di final!

Terima kasih, Kak.

Foto: Fadhil/DBL Indonesia

Komentar