Randika Aprilian sudah lama tidak bermain bola basket profesional. Ia memutuskan mundur pada 2016 silam karena masalah finansial. Namun, pemain asal Bandung itu kini kembali. Ia bergabung dengan NSH Jakarta.
Bagi Randika, kembali ke dunia bola basket profesional bagai upaya menebus rasa penasaran. Ia mengatakan dirinya sebenarnya masih punya hasrat untuk berkarier di IBL. Randika belum puas dengan segala pencapaiannya di sana sehingga ingin mencobanya lagi.
Saya pun menghubungi Randika begitu mendapat kabar ia bergabung dengan NSH. Kami berbicara hampir selama 15 menit untuk membahas segala macam hal. Utamanya tentang bola basket profesional.
Selamat sudah bergabung dengan NSH! Omong-omong, sempat dengar katanya mau masuk Stapac. Sayangnya, Stapac (Jakarta) mengundurkan diri dari kompetisi. Lalu, seperti apa ceritanya sampai bisa gabung dengan NSH?
Kalau soal detail, sih, kurang tahu. Sebenarnya NSH ini sudah menawarkan dari awal. “Mau main tidak di NSH?” Kebetulan kemarin ada kejadian seperti ini, kayaknya NSH melihat ini sebagai peluang. Menawarkan lagi. “Bisa tidak saya main di NSH?” Ya, terjadilah seperti sekarang ini.
Apa yang bikin Kang Dika mau ke NSH?
NSH? Sebenarnya karena saya suka basket. Masih penasaran. Kemarin, kan, sempat vakum. Masih belum puas ternyata. Penasaran bagaimana kalau main lebih lama lagi. Kemarin juga pasti merasa kurang. Kebetulan ada tawaran dari NSH.
Selain dari NSH tidak ada tawaran lain?
Tidak, tidak ada. Kemarin saya sempat vakum tiga tahun. Mungkin tidak ada yang menyangka juga saya bakal main lagi.
Terakhir berarti waktu 2016? Di bawah asuhan Bang Tondi (Raja Syailendra) di Hangtuah?
Iya, itu terakhir.
Targetnya apa begitu comeback tahun depan?
Saya mau mengejar ketinggalan dulu. Perbaiki mental, fisik, sebisa mungkin masuk sama anak-anak. Membantu NSH jadi lebih baik dari musim lalu.
NSH musim lalu oke. Bisa sampai ke semifinal. Cuma musim ini NSH mengalami beberapa perubahan. Ada pemain pensiun, Mas Wahyu (Widayat Jati) juga harus mengurus timnas, dan lain-lain. Kira-kira NSH bakal jadi tim yang seperti apa nanti?
Hmm, sebenarnya saya belum bisa menebak bakal seperti apa. Sampai sekarang belum tahu pelatih kepalanya siapa. Cuma kalau dilihat dari latihannya, saya suka karena anak-anaknya kompak. Mereka pekerja keras. Saya kira NSH bisa kasih sesuatu. Insha Allah lebih baik dari musim lalu.
Sudah sempat latihan berarti?
Oh iya, sudah.
Berapa lama?
Seminggu. Seminggu terakhir ini saya sudah latihan.
Tiga tahun vakum, selama itu ngapain saja?
Saya sempat buka kedai makanan kecil-kecilan. Sempat kerja juga di Sanbe. Obat.
Untuk bisa kembali ke dunia basket, apa yang perlu dipersiapkan? Tiga tahun itu lama, loh.
Yang pasti, sih, fisik. Fisik saya sudah lumayan turun. Cuma belakangan sering latihan. Sering tambah latihan di luar. Soalnya benar-benar ketinggalan kalau soal fisik. Sebulan, dua bulan terakhir ini sudah mencoba mengembalikan itu. Insha Allah begitu liga mulai sudah oke.
Insha Allah bisa.
Harus bisa, sih.
Iya, sudah dikontrak masa gak bisa?
Hahaha, iya ya.
Oh ya, tapi selama tiga tahun masih tetap main basket? Iseng-iseng atau apa?
Oh, masih main. Ada dalam seminggu (main) dua, tiga kali. Kadang juga ikut tarkam.
Memang tidak pure berhenti basket?
Iya, tidak bisa kalau itu. Tidak bisa berhenti basket.
Kenapa?
Sudah terlanjur jatuh hati. Tidak bisalah. Masih terus main basket. Meski sekadar main basket.
Dari kapan memang main basket?
Dari SMP. Sampai sekarang masih penasaran sama basket. Dari dulu basket terus. SMA main basket. Kuliah di ITHB. Puas. Sekarang di profesional belum ketemu, euh-nya gitu, hahaha. Soalnya kemarin saya benar-benar singkat main di IBL. Jadi, kayak ada yang kurang. Belum penuh. Begitu ada tawaran jadi tertarik. Boleh juga, sih, dicoba.
Merasa ada yang kurang kok sempat berhenti?
Hahaha, itu sudah jadi rahasia umum. Sebenarnya, di satu sisi, kontrak saya habis. Waktu itu Hangtuah juga lagi mengalami masalah finansial. Meski sampai sekarang bisa survive juga.
Jadi, waktu itu, saya pikir tidak oke kalau dilanjutkan. Akhirnya memutuskan buat setop. Padahal sebenarnya ketika saya mau setop ada kontak dari Ko Arlan (Ruslim). Masih teleponan. Ko Arlan bilang, “Bagaimana? Mau ke NSH gak?” Cuma waktunya mepet. Saya juga tidak mau buru-buru. Akhirnya, ya sudah, saya tolak. “Tidak dulu, deh, Ko.”
Sekarang, kan, sudah gabung NSH. Kalau melihat dinamika basket kita, terutama di liga kita, punya pendapat apa?
Sebenarnya sangat disayangkan dengan kejadian belakangan ini. Kayak Stapac, tim juara, mundur dari liga. Tidak main lagi musim ini.
Di liga lain ada CLS (Knights Indonesia). Meski CLS beda cerita, sih. Cuma disayangkan saja. Kita tidak bisa lagi melihat tim juara bertahan. Dan beberapa hal ini jadi berdampak ke semuanya.
Sayanglah kalau begitu. Padahal—kalau bicara Stapac, misalnya—sebuah tim legend. Rasanya bagaimana gitu. Terus, ada Bogor Siliwangi juga. Yang bikin pemain-pemain kayak kami waswas untuk masuk ke profesional. Kalau begitu terus, banyak anak-anak yang sebenarnya punya potensi malah mundur.
Sekarang IBL punya Louvre, timnas (Indonesia) juga bakal ikut kompetisi. Secara jumlah, mereka genap 10. Kira-kira bakal ketat tidak?
Saya tidak tahu Louvre ini seperti apa. Dari pemain saja baru berapa yang diumumkan. Baru Daniel Wenas, Kevin Moses, sama Luthfianes Gunawan. Tidah tahu nanti bagaimana. Cuma, bagi saya, yang jadi kejutan itu mereka bisa ambil Coach Bedu (Andika Supriadi Saputra). Semoga saja Louvre bisa kasih warna baru di liga.
Kalau timnas, sih, sudah pasti bakal jadi tim yang kuat. Isinya notabene pemain-pemain terbaik liga. Mereka bakal banyak belajar dan meraih ilmu. Apalagi pelatihnya dari luar. Coach Toro (Rajko Toroman). Harusnya, sih, liga tetap seru. Ditambah nanti ada tiga pemain asing.
Kalau berbicara NSH, di sana banyak pemain-pemain muda. Ada Andre Rorimpandey, Lutfi Koswara, dan lain-lain. Begitu bertemu dengan mereka, first impression-nya seperti apa?
Senang. Selama ini saya lihat mereka sebagai pemain-pemain jago. Mereka sniper-sniper liga. Begitu ketemu secara langsung, latihan bareng, senang rasanya. Pokoknya saya bakal bantu mereka semaksimal mungkin. Supaya mereka juga bisa maksimal sebagai shooter.
Waktu Ko Arlan merekrut Kang Dika, apa yang ia inginkan?
Dia sudah panggil saya agak lama. Setelah tiga tahun baru mau. Sebenarnya dia tidak banyak meminta. Dia cuma bilang, “Saya bantu kamu, kamu bantu saya.”
Saya, sih, setuju dengan itu. Saat ini saya belum bisa banyak kasih apa-apa. Saya baru mulai dari nol lagi. Minus malah, hahaha.
Bisalah. Liga baru mulai Januari.
Hahaha, dua bulan lagi. Mana ada lama? Pelatih juga belum ada.
Dua bulan latihan sendirian biar jago.
Hahaha.
Oh ya, seperti apa rasanya kembali ke Jakarta? Dulu sempat di Jakarta juga ketika bermain untuk Hangtuah?
Ada nostalgia. Dulu tiap weekend bolak-balik Jakarta-Bandung. Sekarang punya rutinitas lagi di Jakarta. Kayak dulu lagi. Cuma sekarang sudah berkeluarga. Jadi, kewajiban bolak-balik itu sudah harus banget. Dulu, kan, masih sering di Jakarta.
Nah, sekarang kalau lewat tempat-tempat yang sering dilewati suka nostalgia. Ingat dulu pernah di Hangtuah. Kayak begini, sekarang lagi di GBK, ingat dulu latihan di sini sama Hangtuah.
Soal keluarga, nih. Keputusan buat balik ke dunia basket didukung keluarga?
Ada. Pokoknya karena sekarang saya sudah berkeluarga, jadi harus punya hitungan matang. Tidak bisa seperti dulu lagi. Tanggung jawabnya masih diri sendiri.
Sekarang tanggung jawabnya ada istri. Sebenarnya keluarga mendukung dengan keputusan saya. Meski pun ada ketakutan yang sama juga. Cuma insha Allah tidak seperti dulu.
Ada cara mengatasi ketakutan itu? Ada back-up plan atau apa?
Ya, sekarang ada back-up plan. Dulu belum punya pengalaman kerja, sekarang saya punya. Kalau memang tidak berjalan lancar—amit-amit, sih, ya—masih bisa cari kerja.
Harapannya masih tetap tinggi?
Iyalah, kalau tidak ngapain saya balik lagi? Saya percaya sekarang bisa lebih baik.
Oke kalau begitu. Itu sudah pertanyaan terakhir. Thank you sudah mau wawancara dengan Mainbasket.
Oke, sama-sama.
Foto: IBL