Jelang musim baru ASEAN Basketball League (ABL)yang akan digelar November nanti, tim-tim peserta semakin mendekati akhir dari persiapan mereka. Salah satu persiapan terakhir adalah perekrutan pemain asing. Seperti yang diketahui, ABL adalah salah satu liga yang sangat bergantung pada pemilihan pemain asingnya.
Juara ABL dua musim lalu, San Miguel Alab Pilipinas, datang dengan misi memperbaiki prestasi usai musim yang mengecewakan tahun lalu. Setelah memastikan masih menggunakan jasa Jimmy Alapag sebagai kepala pelatih, Alab langsung mengikat pemain impor mereka yang sudah bersama tim di dua musim terakhir, Renaldo Balkman.
Mantan pemain New York Knicks ini bisa dibilang sudah paham betul bagaimana gaya bermain di ABL dan betapa vitalnya pemain impor seperti dirinya. Di luar Balkman, Alab juga mengikat pemain impor lain dalam diri Adrian Forbes. Forbes sendiri sudah cukup malang-melintang di basket Asia Tenggara. Ia juga pernah membela Pelita Jaya saat bermain dalam turnamen FIBA Asia Champions Cup.
Untuk deretan lokal, Alab berhasil memulangkan “Si Anak Hilang,” Jason Brickman. “Anak Hilang,” rasanya adalah julukan yang cocok untuk Brickman mengingat perjalanan kariernya. Memiliki darah Filipina, Brickman belum pernah bermain untuk tim Filipina meski sudah berlaga di ABL sejak 2015. Ia menghabiskan kariernya bersama Westports Malaysia Dragons dan Mono Vampire Thailand.
Dari Alab, kita bergeser ke Formosa Dreamers. Pemuncak klasemen musim reguler lalu ini mengisi satu slot pemain impor mereka untuk mantan pemain Singapore Slingers, Jerran Young. Sebelum Young, Dreamers, sudah lebih dulu mengisi satu slot pemain impor mereka dengan mendatangkan Dumagoj Bubalo. Berposisi sebagai senter, Bubalo memiliki pengalaman bermain di liga-liga Eropa.
Kejutan terbaru dan terbesar dari perekrutan pemain datang dari peserta baru ABL, Fubon Braves. Dilansir laman resmi ABL, Braves mengejutkan ABL dengan merekrut mantan pemain NBA, O.J. Mayo. Meski terkahir kali bermain di NBA pada 2016 lalu, banyak pihak yakin Mayo masih memiliki kemampuan serupa yang ia tampilkan di NBA.
Sedikit mengingatkan, Mayo masuk ke NBA sebagai pilihan ketiga NBA Draft 2008 di bawah Derrick Rose dan Michael Beasley. Meski dipilih oleh Minnesota Timberwolves, Mayo tak sekalipun bermain untuk tim itu. Ia langsung ditukar ke Memphis Grizzlies dan menjadi bagian dari era “Grit and Grind” bersama Michael Conley, Rudy Gay, Zach Randolph, dan Marc Gasol.
Di pasar pemain 2012, Grizzlies tak memberi perpanjangan kontrak untuk Mayo dan ia pun memutuskan pindah ke Dallas Mavericks. Dua musim di Mavericks, Mayo lantas pindah ke Milawaukee Bucks dan bermain dalam kurun 2013-2016. Sepanjang karirnya di NBA, Mayo memainkan 547 gim dan menorehkan rataan 13,8 poin, 3,1 rebound, dan 2,9 asis per gim.
Mayo adalah pemain yang sangat berbakat di SMA dan digadang-gadang menjadi bintang NBA. Sayangnya, hal-hal di luar basket membuat kariernya terus menurun. Pertengkaran dengan rekan setim, poerkelahian di luar lapangan, hingga berurusan dengan obbat-obatan terlarang adalah beberapa kasus yang mampir di kariernya.
Penyebab Mayo tak lagi mendapat tempat di NBA juga karena ia gagal lolos tes doping. Setelah tak di NBA, Mayo sempat berkarir di Puerto Riko. Hanya setahun, ia lantas memutuskan berkelana ke daratan Asia dan tercatat pernah membela tim Taiwan dan divisi dua liga Cina. (DRMK)
Foto: ABL, Bleacher Report