Eliud Kipchoge, pelari yang disponsori Nike, boleh saja memecahkan rekor lari marathon dengan waktu di bawah dua jam. Meski begitu, pabrikan asal Oregon itu justru memperkenalkan siluet baru bernama CruzrOne. Sepatu lari ini dilabeli sebagai sepatu yang cocok untuk pelari berkecepatan lambat.
Tinker Hatfield ditunjuk sebagai presentator untuk produk baru ini. Bagi Anda yang belum mengenalnya, ia adalah desainer Nike yang berada di balik Air Jordan 3 hingga 15. Namanya juga disebut berada di belakang sepatu-sepatu basket terlaris Nike era 1990-an. Hatfield juga yang menginisiasi bantalan paling terkenal untuk Nike bernama Air. Kini, ia menjabat sebagai Direktur Senior bidang Kreasi yang membawahi desainer besar sekaliber Eric Avar (desainer Nike Kobe dan Hyperdunk) hingga Jason Petrie (desainer Nike LeBron).
Perumusan desain dan fungsi CruzrOne terinspirasi dari percakapan Hatfield dengan Phil Knights selaku pendiri Nike. Sang desainer mengkonfirmasi kebenaran kebiasaan Knights yang berjalan sejauh delapan mil (sekitar 12,6 km) setiap hari. “Saya tidak jalan kaki. Saya sedang berlari namun dengan kecepatan yang lambat, sangat lambat,” jawab Knights.
Pernyataan itu membuat Hatfield berinisiasi untuk membuat sepatu lari yang secara khusus ditujukan untuk pelari lambat. Bentuknya bisa dibilang mengingatkan kita pada sepatu lari Roshe Run atau Tanjun. Strukturnya adalah nilon pada bagian atas dengan bantalan React tebal ditambah dengan sol karet yang menyediakan kekesatan. Namun, CruzrOne menempatkan panel berbahan plastik sintetis pada bagian samping untuk menambah kerapatan kala tali sedang ditarik dan terikat.
Dalam video yang dilepas publik, dijelaskan mengapa sepatu ini dibuat dengan sol di bagian tumit yang terbilang tebal. “Saat kita sedang berlari lambat, pergerakan otot berbeda dengan saat sedang berlari dengan kecepatan tinggi. Tekanan yang dihasilkan di tumit lebih besar sehingga butuh sebuah sol yang bisa mengakomodasi itu agar tetap nyaman,” tutur kakak Tobi Hatfield itu.
Laman Sneaker News menyebut bahwa CruzrOne cocok dipakai oleh para orang tua yang masih punya semangat untuk berolahraga. Usia dan kondisi tubuh yang tidak sekuat dulu membuat mereka tidak bisa berlari dengan kecepatan tinggi. Maka, berlari dengan kecepatan lambat adalah solusinya. Argumen itu diperkuat dengan struktur bagian atas (upper) yang terdiri atas dua bagian yang disatukan. Nike membuatnya agar mempermudah pemakai saat menggunakan atau melepas.
Sejatinya ini bukan satu-satunya sepatu lari bersol tebal. Era 1990-an merupakan masa keemasan sepatu dengan konsep serupa. Sebutan yang lazim dipakai adalah Chunky Sneakers atau Dad's Shoes. Merek kenamaan asal Jepang sekaliber Mizuno dan Asics telah beberapa kali membuat sepatu yang nyaman dipakai saat berlari dengan kecepatan lambat. Adidas dan Puma juga sudah sering membuat sepatu berkonsep demikian. DeMarcus Cousins bahkan memakai Puma Thunder Spectra, sepatu berbentuk Chunky di lapangan NBA. Namun, Nike membuat isu tersebut mengudara dari sisi berbeda dan menjadikannya sebagai materi pemasaran.
Belum ada informasi mengenai tanggal penjualan dan harganya. Kita layak berasumsi musim dingin adalah waktu yang paling logis. Hal itu berdasar dari bagian dalam sepatu (inner) yang dilapisi kain yang bertekstur seperti kain wol. Bahan tersebut identik dengan sepatu yang dibuat secara khusus untuk menerjang dinginnya musim salju di negara empat musim. Sang pabrikan hanya mengeluarkan berita dan video yang berisi pengenalan produk terbaru mereka. Dengan kenyamanan yang dijanjikan, Nike ingin mencoba menggeser Skechers sebagai sepatu yang identik dengan produk yang nyaman digunakan oleh para orang tua.
Foto: Dave Pedley/Getty Images untuk SXSW, Nike