Pertandingan semifinal putri Honda DBL Bali Series 2019 antara SMAN 1 Denpasar berhadapan dengan SMAN 2 Denpasar membawa memori tersendiri di kepala saya. Pasalnya, setelah mengunjungi Banjarbaru, Solo, Semarang, dan Surabaya, saya rasa gim di Bali ini berada di level yang cukup jauh berbeda.

Smansa (julukan SMAN 1 Denpasar) dan Resman (julukan SMAN 2 Denpasar) bermain dengan tempo yang tinggi tapi penuh dengan strategi. Satu-satunya gim yang saya ingat memiliki permainan strategi serupa adalah gim final Honda DBL East Java Series 2019 antara SMA Gloria 1 Surabaya dan NSA Surabaya. Namun, Gloria 1 dan NSA tidak memberikan tempo yang setinggi di Bali.

Selain Nandini yang sudah saya tulis kisahnya beberapa waktu lalu, ada satu pemain lain yang menarik perhatian saya. Pemain bernomor punggung 17 yang menggunakan sepatu Nike Kobe AD NXT 360 berwarna kuning dari pihak Smansa adalah pemain itu. Berperan sebagai fasilitator dan pembawa bola utama tim, pemain yang bernama Ni Made Dwi Ratna Cahyanti ini menajalankan perannya dengan baik.

Tidak pernah terburu-buru dan tampak sangat paham strategi serangan yang dimainkan, dara yang akrab disapa Ratna ini seolah menikmati pertandingan. Tak jarang ia juga melempar senyum ke rekan setim atau lawannya dalam kondisi tertentu.

Usai gim, saya berbincang dengannya. Didampingi sanak keluarganya, ia menjawab pertanyaan saya dengan nada bicara yang sama tenangnya dengan gaya bermainnya. Logat Bali yang kental juga tak lepas dari dirinya.

Halo Ratna! Saya mau wawancara sebentar boleh?

Halo Mas! iya boleh.

Gimnya seru banget tadi. Menurut kamu sendiri bagaimana?

Iya seru. Secara keseluruhan saya sangat puas dengan hasil akhirnya karena kami menang. Tapi, saya rasa kami sempat beberapa kali tidak tenang dalam bermain. Bahkan, meski leading, kami terus mengikuti tempo permainan mereka.

Menurut kamu apa yang membuat Smansa memenangi gim ini dan melaju ke final?

Komunikasi dan rasa percaya yang tinggi dalam tim. Dua hal ini penting sekali dalam membentuk chemistry bermain dan saya rasa kami sudah memilikinya dengan baik.

Permainan kamu luar biasa. Beberapa orang di sini yang saya ajak bicara tak ragu menyebut kamu sebagai kandidat First Team atau bahkan MVP. Tanggapanmu?

Saya pribadi sama sekali tak punya fokus ke gelar individu. Saya fokus ke permainan tim dan pelajaran saya di sekolah. Saya sekarang sudah kelas 12.

Smansa ini kan langganan juara di Honda DBL Bali Series. Beban ga sih main buat Smansa?

Engga.

Wow, kok bisa tidak terbebani dengan target yang rasanya tiap tahun wajib juara?

Saya rasa ini kembali ke kami sendiri. Saya dan teman-teman berusaha mengesampingkan itu (target juara) dengan terus berlatih dan bermain sebaik mungkin. Jika kami membuat itu sebagai beban, permaianan saya rasa tak akan berkembang dengan baik. Namun, tujuan utama kami tetap champion.

Main basket dari kapan?

Dari SD kelas lima.

Ikut klub?

Dulu awal main ya engga. Main-main aja seperti biasa. Kalau sekarang saya sudah rutin belartih bersama klub Merpati Bali.

Mau main basket sampai kapan?

Sampai lulus SMA aja sepertinya, saya ingin fokus kuliah nantinya.

Kalau dapat kuliah dengan beasiswa basket seperti itu tidak ingin?

Tidak terlalu ingin sepertinya. Saya sudah lama ga sekolah karena sering mendapat dispensasi buat basket, jadi saya sekarang ingin fokus ke pendidikan.

Oke, terima kasih atas waktunya ya Ratna. Sampai bertemu di final!

Sama-sama Mas.

Foto: Ivan Dwi Kurnia Putra

 

Komentar