Dunia bola basket Indonesia kembali kehilangan insan berharganya. Faisal Julius Achmad dan Vamiga Michel memutuskan untuk menanggalkan status masing-masing. Sebab, keduanya telah memiliki pekerjaan di tempat lain.
Faisal kini tidak lagi menjabat sebagai asisten pelatih Pelita Jaya Basketball Club. Sementara Vamiga memutuskan pensiun sebagai pemain Satria Muda Pertamina Jakarta. Mereka pamit dan memilih untuk bekerja di suatu badan usaha karena pilihan hidup.
“Untuk semuanya, saya pamit dari bola basket Indonesia,” kata Faisal. “Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung, terutama klub Satria Muda dan Pelita Jaya.”
Meski telah pamit, Faisal dan Vamiga tidak pergi tanpa meninggalkan sesuatu apa pun untuk bola basket Indonesia. Mereka ternyata punya beberapa kesan dan pesan selama berkarier di sana. Kesan dan pesan itu sekaligus menampik anggapan orang-orang tentang bola basket yang tidak bisa memenuhi kehidupan pegiatnya.
Menurut Faisal, meski industri olahraga Indonesia belum cukup baik, bola basket sejauh ini justru punya kemampuan untuk membantu kehidupan pegiatnya. Ia sendiri telah membuktikannya selama lebih dari 20 tahun. Faisal meraup berbagai keuntungan dari bola basket dalam segala bentuk yang pernah ia temui. Salah satunya dalam hal finansial.
Sementara itu, Vamiga tidak berbeda jauh pendapatnya. Ia memandang bola basket sebagai pintu gerbang menuju apa yang telah ia capai hingga dewasa ini. Vamiga bahkan mengaku bisa mendapatkan akses pada pekerjaan-pekerjaan karena relasi dari bola basket.
“Kita jangan memandang basket dari nominal yang didapat saja,” kata Vamiga. “Saya berkarier selama sembilan tahun setengah banyak mendapatkan hal-hal di luar gaji. Seperti relasi, misalnya. Itu, kan, sama pentingnya. Link itu penting untuk melebarkan hubungan pertemanan kita dengan siapa pun. Bahkan, itu bisa jadi jalan masuk bagi orang seperti saya untuk bekerja.”
Selain relasi, Faisal dan Vamiga juga sempat menyinggung pendidikan. Sebab, tidak jarang pegiat bola basket Indonesia, terutama pemain, mendapat sokongan biaya pendidikan dari klubnya. Sehingga mereka bisa sekolah hingga jenjang yang tinggi.
Dalam masalah pendidikan ini, pada umumnya, klub-klub bola basket di Indonesia memang menyediakan kesempatan agar para penggawanya bisa sekolah. Stapac Jakarta, klub yang baru saja mengundurkan diri pada jeda musim ini, misalnya, seringkali memberikan pilihan kepada pemainnya untuk mengenyam pendidikan. Entah itu lewat kuliah maupun kursus. Sebab, Irawan Haryono selaku pemilik klub tidak mau anak-anak asuhnya nanti terjun ke masyarakat tanpa persiapan.
“Pertama-tama, kami harus pikirkan bagaimana mendidik anak-anak supaya disiplin. Itu nomor satu,” jelas pria yang akrab disapa Kim Hong itu pada 2018 lalu. “Setelah itu baru dibangun, pelan-pelan, karena tiap orang beda. Kami juga punya kepentingan. Anak-anak ini harus (mengambil) pendidikan. Tidak bisa di olahraganya saja. Kalau olahraga saja, di kemudian hari itu anak mau jadi apa?”
Dengan dasar pemikiran itu, Kim Hong pun rela menggelontorkan uang untuk membiayai pendidikan anak-anak asuhnya. Ia sadar mereka tidak selamanya mampu bertahan di dunia bola basket. Cepat atau lambat mereka akan pergi. Para pemain nantinya pasti punya pikiran untuk keluar dari sana. Entah dengan alasan apa pun.
Faisal dan Vamiga contohnya. Faisal mundur sebagai asisten pelatih karena merasa sudah cukup lama memiliki karier di dunia bola basket. Ia ingin mencoba hal baru sekaligus mencari pekerjaan yang stabil. Meski pun sebenarnya, secara hitung-hitungan, nominal pemasukan dari bola basket bisa lebih besar dari pekerjaan barunya.
Sementara itu, Vamiga memikirkan keluarga dan kesehatannya. Ia memilih bekerja selagi usianya belum terlalu tua. Menurutnya, usia 27 tahun masih cukup muda untuk memulai pekerjaan baru. Saat ini, ia masih kuat untuk mencari nafkah demi keluarga. Apalagi ia sudah memiliki anak yang membutuhkan perhatian lebih dari sebelumnya.
Oleh karena itu, keduanya berpesan agar tidak memandang bola basket sebelah mata. Bagaimanapun, olahraga itu telah menghidupi orang-orang seperti mereka. Sebagai industri, bola basket Indonesia memang belum ada apa-apanya. Namun, jika berusaha, semua pasti ada jalannya.
Kendati begitu, tidak semua orang bisa merasakan apa yang didapat Faisal dan Vamiga. Sebab, semua tentu berada pada porsinya masing-masing. Kebetulan Faisal dan Vamiga bisa menyesuaikan kebutuhannya selama berkarier di dunia bola basket. Seandainya bola basket sudah tidak bisa menyokong keduanya seperti sekarang ini, mereka tinggal pindah haluan.
“Hal itu terjadi di mana-mana. Bukan cuma di basket,” kata Vamiga lagi. “Menurut saya, sih, basket jadi pintu gerbang saja. Basket membantu saya membuka link ke tempat-tempat lain.”
Lagipula, menurut Faisal, bola basket juga mengajarkannya arti kehidupan. Selama berkecimpung di dunia itu, ia belajar banyak hal yang berguna untuk melanjutkan hidup. Salah satunya kedisiplinan. Sebagai atlet, ia jadi terbiasa untuk menjalani hidup disiplin sehari-hari. Ketika ia menggunakannya di kehidupan lain, etos kerjanya terjaga.
Kini, dengan segala pencapaiannya di dunia bola basket, Faisal dan Vamiga siap mengarungi pekerjaan baru. Namun, mereka tidak akan melupakan olahraga itu begitu saja. Faisal bahkan tetap akan bermain sambil sesekali melatih. Vamiga juga sempat membuka wacana untuk menjadi pelatih di akar rumput.
Keduanya juga tidak lupa mendoakan liga supaya sukses. Mereka ingin IBL sebagai liga yang menaungi bola basket profesional tertinggi di Indonesia terus berkembang. Sebab, bagaimanapun, liga punya tanggung jawab untuk menyejahseterakan peiatnya, baik pemain, pelatih, maupun klub dan sebagainya.
“Kondisinya, liga kita ini naik-turun dari dulu,” kata Faisal merefleksikan kondisi liga bola basket Indonesia. “Ada baiknya, ada kurangnya. Baiknya tolong dipertahankan, yang kurangnya ditambah. Dan, semoga setelah ini liga bisa terus berkembang menjadi industri yang sehat.”
Dengan doa itu, Faisal pun menutup obrolannya bersama Mainbasket. Ia telah berlayar ke arah baru dengan pelabuhan yang juga baru. Sementara Vamiga bahkan sudah mulai bekerja kemarin. Ia akan tinggal membiasakan diri untuk melakoni pekerjaan itu. Jalannya telah ditentukan sejak memutuskan pensiun. (put)
Foto: Hariyanto dan Boy Slamet