Vamiga Michel memutuskan untuk meninggalkan Satria Muda Pertamina Jakarta pada 2019 ini. Ia memilih pensiun setelah 9,5 tahun berkarier sebagai pebasket profesional. Miga—sapaan akrabnya—akan mulai fokus pada pekerjaan baru di suatu badan usaha.
Usut punya usut, keputusan sang pemain untuk pensiun rupanya tidak tiba-tiba muncul. Menurut Miga, keputusan itu telah melalui berbagai pertimbangan juga diskusi. Ia bahkan sempat membicarakan persoalan pensiun dengan pihak Satria Muda.
“Saya juga sempat ngobrol sama manajemen soal ini,” kata Miga. “Soalnya saya punya kontrak plus satu. Jadi, saya ngobrol dulu bagaimana baiknya sama manajemen. Sempat ditanya alasan segala macam. Manajemen menerima. Sampai akhirnya memutuskan pensiun.”
Dengan pensiunnya Miga, Satria Muda kehilangan salah satu mentor bagi para pemain muda. Kepala Pelatih Youbel Sondakh pun mengakui hal itu. Ia mengatakan, Satria Muda kini hanya punya Arki Dikania Wisnu sebagai mentor.
Youbel juga merasa campur aduk saat ini. Ia sedih sekaligus senang melihat anak didiknya pensiun. Ia sedih karena mesti kehilangan satu pemain. Namun, senang karena yakin bahwa Miga bisa berhasil di mana pun ia berada. Youbel tahu sang pemain adalah seorang pejuang. Begitu pun ketika bermain untuknya.
“Fighter, bisa dilihat dari kemauannya buat defense yang lebih dari yang lain,” ungkap Youbel soal Miga.
Selama membela Satria Muda, Miga memang telah membuktikan dirinya sebagai pejuang. Ia, misalnya, sempat berkali-kali jatuh karena cedera. Namun, berkali-kali itu pula ia berhasil bangkit. Ia tidak pernah menyesal menjadi pemain profesional di bawah panji Satria Muda.
“Setiap habis cedera, saya berhasil naik lagi,” ujar Miga. “Itulah yang membentuk saya sampai hari ini. Saya menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Dan ingin lebih kuat lagi nantinya.”
Setelah pensiun, Miga akan fokus pada pekerjaan baru. Ia sudah mulai bekerja per hari ini, Selasa 1 Oktober 2019. Miga akan mencoba membiasakan diri dengan perannya yang sekarang. Apalagi mengingat keluarga yang menjadi tanggungannya.
Sejak menikah, Miga banyak berubah. Ia tidak bisa lagi hanya memikirkan dirinya sendiri. Miga harus memikirkan keluarganya, yaitu istri dan anaknya. Sebab, istri dan anak adalah motivasinya untuk maju.
“Sekarang saya berpikir bukan untuk diri sendiri,” kata Miga tentang kehidupan setelah berkeluarga. “Saya berpikir buat keluarga juga. Setelah punya istri, punya anak, motivasi saya bertambah. Kalau dulu, saya memotivasi diri sendiri. Sekarang, saya punya motivasi lebih.”
Keluarga menjadi salah satu pertimbangan Miga untuk pensiun. Di usianya yang sudah mencapai 27 tahun, ia merasa mesti mencari pekerjaan lain untuk menghidupi mereka. Menurutnya, usia segitu belum terlalu tua untuk menjajaki karier baru.
Selain keluarga, masalah kesehatan menjadi pertimbangan lain. Miga cedera berkali-kali sampai harus operasi. Ia ingin mengurangi risiko itu dengan pensiun. Sehingga bisa melakoni pekerjaan dalam keadaan sehat. Sebab, ia tidak tahu kesehatan itu akan menuntunnya sampai ke mana. Sebisa mungkin ia ingin menjaganya dengan keluar dari dunia bola basket yang sangat mengandalkan fisik.
Meski begitu, kecintaan Miga terhadap olahraga ciptaan James A. Naismith tidak luntur. Ia tetap ingin berkecimpung dalam dunia itu sesekali. Entah dengan menjadi pelatih atau apa pun itu namanya.
Saat ini, pikiran itu memang masih sebatas wacana. Miga belum berencana merealisasikannya. Ia hanya ingin fokus dulu pada pekerjaan barunya di suatu badan usaha itu. (put)
Foto: Hariyanto