Boston Celtics tampil sangat jauh dari ekspektasi awal mereka di musim 2018-2019. Tak hanya gagal meraih prestasi yang baik, tim ini bisa dibilang hancur lebur secara hubungan antarpemain. Buruknya lagi, disfungsi tim ini muncul hingga ke permukaan dan nyaris semua penggemar NBA mengetahui hal tersebut.
Salah satu tokoh yang paling disorot atas disfungsi Celtics musim lalu adalah Kyrie Irving. Sebagai peraih gelar juara NBA satu kali, Kyrie diharapkan mampu menjadi pemimpin tim muda yang masih belum berpengalaman yang dimiliki Celtics. Sayangnya, harapan tersebut benar-benar jauh dari kenyataan yang tersaji di lapangan.
Buruknya kondisi Kyrie dengan timnya tergambar jelas saat tim ini melakoni laga playoff menghadapi Milwaukee Bucks. Kyrie tampak tak nyetel dengan teman-temannya, begitu pula sebaliknya. Celtics pun tersingkir di semifinal Wilayah Timur meski sempat merebut satu kemenangan di gim pertama.
Dalam NBA Media Day Nets yang digelar Jumat, 27 Sepetmber 2019, waktu setempat, Kyrie akhirnya membahas hal ini. Di hadapan awak media, pemain berusia 27 tahun ini mengakui kegagalannya dengan gambling. Tak sampai di situ, ia bahkan menjelaskan dengan rinci penyebab gagalnya ia memimpin tim ini dari pandangan dirinya.
“Jika Anda ingat, setelah gim melawan Suns, saya pergi ke pemakaman kakek saya pada 23 Oktober 2018. Beliau adalah sosok yang penting bagi karier saya. Begitu ia meninggal dunia, yang saya pikirkan hanyalah basket. Hal itu membuat saya justru kehilangan kesenangan dalam bermain basket. Saya bahkan seolah tidak memperbolehkan orang untuk “mendekat” dengan saya. Anda bisa lihat dari raut muka saya setelah itu yang menunjukkan indikasi tersebut,” buka Kyrie.
“Buruknya, saya tidak mengambil terapi atau semacamnya saat mengalami hal itu, saat orang yang sangat penting di hidup Anda meninggal dunia. Dari sana, saya merasakan banyak hal terutama betapa jauhnya saya ketinggalan tentang hidup keluarga saya, orang-orang di rumah saya. Saya hanya menghabiskan sedikit waktu berbicara dengan kakek saya sebelum ia meninggal dunia karena saya lebih fokus bermain basket,” lanjutnya.
“Setelahnya, saya berpikir saya bisa menaklukkan semua tantangan di lingkungan tim, tapi ternyata saya tidak siap untuk itu. Saya membuat tim ini gagal karena saya tidak bisa memberikan apa yang seharusnya saya berikan sepanjang musim. Hubungan saya secara personal dengan seluruh pemain cukup baik. Namun, bicara tentang saya menjadi pemimpin di lingkungan ini dan membawa semuanya menuju satu tujuan yang sama, saya gagal,” tutupnya. (DRMK)
Foto: NBA