Tujuh negara anggota IMF yang tergabung dalam Group of Seven (G7) baru saja mengadakan rapat umum dengan pembahasan bidang ekonomi secara global. Salah satu pembahasan utama adalah bagaimana besar dampak limbah pakaian dan sepatu dalam peningkatan suhu bumi. Oleh karenanya, rapat itu dihadiri pula dengan pemilik dari 32 perusahaan terbesar di bidang fesyen dan olahraga.
Urgensi isu lingkungan di kancah dunia pakaian telah disuarakan namun tak ada tanggapan dari pihak terkait. Lalu, ada sekelompok orang yang menamai diri sebagai Extinction Rebellion melakukan demonstrasi saat gelaran London Fashion Week 2019. Mereka menyerukan isu yang jadi topik rapat G7 padahal di dalam gedung tengah berlenggok model memeragakan pakaian model baru.
Terlepas dari besarnya kontribusi industri pakaian untuk negaranya, tak bisa dipungkiri bahwa jumlah limbah yang dihasilkan juga luar biasa. The Guardian menyebut bahwa emisi gas buang dan limbah yang dihasilkan saat ini sangat besar. Bila tidak ada tindakan, industri fesyen dan olahraga akan menyumbang seperempat total emisi karbon dunia pada 2050.
Limbah denim.
Environment Protection Agency mengeluarkan hasil penelitian tentang perbandingan jumlah limbah pakaian yang dihasilkan pada 1960 dan 2015. Jumlah tertinggi datang dari polusi plastik yang mewingkat 8764%. Sampah kain atau tekstil telah meningkat 811%. Kemudian sampah bahan sepatu bekas meningkat 361%. Sekitar 66% dari total sampah yang ada dibuang ke tanah dan besar kemungkinan akan mempengaruhi kesuburan juga kandungan humus.
Di sisi lain, tren jual-beli pakaian dan sepatu bekas ditengarai meningkat. Analisis ekonomi GlobalData dalam penelitiannya tahun 2019 menyebutkan bahwa kebiasaan ini jadi solusi anak muda mendapat produk bermerek namun dengan harga lebih rendah. Mereka juga memperkirakan bahwa pembelian pakaian bekat ini akan meningkat. Dampaknya adalah akan mengurangi hasrat belanja ke gerai retail hingga 50% per 2028.
Fakta ini akan mengganggu bahkan menghentikan bisnis pakaian langsung pakai (Fast Fashion) bila tidak ada tindakan lebih lanjut. Oleh karena itu, sebagian di antaranya sudah melakukan terobosan terkait penanggulangan isu lingkungan.
Di antara perusahaan fesyen dan olahraga yang menghadiri rapat bersama G7 adalah Nike. Apa yang jadi pembahasan sejatinya sudah dilakukan oleh perusahaan asal Oregon itu. Mereka sudah menggalakkan untuk produksi sepatu dan baju olahraga ramah lingkungan. Sebut saja Converse, anak perusahaan Nike, yang merilis edisi Renew. Edisi ini dibuat dari pengolahan limbah sepatu, denim, dan kain. Mereka juga sudah membangun sebuah kantor di Belgia yang ditenagai oleh listrik terbarukan.
Begitu pula dengan saingan mereka, adidas. Si Tiga Garis sudah bekerjasama dengan Parley for the Ocean guna membuat sepatu dan produk olahraga terbuat dari sampah plastik laut. Seragam tanding Bayern Munich dan Real Madrid musim lalu juga menggunakan serat yang berbahan limbah plastik. Mereka juga mencanangkan Futurecraft, sepatu yang terbuat dari bahan yang bisa didaur ulang untuk kemudian bisa diolah lagi menjadi sepatu.
Dua yang terbesar dari 32 perusahaan yang turut menyetujui hasil rapat ini adalah Kering (pemilik Gucci, Yves Saint Laurent, Balenciaga, dll.) dan Inditex (Zara, Pull&Bear, Bershka, Stradivarius, dll.) yang dikelola oleh taipan Spanyol, Amancio Ortega. (ajb)
Foto: Getty Images, Pixabay