Apple Inc. baru saja merilis ponsel pintra terbarunya yang telah memasuki edisi ke-11. Ramai dan segera jadi perbincangan hangat. Itulah yang biasa terjadi setiap perusahaan teknologi Amerika Serikat itu memperkenalkan produk baru terutama gawai. Meski begitu, bagi saya, ada sesuatu yang hilang sejak bukan Steve Jobs lagi yang jadi penyaji materi.
Setiap tahun, setiap melakukan presentasi di depan khalayak ramai, Jobs selalu memakai sepatu New Balance. Bagi penikmat sneaker, sepatu yang identik dengan bapak-bapak itu seakan telah melekat dengan pendiri Apple tersebut. Dalam sebuah ajang yang diadakan 12 September 2019 waktu Amerika Serikat kemarin, terdapat dua orang yang jadi pembicara utama. Mereka adalah Tim Cook selaku CEO dan Stan Ng yang menjabat sebagai Vice President of Manufacturing Design. Keduanya memakai Epic React dan Joyride. Tak ada lagi New Balance di atas panggung.
Baca juga: Penjelasan Kombinasi Kode dan Nomor di Sepatu New Balance
Bukan sesuatu yang mengherankan bila seorang CEO perusahaan teknologi dunia, dan seorang bapak-bapak, menyukai produk dari New Balance. Jobs punya prinsip bahwa fungsi dan desain harus berjalan sam-sama baik. Prinsip itu ia aplikasikan di setiap gawai yang dihasilkan Apple. Tanpa sadar, hal itu pula yang jadi alasan mengapa pria yang meninggal pada 2011 itu memilih New Balance.
Steven Smith mengutarakannya kepada Complex dalam sebuah wawancara yang diadakan 2018 silam. Smith merupakan desainer dari New Balance seri 576, 995, 996, dan 997. Hasil karyanya sudah dipakai para pesohor termasuk Steve Jobs. “Sepatu-sepatu yang saya desain adalah representasi kenyamanan dan hal itu benar-benar bekerja sampai sekarang,” tuturnya.
Tahun lalu, saya pernah menulis keunikan New Balance dalam penamaan produk. Mereka menggunakan nomor yang bermakna kode penggunaan teknologi. Semakin besar nomor yang ditampilkan, maka kian futuristik nan inovatif suatu sepatu. “Saya merumuskan 990 pada 1982. Waktu itu, New Balance adalah perusahaan pertama di dunia yang berani menjual sepatu lari seharga AS$100. Sangat mahal untuk kurs waktu itu. Namun, hal itu justru menarik orang untuk beli,” cerita Smith mengenang.
DI tahun itu pula, Nike pertama kali merilis Nike Air Force 1. Si Contreng tentu saja sukses besar dalam merengkuh pasar penggiat basket. Akan tetapi, New Balance juga punya tempat tersendiri bagi penggiat olahraga. Olahraga lari tengah digandrungi masyarakat Negeri Paman Sam. Oleh karenanya, segala sesuatu yang nyaman untuk dipakai lari mudah menarik perhatian. Seri 990 dipasarkan dengan slogan “Sepatu Lari Paling Nyaman” didukung dengan banderol mahal. Kenyamanan yang dijanjikan itu memang berfungsi. Terbukti dengan seri 990 hingga 999 masih diproduksi hingga kini dan tetap laris meski strategi jual dengan harga mahal tak lagi digunakan.
Steve Jobs dalam sebuah sesi foto pada 1997. Foto karya Diana Walker.
Di tahun itu pula, Jobs telah sukses mengembangkan Apple. Data pendapatan Steve Jobs pernah dilaporkan oleh majalah bisnis daring Investopedia pada 2015. Mereka menyebut bahwa per 1978, Jobs telah berpenghasilan sebesar AS$1 juta dan melonjak hingga AS$250 juta dalam rentang dua tahun. Kesuksesan Apple dalam mendapatkan investor adalah kunci utamanya. Dengan pemasukan ratusan juta Dollar AS per tahun itu, sepasang sepatu seharga AS$100 adalah harga yang murah.
Penampilan Steve Jobs terbilang ikonik. Ini yang membuat saya merasa ada sesuatu yang hilang saat menonton acara perilisan iPhone 11 kemarin. Biasanya, Jobs selalu memakai kaos kerah leher (turtleneck) hitam, celana jins biru muda, dan sepasang New Balance 990 warna abu-abu. Gaya ini sudah jadi ciri khasnya sejak muda. Begitulah yang tertulis dalam artikel yang dipublikasi Los Angeles Times pada 11 Oktober 2011.
Penampilan itu boleh saja kasual. Namun bagi Jobs, itulah seragam kerjanya. Visi membuat seragam kerja yang nyaman dipakai sehari-hari terinspirasi dari obrolannya dengan CEO Sony, Akio Morita, medio 1980-an kala berkunjung ke Jepang. Morita mendesain seragam karyawan Sony dengan konsep demikian. Dampaknya pun baik bagi karyawan. Secara tidak langsung, tumbuh ikatan antar individu karena kenyamanan baju yang dipakai saat bekerja. Itulah mengapa ia kerap memakai baju sejenis agar bisa membangun keterikatan dengan orang-orang di sekitar lewat busana yang dipakai.
Sampul majalah Time yang terbit pada 15 Oktober 2011.
Kaos lengan panjangnya merupakan buah karya Issey Miyake, seorang desainer kawakan dari Negeri Sakura. Mereka bertemu di Jepang dan kemudian akrab. Jobs menyukai baju jenis turtleneck milik Miyake. Argumen lain menyebut Jobs membelinya dari label St. Croix. Celana jins merek Levi's seri 501 dengan warna biru pudar jadi pilihannya. Dilengkapi sepatu lari New Balance 990 berbagai seri seakan jadi padanan tepat baginya.
Siluet favoritnya adalah 990. Steven Smith bahkan hingga membuat empat kali pengembangan guna memenuhi kebutuhan Sang pemimpin Apple. Mereka merilisnya dengan 990, 990v2, 990v3, dan 990v4 dengan warna abu-abu sebagai yang utama. Khusus seri tersebut, mereka hanya membuatnya di pabrik Amerika Serikat demi menjaga kualitas dan eksklusivitas.
Saat meninggal pada 2011, Steve Jobs memiliki kekayaan sebesar AS$10,2 Milyar. Dengan kekayaan sebesar itu, ia bahkan bisa membeli sebuah pabrik sepatu! Namun, reputasinya sebagai penggila New Balance warna abu-abu akan abadi. Tentu saja ia pernah memakai sepatu merek lain. Meski demikian, merek asal Boston itulah yang melekat dengannya.
Kini, New Balance 990 dengan seri pengembangannya telah merambah ke kancah dunia fesyen. Warnanya yang masuk ketegori warna monokrom kerap jadi pilihan untuk melengkapi penampilan. Meski telah tiada, reputasi Steve Jobs sebagai pecinta sepatu lari berlogo “N” itu akan lekang selamanya. Seri 990v4 berwarna abu-abu bagi Sang pabrikan telah disebut sebagai warna khusus Steve Jobs.
Foto: Apple, Diana Walker, Majalah Time