Honda DBL Central Java Series 2019 – South Region telah berakhir 31 Agustus 2019 lalu. Selama delapan hari penyelenggaraan acara di Sritex Arena, Solo, Jawa Tengah, ada satu nama sekolah yang terus menjadi buah bibir. Hal tersebut terjadi karena dominasi mereka di area tersebut. Baik tim putra, putri, bahkan di gelaran Mainbasket 3X3 Indonesia Competition, SMA Warga Surakarta selalu muncul menjadi tim yang disegani.

Di nomor putra, SMA Warga bahkan bisa dibilang tak mengalami kesulitan berarti selama perjalanan. Meski tak semulus tim putra, tim putri selalu menang dengan meyakinkan. Sementara di Mainbasket 3X3 Indonesia Competition, duel sesama tim SMA Warga (Warga Tim A dan Warga Tim B) di partai puncak nomor putra sudah menunjukkan kapasitas mereka.

Di balik keberhasilan masif tersebut, selalu tampak sosok satu orang di sekitar para pemain. Sosok tersebut tampak tenang dan tidak banyak bicara di lapangan bahkan mayoritas waktunya dihabiskan untuk duduk di kursinya saja. Sosok tersebut adalah Kepala Pelatih SMA Warga (putra dan putri), Wempi Wiyanto.

Seusai memastikan tim putra lolos ke babak championship, kami mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan pria yang akrab disapa Coach Wempi ini. Dengan mimik wajah teduh dan logat jawa nan kental tapi meyakinkan, Wempi menjawab beberapa pertanyaan kami.

Halo Coach Wempi, bagaimana pendapatnya tentang pertandingan hari ini? Sepertinya SMA Warga tidak terlalu kesulitan kalau melihat skor akhir (88-39)

Halo Mas, hari ini saya rasa SMA Regina Pacis (lawan SMA Warga) membawa beban terlalu berlebih di pundak mereka. Selama ini kan mereka bisa dibilang penguasa Honda DBL Central Java Series 2019 – South Region, tapi di dua musim terakhir kami berusaha mendobrak itu, jadi mereka gagal tampil lepas. Secara skill saya rasa tidak ada banyak perbedaan dengan pemain kami, cuma jika main terbebani seperti itu jelas akan menyulitkan.

Semenjak saya datang ke sini, semua orang selalu bilang SMA Warga ini kekuatan terbesar di Solo dan sekitarnya. Kalau Anda sendiri, bagaimana menilai tim Anda dengan ekspektasi para penonton seperti itu?

Saya rasa wajar mereka berpikir seperti itu. Berarti, mereka tahu bahwa kami lebih baik dari sekolah-sekolah yang lain. Kalau sekolah lain latihan seminggu tiga kali, kami berlatih bisa sampai enam kali. Jadi mungkin mereka sudah melihat persiapan kami yang jauh lebih lama dan serius, lumrah mereka bilang seperti itu.

Saya juga sempat berbincang dengan beberapa pemain SMA Warga. Saat saya tanya kunci kemenangan mereka, semua serempak menjawab kerja keras. Bagaimana Anda menanamkan filosofi permainan seperti itu ke anak-anak SMA ini?

Ada beberapa tahapan untuk mencapai titik itu. Jadi, selain kami menanamkan kerja keras, kami juga menunjukkan kerja keras yang seperti apa. Saya selalu bilang ke mereka,”Saat kamu latihan, kamu berlatihlah sekeras mungkin, sampai nangis juga gapapa. Lebih baik menangis di latihan ketimbang menangis di pertandingan. Nanti di pertandingan, yang tersisa adalah tangisan bahagia.” Semua usaha yang serius pasti terbayar dengan baik.

Di sisi lain, saya merasa SMA Warga ini terlalu dominan Coach, menurut Anda apakah ini hal yang baik buat perkembangan basket Solo?

Kalau dibilang terlalu dominan saya kurang setuju sih mas. Mungkin tadi Anda lihat kami menang jauh dari Regpac (Regina Pacis), tapi seandaianya kami bermain dengan dua semifinalis lainnya mungkin kami tidak akan menang semudah itu. Regpac regenerasinya bisa dibilang terlambat. Sementara dua semifinalis lainnya itu punya gaya bermain yang nyaris sama dengan kami. Soalnya, pelatih mereka (SMA ABBS dan SMK Santo Mikael) itu anak didik saya juga dulunya.

Menyinggung sekolah lain, Coach Wempi sendiri menilai perkembangan basket Solo di kelas SMA seperti apa?

Saya bisa bilang basket Solo ini terlambat dan tertinggal jauh dari daerah-daerah lain. Baru dua tahun terakhir ini mulai ada perkembangan yang lebih baik. Sekarang sekolah-sekolah juga sudah semakin merasa pentingnya kegiatan basket khususnya Honda DBL Central Java Series 2019 – South Region ini. Jadi persaingan kembali hidup dan bibit-bibit pemain semakin banyak bermunculan.

Nanti tim-tim yang menang di Solo ini akan bertemu tim-tim yang menang di Semarang. Perbandingan basket di dua daerah ini seperti apa di mata Anda?

Saya rasa ada perbedaan besar di jam terbang ya. Pemain-pemain Semarang ini jauh mendominasi di gameplan di lapangan karena pengalaman mereka. Kelihatannya SMA Warga ini kuat, ngoto, kerja keras, tapi wakil dari Semarang unggul jam terbang dan ini bisa menyulitkan. Tapi, saya tetap berharap SMA Warga bisa meraih kemenangan nantinya dengan upaya-upaya kami.

Aamiin. Kembali ke SMA Warga dan basket di Solo. Menurut Coach Wempi, pandangan apa yang salah dari masyarakat tentang SMA Warga atau bahkan tentang Anda sendiri?

Ya banyak pandangan yang salah mengenai apa yang sudah kami raih dalam dua tahun ini. SMA Warga baru fokus membentuk tim basket dan ikut Honda DBL pad tahun lalu. Terus, kami langsung menjadi juara. Jadi, mereka kira kami ini adalah hasil instan karena pemain-pemain saya ikut klub basket dan itu pandangan yang benar-benar sala.

Sekolah lain sebenarnya bisa juga menjadi seperti kami asal mindset merek benar. Mereka harusnya cari tahu bagaimana cara kami membangun tim hingga berhasil dominan hanya dalam dua tahun ini, bukan terlalu sibuk menerka hal-hal lain. Saya sebenarnya sangat welcome untuk sharing tentang ilmu basket hingga cara latihan kami. Saya selalu bilang, silakan datang ke latihan SMA Warga, ambil contoh dari sini supaya tim kalian lebih bagus, tapi ya tidak ada yang datang juga sampai sekarang.

Kami juga melalui hal-hal sulit di saat pertama membentuk tim. Kami dihajar habis-habisan dari tim-tim jagoan di area sini. Namun dari sana, kami terus belajar dan memperbaiki kesalahan hingga sekarang. Orang-orang di luar tidak lihat hal itu, saat kami menjadi bagus dan dibilang dominan seperti sekarang, mereka malah mencibir. Mindset pelatih-pelatih di Solo ini yang harus dirubah.

Saya rasa tidak hanya di Solo ya Coach. Banyak daerah lain juga seperti itu saat ada tim yang dominan, setuju?

Ya mungkin seperti itu. Tapi harus dirubah Mas, teruslah belajar ilmu baru, jangan merasa sudah puas. Saya pribadi juga selalu belajar karena ilmu tidak ada habisnya. Dan belajar tidak melulu sama yang senior, sama pelatih-pelatih muda pun saya belajar banyak. Sudut pandang menilai basket setiap orang kan beda-beda, hal itu bisa memberi opsi baru untuk pemikiran kita.

Berarti itu harapan Coach Wempi untuk perkembangan basket di Solo?

Betul, saya harap mereka (pelatih-pelatih) mau membuka diri untuk terus belajar. Di area kami ini bakat dan talenta sebenarnya tidak kurang. Namun, jika bakat itu dipegang oleh pelatih yang tidak mau tahu dan tidak mau belajar, kan kasihan. Mereka punya tiga tahun di SMA dan dipegang pelatih yang sama, sayang sekali pastinya. Melatih itu harus menggunakan hati, tak melulu tentang bayaran-bayaran. Kami (tim pelatih SMA Warga) jika memberi program latihan tambahan juga tak memikirkan bayaran tambahan. Jalani saja, jika prestasi membaik, saya yakin pihak yang membayar kita juga akan mengapresiasi dengan baik.

Oke sip, terima kasih Coach Wempi atas waktunya, sampai jumpa di Semarang!

Sip Mas, sama-sama, sampai jumpa.

Foto: Siwi Danawarih

 

Komentar