Saya sempat bertemu dengan Fadlan Minallah saat Bogor Siliwangi tampil terakhir kali di IBL Seri VIII Yogyakarta 2019. Saat itu saya sebenarnya ingin berbicara dengan Fadlan tentang masalah penunggakan gaji pemain tim asal Bogor tersebut. Namun, sang pemain belum mau membicarakan itu. Ia masih berusaha memperjuangkan hak-haknya sambil menjaga nama baik timnya.

Bulan-bulan berlalu sejak pertemuan saya dengan Fadlan, kabar penunggakan gaji Siliwangi rupanya tidak juga selesai. IBL bahkan sampai mencabut lisensi Siliwangi pada Mei 2019 lalu. Namun, tim itu justru tidak rela lisensinya dicabut. Apalagi mereka masih berusaha menuntaskan kewajibannya saat itu.

Sayangnya, masalah penunggakan gaji tidak juga selesai hingga kini. Para pemain yang tadinya berada di bawah naungan Siliwangi pun berpencar. Ada yang bekerja, ada pula yang bergabung ke klub lain. Sementara itu, Fadlan masih berjuang untuk mendapatkan hak-haknya sebagai seorang profesional.

Bagi Fadlan, perjuangan tidak boleh selesai sebelum masalah itu tuntas. Ia harus terus berjuang demi masa depan yang lebih baik. Bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga bola basket nasional.

Fadlan sendiri sudah lama berkarier sebagai seorang profesional. Ia sempat bermain untuk CLS Knights Surabaya (2003—2008), Citra Satria Jakarta (2008—2010), Garuda Bandung (2010—2015), Hangtuah (2015—2017), dan Bogor Siliwangi (2017—2019). Namun, selama belasan tahun itu, baru kali ini ia merasakan penunggakan gaji yang membuatnya kesulitan.

Kita flashback sebentar, dulu seperti apa ceritanya bisa pindah dari Hangtuah ke Siliwangi?

Oh, dulu sebenarnya bisa pindah dari Hangtuah ke Siliwangi karena kontrak saya habis. Waktu itu, kan, ada Coach AB (Ali Budimansyah) yang pegang (Siliwangi). Jadi, saya mengikuti Coach AB. Saya memang tertarik untuk ke Siliwangi.

Apa yang bikin Siliwangi menarik?

Yang pertama karena Coach Ali—Coach Ali Budimansyah ini. Dengan Coach Ali, kami dapat banyak hal-hal baru tentang basketball. Secara, Coach Ali ini sudah—apa ya?—disebut Jordannya Indonesia.

Kontraknya berapa lama waktu itu?

Dua tahun. Saya dulu langsung ambil dua tahun. Dari 2017 sampai 2019.

Berarti sudah lama ya di Siliwangi, tapi sebenarnya masalah gaji ini muncul sejak kapan?

Itu pertengahan season kemarin sudah mulai terlihat, tapi ditutup sedikit-sedikit.

Masalahnya muncul musim lalu itu sejak 2018-2019 atau justru 2017-2018?

Tahun lalu, sih, sudah mulai muncul. Sudah mulai muncul itu.

Maksudnya sejak musim pertama itu?

Iya, pas musim pertama Siliwangi ikut—itu sudah mulai. Begitu jadi Bogor Siliwangi juga sudah mulai muncul. Tahun kemarin muncul. Season bulan Oktober, November, Desember sudah mulai telat.

Masih dibayar?

Dibayarkan, tapi bulan Januari. Bahkan kami pernah per seri belum gajian. Sekarang total yang belum kami dapat, kan, enam bulan. Dari bulan Februari sampai bulan Juli.

Semua pemain atau justru cuma Bang Fadlan?

Semua pemain, semua pemain.

Jajaran pelatih juga?

Pelatih juga belum, pasti. Sama orang-orang di bawahnya, seperti utility, penjaga mes, semua belum dapat juga. Sebenarnya saya di sini memperjuangkan hak-hak saya.

Sudah lama memperjuangkan ini? Sudah sejak kapan?

Sudah, saya sudah lama ke kantor IBL. Sudah sering bolak-balik ke sana.

Waktu itu ngapain? Meminta bantuan?

Iya, meminta bantuan bagaimana jalan tengahnya, karena IBL sebagai liga mestinya punya titik temu atau jalan keluar. Kami, kan, bernaung dengan mereka. Sampai sekarang belum ada.

Hasilnya belum ada sama sekali?

Belum, belum ada hasilnya seperti apa sampai sekarang. Dari Siliwangi juga belum ada rencana untuk ketemu atau apa.

Sebenarnya apa yang membuat mereka bisa menunggak gaji?

Collapse kali, ya, dari perusahaannya. Ada usaha yang kena musibah, terus imbasnya ke kami.

Awalnya memang meyakinkan?

Waktu pertama memang meyakinkan. Sama seperti tim-tim yang lain.

Dulu Abang sempat berjuang bareng teman-teman di Siliwangi, sekarang sudah berpencar, apa tanggapannya?

Kalau tanggapan, sih, kalau mereka mau bermain di klub lain itu sudah jalannya. Saya senang melihat mereka bisa bermain di bola basket lagi. Apalagi di liga.

Soal memperjuangkan hak-haknya, sepertinya harus memperjuangkan juga. Karena kami sama-sama bernaung di bawah IBL. Meski pun sekarang belum ada hasilnya.

Beberapa sudah ada yang merelakan atau justru masih berjuang bersama?

Kalau merelakan saya tidak tahu. Yang saya tahu, selama ini saya memperjuangkan hak-hak saya. Untuk mereka, saya tidak tahu.

Perlu tidak mereka berjuang bersama Abang?

Kalau sekarang saya rasa masing-masing dulu.

Dulu sempat bareng-bareng?

Iya, sempat bareng. Cuma yang paling sering ke tempat IBL memang saya. Kalau dibilang memperjuangkan, mungkin, kami sama-sama memperjuangkan. Cuma sampai sekarang kami punya kesibukan masing-masing. Ada yang sudah kerja juga. Ada yang bergabung ke tim lain.

Apa yang membuat Abang mau memperjuangkan ini sampai sekarang?

Tujuan saya memperjuangkan ini, yang pertama, agar kerja kami itu dibayar. Dari setiap tetes keringat yang saya keluarkan itu harus dibayar, karena kami bekerja secara profesional, jadi mereka harus menuntaskan kewajiban secara profesional juga.

Yang kedua, saya memperjuangkan ini karena peduli dengan bola basket Indonesia. Saya ingin bola basket Indonesia jauh lebih baik ke depannya. Dan semoga kejadian ini tidak terulang kepada pemain-pemain lain atau klub-klub lain. Cukup saya dan Siliwangi yang mengalami ini.

Sekarang kehidupan Abang seperti apa? Yang lain sudah dapat klub.

Saya juga masih ingin main di IBL. Saya akan mencoba mendekati klub-klub lain. Istilahnya saya harus jualan juga ke mereka.

Sudah ada yang menawarkan kerja sama?

Ada, ada beberapa. Saya tidak mungkin menyebutkan karena belum pasti. Takutnya saya bilang, tapi tidak jadi. Yang jelas ada.

Kalau dilihat, beberapa waktu lalu Abang aktif dengan West Bandit. Sebenarnya ngapain di sana?

Oh itu saya bantu Coach Lucky (Pinontoan). Itu pengalaman pertama saya ikut bantu jadi pelatih—asisstant coach. Cuma saya sudah bilang sama Coach Lucky kalau saya masih mau main di IBL ke depannya. Misalnya nanti saya tidak dapat tim, pekerjaan ini bisa saya perdalam.

Ini sudah enam bulan menunggak. Abang merasa kesulitan secara finansial? Ini, kan, pekerjaan utama Abang.

Pastilah. Ini kejadian pertama yang saya alami. Saya ikut liga profesional hampir 16 tahun. Baru pertama kali mengalami seperti ini. Dan saya tidak ingin ini terjadi lagi di masa depan.

Orang-orang tahunya bola basket itu menyenangkan. Kalau kejadian ini tidak dituntaskan, takutnya orang lain malah tidak mau untuk bermain di liga pro. Makanya ini perlu dituntaskan. Itu salah satu tujuan saya.

Saya hanya ingin bola basket bisa jadi jauh lebih baik. Saya tidak mau menjadi seorang pahlawan. Saya hanya ingin jadi diri saya sendiri, di mana saya memperjuangkan hak-hak saya agar bola basket Indonesia lebih baik. Saya peduli sama olahraga ini.

Ada rencana apa lagi? Karena sejauh ini minta bantuan ke IBL belum ada hasilnya.

Mungkin saya akan tuntut lewat hukum. Saya sudah mempersiapkan itu semua. Saya datang ke media, ke pengacara. Saya sudah persiapkan itu.

Dengan nama pribadi?

Secara pribadi. Saya bergerak dengan nama pribadi. Entah nanti pembayarannya bagaimana itu urusan saya. Nanti saya selesaikan.

Untuk sementara ini bisa survive bagaimana? Gaji belum dibayar, dapat klub juga belum.

Survive-nya saya ikut West Bandit. Saya ikut di sana sambil kerja. Itu suatu kerjaan. Keluarga baru saya juga. Saya berusaha bertahan dengan mereka. Saya bersyukur dengan adanya West Bandits.

Sampai kapan akan berada di posisi ini?

Sampai kapan, ya? Sampai ini selesai. Kalau ini belum beres, saya akan terus kejar.

Omong-omong, kalau melihat liga yang sekarang—dengan segala dinamikanya—kira-kira bisa bertahan lama tidak, ya? Apalagi Stapac mengajukan mundur, lisensi Siliwangi sempat dicabut dan entah seperti apa nasibnya.

Kalau menurut saya liga ini akan berjalan terus meski tanpa tim ini, tim itu. Karena bola basket di Indonesia sudah sangat diperhitungkan. Orang sudah mulai mempertimbangan olahraga basket di Indonesia. Orang-orang luar juga mulai takut sama kita.

Liganya kalau berusaha terus akan bisa lebih baik. Dengan kondisi yang lebih baik bersama tim-tim yang masih survive. Pasti akan berkembang. Harus yakin.

Sekarang, sih, saya cuma berharap kepada PT Neosport (Maung Internasional)—entah itu owner, manajemen dari Siliwangi, bertemu dengan pemain yang masih bertahan.

Terakhir kali ketemu kapan?

Terakhir ketemu sama owner-nya bulan November (2018) di rumahnya di Kemang. Itu semua pemain ketemu. Katanya bulan Desember mau dibereskan, tapi tidak ada. Bulan Desember itu membicarakan soal gaji bulan September, Oktober, November tadi.

Kalian berusaha untuk survive sampai akhir musim. Kondisinya seperti apa? Saya dengar tidak latihan.

Kami selama seri tidak pernah latihan. Sudah tidak pernah latihan, terus bayangkan, berangkat ke Surabaya saja naik mobil. Iya, kan? Berangkat naik mobil. Waktu itu dijanjikan gaji besok, besok, besok, sampai akhirnya tidak ada juga.

Kalian tetap berjuang sebagai seorang pemain meski kondisinya tidak menentu. Apa yang membuat kalian tetap main padahal kalian tidak dibayar?

Kami waktu itu terlanjur sampai ke lapangan. Karena kami cinta sama basket, akhirnya kami memutuskan untuk berjalan terus. Kami ingin liga tetap jalan.

Waktu itu apa, ya? Mungkin karena kesetiaan kepada tim. Kami berusaha main meski tidak gajian. Ternyata sampai sekarang begini. Makanya itu harus diperjuangkan.

Boleh dibilang sekarang Abang sendirian. Yang lain sudah harus mengurus dirinya masing-masing. Seperti apa rasanya berjuang sendirian?

Saya, sih, selalu ingin berjuang buat diri saya bahkan anak-anak. Dari zaman dulu saya di Garuda, saya selalu ingin berusaha sekuat mungkin, jadi last man standing, hahaha.

Sulit tidak untuk berjuang seperti ini? Soalnya ke depannya juga tidak tahu bakal seperti apa. Pernah terpikir buat menyerah saja?

Kalau soal menyerah, sih, ada saja ingin menyerah, tapi saya percaya ini akan ada hikmahnya, dan ini akan selesai. Semoga saja ada akhirnya. Kalau soalnya menyerah, waktu seri berapa itu saya sudah ingin menyerah.

Mungkin karena kecintaan saya kepada basket, kecintaan saya kepada olahraga ini, dan saya besar dengan ini, saya ingin terus berjuang dan mempertahankan itu. Saya ingin olahraga basket ini jadi lebih baik.

Ada pesan untuk teman-teman dan Siliwangi yang sekarang entah di mana?

Saya pernah menyampaikan ini ke teman-teman: Di mana pun kita berada, kita tetap keluarga, teman, dan saudara. Saya selalu bilang seperti itu.

Yang jelas jadikan ini pembelajaran. Kita telah belajar arti sebuah tim. Sempat susah-senang bareng. Saya salut sama mereka karena bisa bertahan sampai sekarang. Semua ada rezekinya.

O ya, sorry, dulu pernah ada pemotongan gaji? Kenapa, ya?

Iya, dulu pernah ada pemotongan gaji. Karena waktu itu dana dari Bos berkurang. Lagi ada masalah, kan. Akhirnya kami potong gaji 20 atau 30 persen—saya lupa. Setiap pemain waktu itu membantu tim.

Maksudnya rela potong gaji supaya tim ini survive sampai akhir?     

Iya, terus survive dan begitulah.

Okay, saya paham. Paling itu saja yang ingin kami tahu. Terima kasih akhirnya sudah mau ngobrol soal ini.

Siap, nanti berkabar saja kalau ada apa-apa.  

Foto: Hariyanto

Komentar