Kabar mundurnya Stapac Jakarta dari IBL langsung jadi buah bibir. Memang belum pasti mundur seratus persen. Ada beberapa faktor yang menguatkan keputusan Stapac tidak ikut liga musim depan. Irawan Haryono sebagai pemilik Stapac menceritakan pada saya duduk permasalahannya. Permasalahan yang membuat timnya mengeluarkan surat pengajuan pengunduran diri tersebut.
Ketika berita Stapac mundur menjadi viral, maka orang yang sangat ditunggu komentarnya adalah pemilik Stapac Irawan Haryono. Meski ada sedikit rasa sungkan, saya akhirnya memberanikan diri untuk menghubungi Koh Kim Hong (sapaan akrabnya) melalui telepon. Akhirnya terjadilah perbincangan santai, namun menjawab semua pertanyaan terkait keputusan Stapac.
Selamat malam, Koh. Stapac kok sampai mengeluarkan surat pengunduran diri iku yo'opo? (dengan logat khas Suroboyoan). Kebetulan, Koh Kim Hong mengerti bahasa Jawa, ditambah lagi beliau juga tahu gaya khas orang Surabaya.
Ngene loh (begini loh), keputusan kami mundur dari liga itu ada urut-urutannya. Keputusan ini memang tidak begitu saja muncul. Ada faktor-faktor yang membuat kami harus mengambil langkah seperti ini.
Pertama, pemain kami yang tersisa dari roster musim lalu hanya tujuh orang. Beberapa orang pensiun, jadi sisanya yo ada tujuh itu (di luar pemain ruki).
Lalu, satu pemain pamitan kuliah di luar negeri, yaitu Agassi (Goantara). Terus ono Rizky (Effendi) dipanggil timnas 3x3. Nah lainnya, dipanggil timnas basket putra yaitu Kaleb, Mei Joni, Abraham Damar, Widyanta Teja, Vincent Kosasih. Lha iku, kalau dihitung sisanya kan ya tinggal ruki tok.
Nah, mereka kan belum tentu masuk timnas Koh? Kan masih proses seleksi.
Yo di sini titik permasalahanya. Kami (Stapac) tidak tahu, sampai kapan program seleksi ini akan berakhir. Sebab, sampai sekarang mereka masih ada di timnas.
Kami pernah menanyakan pada Perbasi. Ternyata jawaban mereka, kami disuruh tanya ke pelatihnya (Rajko Toroman). Setelah mendapatkan jawaban seperti itu, kami tanya Rajko. Jawabane dia juga tidak tahu, dan disuruh tanya ke Perbasi. Piye to iki? (Bagaimana ini?).
Kami merasa tidak mendapatkan kepastian.
Koh, katanya ada pertemuan Perbasi, IBL, dan klub? Opo hasilnya?
Waktu itu pertemuan sekitar pertengahan bulan Juli. Memang dijelaskan bahwa akan ada sinkronisasi jadwal. Tapi setelah ditunggu sampai pertengahan Agustus, tetap tidak ada kepastian. Akhirnya kami terpaksa mengambil keputusan untuk mundur.
Tapi jangan salah sangka dulu. Karena tidak ada yang disalahkan dalam hal ini. Keputusan ini murni kami ambil karena ingin membantu program timnas.
Kenapa harus mundur, Koh? Kan, masih bisa cari pemain lain.
Pertama, pembatasan nilai belanja pemain yang ditetapkan IBL, jelas tidak menguntungkan bagi kami. Dalam arti, IBL memberi batas anggaran belanja pemain dalam satu musim. Kalau memang kami berbelanja dengan nilai tersebut, maka tidak mungkin kami dapat dua atau tiga pemain berkualitas, yang bisa mengganti pemain kami itu.
Sing tak maksud iki, jelas to? (Yang saya maksud ini, jelas kan?)
Jelas, Koh.
Kedua, batasan untuk memasukkan pemain baru hanya dua orang. Sementara, mulai musim kemarin, IBL menetepkan aturan Draft Rookie. Jadi pemain baru bisa masuk hanya melalui jalur itu.
Sementara kita semua tahu, hanya ada beberapa orang pemain Draft Rookie yang bisa dipakai (bermain). Artinya, itu juga akan berhubungan dengan kualitas tim.
Sing (yang) ketiga, kami punya pelatih asing (Giedrius Zibenas). Dia tentu punya target untuk mempertahankan gelar juara. Itu sudah jadi bentuk profesionalisme dia. Kalau memang tidak ada materi pemain yang bagus, kan kasihan juga dia.
Nah, saiki umpamane (sekarang seandainya) IBL memberi kebebasan bagi Stapac untuk berbelanja pemain, piye Koh?
Ya akan jadi masalah juga di kemudian hari. Misalnya kami bisa berbelanja pemain. Sehingga kami bisa dapat pemain berkualitas. Tetapi saat liga akan dimulai, ternyata beberapa pemain saya (yang dipanggil timnas) dikembalikan ke klub. Tentunya akan jadi masalah bagi klub lain. Mereka pasti tidak terima dengan perlakukan khusus tersebut. Sebab kami sudah dapat pemain berkualitas, masih ditambah pemain kami yang tidak terpilih timnas, yang notabene pemain asli Stapac.
Belum lagi tidak ada jaminan, kalau pemain yang kami beli nantinya juga tidak dipanggil timnas.
Kalau IBL memberi izin untuk ambil ruki yang banyak? Bagaimana Koh?
Saiki delok'en wae, musim lalu ono opo ora ruki sing apik?
(Sekarang lihat sendiri saja, musim lalu ada atau tidak ruki yang bagus?)
Lalu sebenarnya apa yang diinginkan Stapac?
Yang pasti kejelasan program timnas Indonesia.
Tetapi lagi-lagi, tidak ada yang perlu disalahkan dalam hal ini. Mundur bukan bentuk kekecewaan kami. Justru kami mundur ini sebagai bentuk dukungan untuk timnas Indonesia. Agar program-program mereka bisa berjalan dengan baik. Pemain juga lebih fokus mengikuti kegiatan di timnas.
Saya pribadi sangat bangga ketika timnas punya kesempatan bermain di FIBA Asia Cup, serta FIBA World Cup. Siapa yang tidak ingin melihat Indonesia di dua turnamen besar itu.
Khusus untuk FIBA World Cup, pastinya semua masyarakat tidak ingin Indonesia hanya jadi tuan rumah saja. Timnas Indonesia harus ikut jadi peserta di turnamen itu.
Stapac mundur itu, demi kelancaran program timnas Indonesia. Kami mendukung penuh program-program timnas.
Saya kira cukup, Koh. Suwun ya, Koh.
Podho-podho ya. (Sama-sama ya). (*)
Foto: Hariyanto