Patricia Clairine menerima piala juara Honda DBL West Sumatera Series dengan bangga. Ia tampak tegar pada mulanya, tetapi tidak kuasa menahan tangisnya ketika teman-temannya mengeluarkan air mata. Ia terisak-isak, wajahnya memerah, matanya mulai berlinang. Ia pun jatuh dalam tangisan—sebuah tangisan bahagia.

Airin—sapaan akrab Clairine—tidak menyangka perjuangannya pada 2019 ini lebih dari apa yang ia bayangkan. Pada akhirnya, ia bisa membuktikan bahwa tim putri SMA Don Bosco benar-benar seorang ratu bola basket Padang. Mereka mampu mendominasi pertandingan, bahkan menjuarai kejuaraan.

Airin sendiri sudah lama bermain bola basket. Sudah sejak kelas 10. Namun, baru sempat merengkuh gelar juara di tahun terakhirnya di SMA. Piala juara Honda DBL West Sumatera Series merupakan penutup manis baginya. Sebab, tahun depan ia tidak akan lagi mengikuti kejuaraan yang sama. Ia akan lulus dan melanjutkan studinya.

Selain menjadi juara, Airin juga terpilih sebagai pemain terbaik alias Most Valuable Player (MVP). Penampilannya selama satu musim ini membuatnya menjadi perempuan terbaik dalam kejuaraan. Itu semakin membuktikan bahwa perjuangan Airin telah sampai puncaknya di SMA.

“Kaget saja, soalnya tadi di final main jelek,” kata Airin sambil menahan tangisnya. “Hampir mau foul out juga. Sudah mau nangis di pinggir lapangan.”

Kendati begitu, kerja sama tim membuatnya tenang. Teman-teman setim mampu menggantikannya yang mulai ditarik ke bangku cadangan. Airin menyerahkan tugasnya kepada mereka sambil terus berdoa. Ikatan mereka terjalin dalam doa-doa itu. Sampai akhirnya wasit meniup peluit. Pertandingan berakhir dan SMA Don Bosco juara.

Selepas pertandingan, Airin menemui orang tuanya. Keluarganya kebetulan sudah menunggu di belakang lapangan. Mereka bangga melihat putrinya menggapai hasil terbaik.

“Saya senang bisa melihat Airin berprestasi,” kata Gregory, ayah Airin. “Dia itu anak baik. Dia lebih dekat dengan mamanya. Mamanya yang sering antar ke sana-ke mari. Saya cuma mendukung saja. Karena saya percaya Airin bisa bertanggung jawab dengan apa yang ia lakukan.”

Bagi Gregory, melihat Airin menggapai hasil terbaik adalah sebuah keistimewaan. Sebab, ia tahu betul seperti apa perjuangan anaknya untuk sampai ke sana. Airin berusaha keras agar dirinya bisa bersaing di bola basket setiap hari.

“Dia latihan, dia belajar. Dia berusaha membagi waktu antara bermain dengan pendidikan,” kata Gregory lagi. “Saya membebaskan Airin. Saya akan mendukung apa pun yang dia lakukan—selama itu positif. Dia boleh bermain basket, tapi jangan sampai mengabaikan pendidikan.”

Sejauh ini, Airin menuruti pesan orang tuanya. Ia bermain basket sambil tetap mengutamakan pendidikan. Apalagi SMA Don Bosco juga cukup ketat dengan hal itu. Mereka ingin siswa-siswinya berprestasi dalam berbagai hal.

“Kami latihan bisa dua kali sehari menjelang final,” kata Audy Pahala, pelatih tim putri. “Recovery-nya sejak semifinal juga tidak lama. Sebab, anak-anak harus sekolah. Kami tidak bisa izin hanya karena kejuaraan ini, kecuali final. Mereka tetap harus sekolah karena pendidikan di Don Bosco itu sama pentingnya.”

Kendati begitu, menurut Audy, dukungan sekolah kepada tim basket luar biasa. Mereka mendukung penuh kegiatan tim. Sekolah bahkan mau mengerahkan siswa-siswinya untuk datang menonton di setiap pertandingan, termasuk final yang menjadi puncak kejuaraan.

Audy sendiri senang timnya bisa juara. Ia percaya anak-anak asuhnya bisa sampai ke puncak, terutama Airin. Ia menilai pemainnya yang satu itu mampu memimpin tim dengan baik. Apalagi Airin adalah seorang kapten.

“Saya sejak awal memang mengorbitkan Airin. Bagaimanapun, saya ingin dia masuk First Team,” ungkap Audy. “Saya mengandalkan dia untuk memimpin tim ini. Kebetulan dia menjawab kepercayaan saya. Buktinya dia jadi MVP.”

Dengan pembuktian itu, Airin pun merasa puas. Ia bangga dengan pencapaiannya. Hanya saja, di depan sana, masih ada lebih banyak tantangan yang mesti ia lalui. Ia tidak ingin kepuasaan itu membuatnya terlena. Ia mengatakan, Honda DBL boleh saja menjadi penutup yang manis di SMA. Namun, Airin tetap harus melanjutkan perjalanan. Kejuaraan ini adalah satu langkah menuju langkah lainnya. (put)

Foto: Gilang Adi Nugraha/DBL Indonesia

Komentar