Mutiara Nelsa Putri bergerak lincah dari satu lapangan ke lapangan lainnya. Garda SMA Adabiah 2 Padang itu melantun bola sendirian, sementara teman-temannya berusaha membuka ruang. Mutiara kemudian punya dua pilihan: mengoper atau mencetak skor.
Dari dua pilihan itu, Mutiara lebih sering mencetak skor. Meski dengan tubuhnya yang kecil, ia mampu melewati para pemain SMA Don Bosco yang lebih tinggi. Kebetulan SMA itu menjadi lawan SMA Adabiah 2 di Fantastic Four Honda DBL West Sumatera Series 2019.
Semangat Mutiara berapi-api. Ia percaya diri, tetapi SMA Adabiah 2 rupanya harus tumbang di empat besar. Kedalaman skuat mereka menjadi masalah. Pemain cadangan tidak bisa menggantikan starter. Sehingga tenaga Mutiara terkuras habis. SMA Don Bosco memanfaatkan itu untuk menghentikannya.
Mutiara jatuh pada tangisnya. Ia tidak menyangka akan kalah seperti itu. Namun, lekas bangkit karena tahu ini bukan tahunnya. Ia berhenti menangis dan mulai percaya musim depan akan menjadi miliknya.
Saya kemudian menemui Mutiara di GOR Prayoga Padang pada 1 Agustus 2019. Ia baru selesai diwawancarai oleh beberapa wartawan saat itu. Saya kemudian mengambil giliran untuk berbincang dengannya.
Apa pendapatmu soal pertandingan semifinal?
Pertandingan cukup ketat. Poin saling kejar-mengejar. Sayang, kami kalah. Tapi, meski kami kalah, itu bukan berarti kami patah semangat. Kalau kami tidak bisa ke final tahun ini, kami akan ke final tahun besok.
Dengan fisik yang lebih kecil, saya lihat kamu tampil percaya diri, kamu memang bermain seperti itu?
Iya, percaya diri. Saya tipe orang yang—kalau orang lain tidak bisa—saya harus bisa. Saya sangat suka menggali ilmu. Gali ilmu, gali ilmu, sampai saya bisa.
Kamu sudah berapa lama kenal basket?
Saya sudah kenal basket dari kelas 5 SD. Saya punya sepupu anak basket. Di situ saya tertarik untuk bermain basket. Saya mulai serius bermain basket waktu SMP. Saya juga termotivasi oleh sepupu saya. Tahun 2015—kalau tidak salah—masuk DBL Camp.
Siapa sepupumu?
Gentara Eksentama. Dari Adabiah juga. Saya berterima kasih sekali kepada dia. Saya bisa seperti ini.
Apa yang menarik dari basket?
Main basket itu bisa bikin kita have fun. Kalau kita bosan di rumah, kita main basket, pikiran jadi enak dan tenang. Nambah pergaulan juga.
Don Bosco tim yang seperti apa?
Don Bosco cukup kuat. Don Bosco lebih sering menyerang dengan fast break, jadi kami kesulitan untuk balik.
Tahun depan kamu masih akan main, bisa tidak mengalahkan dominasi Don Bosco?
Bisa. Karena kami optimis. Saya yakin bahwa proses tidak akan menkhianati hasil. Jadi, kami bakal latihan, latihan, latihan lagi semaksimal mungkin sampai kami bisa mencapai target juara.
Kamu punya idola?
Ada, tapi idola di NBA tidak ada. Saya sukanya di Indonesia.
Siapa?
Kalau di Indonesia Andakara Prastawa dan Daniel Wenas. Kalau yang cewek itu Henny Sutjiono.
Kamu juga kebetulan pakai sepatunya Abraham Damar. Seperti apa rasanya pakai sepatu AD1?
Enak banget, nyaman banget. Saya percaya diri pakai ini.
Kalau kamu berkesempatan bertemu dengan idolamu, termasuk yang punya sepatu ini, apa yang ingin kamu sampaikan?
Mau minta ilmu dari dia. Minta ajari cara main yang bagus, yang tenang, tidak emosi. Mudah-mudahan Abraham Damar dan lainnya bisa ke Padang. Share ilmu di sini.
Oke, nanti kusampaikan ke mereka. Terima kasih sudah mau ngobrol bareng Mainbasket.
Terima kasih, Bang.
Foto: Gilang Adi Nugraha/DBL Indonesia