Hanya orang-orang abai yang mengatakan bahwa bola basket adalah olahraga untuk kalangan ekonomi menengah ke atas. Saya kenal banyak pemain berhasil yang berasal dari keluarga dengan ekonomi bawah. Umumnya saya ketahui lewat kompetisi Honda DBL dan tentu saja IBL dan Piala Srikandi.
Saya tahu ada pemain nasional yang orang tuanya adalah tukang sapu di pabrik. Saya juga tahu ada pemain tim hebat yang ibunya jadi tukang cuci keliling dari rumah ke rumah. Saya tahu pemain nasional yang orang tuanya menarik becak. Saya juga tahu beberapa pemain profesional dengan latar belakang keluarga biasa saja, bahkan tergolong tak mampu. Saya ingat ada sebuah tim basket di NTT yang rela menyeberangi laut lalu menginap bersama di sebuah gedung sekolah terbengkalai, tidur beralas lantai, demi ikut kompetisi. Dan lain-lain. Saya masih ingat masih banyak lagi. Kebanyakan kalau disebutkan satu-satu.
Saya rasa, pembaca tulisan ini yang benar-benar main basket pun akan ingat teman-temannya bermain dulu atau sekarang yang memiliki latar belakang ekonomi yang beragam. Tidak semuanya kaya. Ada yang miskin juga rasanya.
Entah dari mana anggapan sesat bahwa basket adalah olahraga untuk kalangan ekonomi mapan itu. Dari orang-orang abai sepertinya.(*)