Adidas menyimpan bermacam arsip edisi lawas di Herzognaurach, Jerman. Sepatu-sepatu bermacam fungsi dari banyak cabang olahraga jadi bagian dari inspirasi juga pengembangan siluet yang ada sekarang. Begitu pula dengan sepatu basket mereka. Baru-baru ini, Si Tiga Garis merilis ulang adidas Streetball. Berawal untuk kepentingan suatu acara basket jalanan, mereka kemudian merilisnya secara global.

Itulah asal mula nama adidas Streetball. Istilah itu merujuk pada permainan bola basket luar ruang dengan gerakan lebih liar seakan berdansa dengan bola. Jingga dipilih bukan tanpa alasan. Warna itu menghiasi tiap edisi Streetball yang dirilis pada 1993, 1995, dan 2004. Bisa jadi, jingga adalah ciri khasnya. Adidas selalu menyertakannya di setiap rilisannya.

adidas Streetball OG buatan 1993.

Sepatu ini akan melengkapi varian sepatu basket mereka terutama dari sisi kegunaan. Mereka telah menjual edisi-edisi dalam ruang seperti N3XT L3V3L, Harden vol. 3, Dame 5, dan lainnya. Meski begitu, adidas tidak lupa untuk memproduksi khusus untuk luar ruang. Itulah tujuan utama pengembangan adidas Streetball dengan bahan juga teknologi terkini.

Lini basket luar ruang sejatinya punya penggemar tersendiri. Hal ini bisa dilihat bagaimana sejarah basket muncul dari lapangan jalanan sekaliber Rucker Park dan Dyckman. Kultur basket jalanan (street ball) pun muncul lewat interaksi para pegiat basket. Nama tenar seperti Kyrie Irving juga berasal dari sana. Untuk Indonesia, hampir di setiap sekolah negeri memiliki lapangan basket luar ruang.

Sepatu ini dibuat dengan struktur yang tampak kokoh dengan bagian atas yang lebih tebal dari sepatu basket pada umumnya dewasa ini. Konsep yang kurang lebih sama dengan apa yang disajikan pada siluwt Streetball tahun 1993. Lapangan berkontur keras, gerakan yang bertenaga, juga kontak fisik yang lebih intens jadi alasan utama mengapa desainnya dibuat demikian. Ditambah dengan gaya berbusana mereka yang lebih suka memakai pakaian dengan ukuran yang lebih besar. Sepatu dengan bentuk yang bulat juga besar pun jadi pilihan. Pola fesyen semacam itu juga terkoneksi dengan penggiat musik hip-hop terutama kalangan masyarakat afro-amerika.

adidas Streetball II yang dirilis pada 2014.

Lewat Streetball pula adidas ingin menyebarluaskan bantalan LightStrike yang dipakai di varian sepatu lain. Bantalan ini membuat siluet Streetball 2019 lebih ringan dari pendahulunya. Bagian atas terdiri atas panel-panel berbahan kulit, suede, dan nubuck. Bagian dalam memuat busa yang cukup tebal. Yeezy 700, Ozweego, dan LXCON merupakan sepatu adidas lain dengan bentuk serupa.

Kabar baiknya, sepatu ini akan dijual secara global pada pertengahan Juli 2019. Masih belum dapat dipastikan apakah Indonesia juga mendapat jatah penjualan. Streetball 2019 sudah tersedia di situs pembelian daring global dengan lama kirim minimal satu pekan.

Foto: Defy New York, adidas Originals

Komentar