Kegiatan sosial untuk penduduk Afrika telah lama dilakukan berbagai pihak di dunia. Eksistensinya terus terjaga mengingat begitu kompleksnya kondisi di Benua Hitam. Produsen olahraga juga tercatat telah membuat program-program demi mendukung aktifitas ini. Yang terbaru adalah sepatu olahraga KangaROOS yang bersiap merilis sepatu dengan misi penyediaan air bersih di Kamerun.

Pabrikan Amerika Serikat itu menyebut sulitnya mengakses air bersih di daerah keras  Afrika. Untuk membantu merealisasikan proyek ini, mereka bekerja sama dengan organisasi non-profit Jerman bernama Earth Water. KangaROOS sebelumnya mencanangkan program lingkungan bertajuk Ocean 72 yang dilakukan untuk peringatan 40 tahun umur mereka yang jatuh tahun ini.

Lewat rilis pers, Earth Water melakukan bermacam program demi menyediakan dan menyelamatkan sumber air bersih agar dapat dikonsumsi manusia. Keuntungan setiap program yang dijalani sepenuhnya digunakan untuk membiayai ketersediaan air, sebagian di antaranya terbuat dari daur ulang sampah plastik laut. Hal ini sama seperti kerja sama antara adidas dan Parley for the Ocean.

KangaROOS Ultimate OG dibuat secara terampil oleh pengrajin di Pirmanens, Jerman. Warna ungu dipilih dengan detail kuning berbahan dominan suede. Sementara di bagian samping terdapat kain bermotif warna-warni laiknya baju tradisional masyarakat Afrika. Kain itu juga bisa ditemui di bagian sol dalam yang juga menyertakan identitas kedua belah kolaborator. Sebagai pelengkap, sebuah kotak sepatu bermotif khusus disediakan dengan slogan “You Never Drink Alone” tersemat di samping. KangaROOS Ultimate OG x Earth Water dibanderol €270 dan mulai dijual per 6 Juli 2019.

Kultur sneaker memang didominasi merek-merek besar seperti Nike, adidas, Puma, dan lain sebagainya. Meski demikian, tidak ada salahnya kita melirik pada merek-merek di bawah radar seperti KangaROOS. Merek ini dibuat oleh Robert Gamm, seorang penikmat lari asal Amerika Serikat. Setelah berkembang di Negeri Paman Sam, Gamm menjualnya kepada pebisnis. Setelah itu, kantor pusat mereka berpindah ke Jerman.

Namanya memang terinspirasi dari hewan endemik asli Australia. Gumm yang hobi lari merasa kesulitan menyimpan kunci rumahnya saat jogging. Apalagi, baju olahraga kala itu belum banyak yang menyediakan kantong. Oleh karenanya, ia membuat sendiri sepatu lari dengan kantong di bagian samping. Itulah awal mula sepatu KangaROOS Combat yang jadi siluet perdana. Sepatu ini cukup populer di era awal 1980-an terutama bagi para pelari.

Clyde Drexler (no. 4 dari kiri) berpose dengan seluruh peserta Slam Dunk Contest 1987.

Larisnya KangaROOS Combat membawa mereka pada misi selanjutnya, membuat sepatu basket. Pada 1983, tercetuslah sepatu basket pertamanya yang diberi nama Skywalker. Clyde “The Glide” Drexler, bintang Portland Trail Blazers kala itu, didapuk menjadi duta. Strategi ini mengukuhkan KangaROOS dalam lima besar merek olahraga terpopuler di Amerika Serikat pada 1983 menurut Sneakers Magazine. Ia memakai sepatu tersebut di momen penting hingga NBA Slam Dunk Contest tahun 1987.

Kepopuleran itu mungkin saja telah berakhir. Merek atletik ini gagal mempertahankan animo yang sukses mereka raih di masa lampau. Kini, KangaROOS sulit menembus pasar yang telah melambungkan namanya. Meski begitu, mereka tetap konsisten membuat edisi-edisi khusus dengan tema edukatif dengan desain yang cenderung Eropasentris. Sepatu lari mereka pun terbilang populer bagi para penikmat sneaker di Benua Biru.

Foto: Sascha Priesters untuk KangaROOS, Walter Iooss Jr./Sports Illustrated Classic

Komentar