NBA akan mengumumkan peraih penghargaan dari berbagai kategori pada 24 Juni 2019. Mereka telah mengumumkan nama-nama calon peraih penghargaan saat playoff. Beberapa nama beken muncul, di antaranya: Luka Doncic, Trae Young, dan Deandre Ayton.
Doncic, Young, dan Ayton bersaing dalam perebutan gelar ruki terbaik (Rookie of the Year) 2018-2019. Mereka tampil mengesankan bersama timnya masing-masing. Namun, ketiganya sama-sama gagal mengantarkan tim ke playoff.
Pada kategori ini, saya sebenarnya sudah bisa mengira siapa pemenangnya, meski ternyata cukup sulit. Pembaca juga mungkin sudah bisa menebak pilihan saya.
Luka Doncic
Doncic ini merupakan pemain yang luar biasa. Ia sudah menjadi pemain profesional sejak usianya belasan tahun. Ia punya karier yang bagus bersama Real Madrid di Eropa. Doncic meraih gelar juara sekaligus pemain terbaik dan pemain terbaik Final Four di EuroLeague 2018 sebelum terjun ke NBA.
Sebelum memutuskan mengikuti NBA Draft 2018, nama Doncic bahkan santer diberitakan di mana-mana. Beberapa situs prediksi menempatkan di urutan teratas. ESPN bahkan menjagokannya sebagai pemenang gelar ruki terbaik. Namun, pada kenyataannya, Phoenix Suns—yang mendapat hak pilih nomor satu—tidak merekrutnya. Mereka lebih memilih Ayton. Padahal Igor Kokoskov, kepala pelatih Suns saat itu, merupakan kepala pelatih tim nasional Slovenia. Doncic merupakan pemain Slovenia.
Sacramento Kings—yang mendapat hak pilih nomor dua—juga melewatkannya. Doncic baru terpilih di urutan ketiga oleh Atlanta Hawks. Itu pun mereka menukarnya ke Dallas Mavericks. Jadilah ia berlabuh di Texas.
Seperti prediksi banyak orang, Doncic tampil mengesankan bersama Mavericks. Ia mencetak beberapa rekor, baik dalam sejarah liga maupun timnya sendiri. Contohnya: Doncic tampil di pertandingan melawan Minnesota Timberwolves. Mavericks menang 140-136. Donic mencetak 26 poin saat itu. Ia menjadi pemain termuda dalam sejarah Suns yang pernah mencetak 20 poin pada satu pertandingan.
Selain rekor itu, Doncic punya beberapa rekor lagi, misalnya: Ia menjadi pemain termuda yang pernah mencetak tujuh tripoin dalam satu pertandingan; Ia menjadi pemain termuda yang pernah mencetak tiga tripel-dobel; Ia menjadi pemain kelima dengan rata-rata 20 poin, 5 rebound, dan 5 asis di musim debutnya; Ia masuk ke jajaran NBA All-Rookie First Team tanpa cela. Doncic tampil lebih dari apa yang diharapkan, dan ia masih bisa berkembang.
Selama semusim itu, garda asal Slovenia tersebut tampil sebanyak 72 kali (semuanya starter) dengan menit bermain 32,2 menit. Ia mencetak 21,2 poin, 7,8 rebound, 6 asis, 1,1 steal dengan persentase tembakan keseluruhan mencapai 42,7 persen. Efektivitas tembakannya keseluruhannya berada di angka 49,7 persen. Sementara true shooting percentage 54,5 persen.
Trae Young
Saya sebenarnya tidak pernah menyangka Young bisa sebagus ini. Ia tampil di luar ekspektasi. Young merupakan bintang utama Hawks pada 2018-2019. Sayangnya, mereka gagal menembus playoff. Sebab, secara tim, Hawks memang belum pantas untuk lolos ke sana.
Kendati demikian, prospek karier Young secerah Doncic. Ia telah membuktikannya selama semusim ini, terutama pascagelaran NBA All-Star 2018. Saat itu ia menggenjot performanya sampai berhasil masuk ke jajaran NBA All-Rookie First Team tanpa cela. Ia masih bisa berkembang untuk jadi lebih hebat lagi.
Permainan Young bahkan mirip Steve Nash dan Stephen Curry. Nash dan Curry merupakan pemain NBA yang pernah menyabet gelar pemain terbaik dua kali beruntun. Young memiliki kemampuan mengoper dan menembak seperti mereka. Ia juga berpotensi meraih hal serupa. Namun, saya tidak ingin membahas itu sekarang. Young masih harus melalui jalan panjang dan terjal menuju ke sana.
Sebagai garda utama di timnya, Young telah bertugas dengan baik. Ia mencetak 19,1 poin, 3,7 rebound, 8,1 asis dengan akurasi tembakan keseluruhan 41,8 persen dalam 81 pertandingan. Menit bermainnya bisa sampai 30,9 menit.
Efektivitas tembakan keseluruhan Young mencapai 48 persen. True shooting percentage 53,9 persen. Ia juga relatif sehingga lebih bisa diandalkan soal konsistensi kehadiran. Young tampil sembilan kali lebih banyak daripada Doncic.
Deandre Ayton
Selain Doncic dan Young, Deandre Ayton juga berhasil masuk ke jajaran NBA All-Rookie First Team. Namun, nilainya tidak sempurna seperti Doncic dan Young. Ayton bahkan seringkali keluar dari perbincangan tentang peraih gelar ruki terbaik gara-gara itu.
Meski begitu, bagi saya, Ayton justru harus masuk dalam perbincangan itu. Sebab, selain karena masuk nominasi, ia merupakan ruki yang produktif. Ayton punya debut karier yang mengesankan bersama Phoenix Suns.
Ayton bahkan tampil meyakinkan di pertandingan pertamanya. Ia mencetak 19 poin, 10 rebound, dan 6 asis ketika Suns melawan Dallas Mavericks. Menurut Elias Sports, dengan catatan itu, ia menjadi pemain pertama dengan setidaknya 18, poin, 10 rebound, dan 6 asis di pertandingan pertamanya sejak Kareem Abdul-Jabbar pada 1969.
Selama satu musim, Ayton mencetak 16,3 poin, 10,3 rebound, dan 1,8 asis. Ia tampil sebanyak 71 kali dengan menit bermain mencapai 30,7 menit. Persentase tembakan keseluruhannya tinggi di angka 58,5 persen. Efektivitas tembakannya keseluruhannya juga sama tinggi di angka 58,5 persen. Sementara true shooting percentage-nya lebih tinggi lagi di angka 60,8 persen.
Dengan rata-rata 15+ poin dan 10+ rebound, Ayton sebenarnya berpotensi menjadi ruki terbaik. Hal itu bahkan didukung oleh sejarah. Sebab, 9 dari 11 ruki sejak Era Lotre yang mencetak rata-rata seperti itu memenangkan gelar ruki terbaik.
Prediksi
Seperti saya bilang, saya sebenarnya sudah bisa mengira pemenangnya. Saya memilih Doncic sebagai pemenang gelar ruki terbaik. Namun, hal itu cukup sulit dilakukan. Sebab, ketiganya benar-benar mengesankan sebagai seorang ruki. Ruki terbaik ini benar-benar bukan sekadar masalah Luka Doncic.
Dalam hal poin, misalnya, Young (1549) mencetak lebih banyak poin dari Doncic (1526) dan Ayton (1159). Namun, rata-rata Doncic justru lebih tinggi. Ia mencetak 21,2 poin per pertandingan. Per 36 menit, ia bahkan bisa mencetak 23,7 poin. Sementara Young hanya 22,3 poin dan Ayton 19,1 poin.
Untuk urusan asis, Doncic berada di urutan kedua setelah Young. Ia mencetak total 429 asis dengan rata-rata 6 per pertandingan. Young berada di atasnya dengan total 653 asis dengan rata-rata 8,1 per pertandingan. Ayton berada di bawah mereka dengan hanya 125 asis dengan rata-rata 1,8 asis.
Dalam basis 36 menit, asis Young jauh lebih tinggi dengan 9,4 asis. Doncic tetap di belakangnya dengan 6,7 asis. Ayton hanya 2,1 asis.
Kendati demikian, senter Suns itu benar-benar merajai rebound. Sebagai seorang pemain yang biasa bermain di area bawah ring, ia bisa meraih 12 bola pantul per 36 menit. Doncic berada di angka 8,7 sementara Young hanya 4,3.
Dari ketiga ketegori statistik per 36 menit itu saja, ketiganya jelas punya kelebihan masing-masing. Itu membuat saya kesulitan menebaknya. Sehingga saya menilai dari faktor lain.
Ada tiga hal lain yang saya gunakan untuk menebak Doncic sebagai peraih gelar ruki terbaik. Pertama, Doncic adalah pemain terbaik di skuat Mavericks. Ia bahkan berhasil menyingkirkan Dennis Smith Jr. yang punya pengalaman lebih lama di NBA. Ia sangat cepat beradaptasi dengan kultur meski sebelumnya hanya bermain di Eropa. Ini menjadi nilai plus bagi Doncic.
Kedua, Doncic merupakan bintang NBA. Ia berhasil menyedot perhatian dunia. Doncic bahkan mendapatkan banyak suara dalam pemilihan NBA All-Star. Namun, ia gagal masuk ke jajaran itu setelah bersaing dengan nama-nama beken seperti LeBron James, Giannis Antetokounmpo, Stephen Curry, Damian Lillard, dan masih banyak lagi.
Ketiga, dengan mengesampingkan bagian statistik, bagi saya tidak ada ruki lain yang memiliki dampak lebih signifikan pada timnya daripada Doncic. Ia memimpin Mavericks di kedua sisi, baik ketika menyerang maupun bertahan. Doncic ibarat alpha male dalam sebuah gerombolan. Tidak heran jika ia menyedot perhatian. Ia adalah bintang utamanya. Sementara Young dan Ayton jelas tidak memiliki itu.
Itulah mengapa Doncic cocok menjadi ruki terbaik.
Foto: NBA