Keputusan untuk bergabung dengan Toronto Raptors mungkin saja menjadi salah satu keputusan terbaik yang pernah dibuat oleh Jeremy Lin. Pemain yang dikenal dengan julukan Linsanity ini seolah menemukan akhir yang pas untuk kisah heroiknya selama berkarier di NBA.

Mundur beberapa tahun silam, julukan Linsanity datang lantaran performa apik Jeremy kala membela New York Knicks. Kala itu, Knicks yang kehabisan stok pemain di posisi garda sebenarnya tak punya pilihan lain untuk tak memainkan Jeremy. Menariknya lagi, Jeremy datang ke Knicks setelah diputus kontrak oleh Golden State Warriors dan Houston Rockets.

Belum lagi fakta bahwa ia hanya bermain 29 gim bersama Warriors dengan rataan menit tak sampai 10 menit per gim, Jeremy jelas bukan pemain yang diharapkan lebih. Namun sebaliknya, Jeremy justru tampil istimewa dan mendapatkan perhatian besar dari seluruh penikmat NBA.

Setelahnya, karirnya bisa dibilang terus membaik terutama secara finansial. Pasalnya, ia mendapatkan kontrak jutaan dollar kala membela Rockets, Los Angeles Lakers, dan Charlotte Hornets. Kontrak lebih besar lagi ia terima kala bergabung dengan Brooklyn Nets. Ia menyetujui kerja sama selama tiga tahun dengan nilai AS$36 juta. Sayangnya, ia tercatat hanya bermain sebanyak 37 kali selama dua musim karena cedera parah. Di sisi lain, ia juga selalu mencatatkan rataan dua digit poin selama itu.

Di awal musim 2018-2019, Jeremy masuk paket pertukaran yang membuatnya berganti membela Atlanta Hawks. Hawks menjadi tim ketujuh yang ia bela sejak 2010. Setelah bermain 51 gim, Jeremy dan Hawks sepakat untuk tak lagi melanjutkan kontrak. Sebagai pemain bebas, Jeremy lantas bergabung dengan Raptors yang berujung pada gelar juara.

Meski tercatat bermain tak sampai satu menit selama babak final, Jeremy tetaplah seorang juara. Menit bermainnya memang tergerus habis selama playoff. Jika di 23 gim musim reguler ia rata-rata bermain selama 18,8 menit, di delapan gim playoff alumnus Harvard University ini hanya bermain 3,4 menit per gim.

Menariknya, ternyata keberhasilan Jeremy menjadi juara ini ada hubungannya dengan Knicks. Dilansir salah satu akun penggemar Knciks, Blue and Orange Forever, Jeremy melanjutkan tren mantan pemain Knicks yang lolos ke partai final NBA sejak 2009. Padahal, terakhir kali Knicks lolos ke final terjadi pada 1999. Selain itu, Knicks juga selalu gagal melaju ke playoff sejak 2014.

Total ada 15 pemain yang masuk ke dalam daftar tersebut, termasuk Jeremy. Ada nama Trevor Ariza, Nate Robinson, Eddie House, Eddy Curry, Toney Douglas, David Lee, Channing Frye, Iman Shumpert, J.R Smith, Ronny Turiaf, Tracy McGrady, Matt Barnes, Timofey Mosgov, Derrick Williams, hingga Jose Calderon.  Dari 15 nama di atas, sembilan berhasil mendapatkan cincin juara.

Tentu catatan di atas bukanlah catatan yang disukai oleh para penggemar Knicks. Namun, tuah bagus ini mungkin saja bisa menjadi referensi tim-tim NBA lain dalam melakukan transaksi pemain. Jika di Indonesia, hal semacam ini terjadi kepada CLS Knights. Deretan pemain yang keluar dari mereka seringnya berujung menjadi juara dengan tim lain. Bedanya, CLS Knights juga meraih gelar juara, sementara Knicks masih berkutat dengan berbagai kesulitan mereka.

Tak hanya tentang Knicks, Jeremy juga mencatatkan sejarah lain di gelar juaranya. Ia menjadi pemain berdarah Asia-Amerika pertama yang mampu menjadi juara. Jauh sebelum menjadi juara, penampilannya bersama Warriors 2010 lalu sudah membuatnya menjadi pemain Asia-Amerika pertama yang bermain di NBA sejak Wataru Misaka melakukannya pada 1947. Uniknya, Wataru ternyata juga pernah bermain untuk Knicks. (DRMK)

Foto: NBA, Instagram @jlin7

Komentar