Final NBA 2018-2019 antara Golden State Warriors dan Toronto Raptors sudah berjalan lima gim. Untuk sementara, Raptors dalam posisi unggul (3-2). Sebenarnya, Raptors memiliki peluang untuk mengunci gelar juara di gim kelima lalu. Sayangnya, mereka harus takluk satu poin (106-105) dari Warriors melalui pertarungan yang cukup sengit.
Keberhasilan Raptors mengungguli Warriors patut diberi apresiasi lebih mengingat tren positif Warriors yang sudah bisa dibilang sebagai dinasti. Sedikit mengingatkan, ini adalah penampilan final kelima Warriors secara beruntun. Dalam empat penampilan sebelumya, Warriors hanya gagal menjadi juara di edisi 2016 usai takluk dengan comeback luar biasa dari Cleveland Cavaliers.
Jika diruntut lagi, sejak 2014, praktis hanya Cavaliers yang secara konstan memberi kesulitan kepada Warriors. Atau mungkin lebih tepatnya LeBron James yang secara konstan menjadi penantang Warriors di babak final. Ya, di empat perjalanan sebelumnya, lawan Warriors adalah Cavaliers dan LeBron adalah pemimpin tim tersebut.
Selain Cavaliers, Warriors hanya dua kali tercatat pernah menelan tiga kekalahan dalam sebuah seri playoff. Meski akhirnya Warriors tetap memenangi seri tersebut, Oklahoma City Thunder dan Houston Rockets pernah menyulitkan tim asuhan Steve Kerr ini.
Keduanya memberi tiga kekalahan pada babak yang sama, final Wilayah Barat. Thunder melakukannya pada 2016 sementara Rockets mengikuti hal itu musim lalu. Namun, dari empat tim di atas, hanya Raptors dan Thunder yang mampu menempatkan diri sempat dalam posisi unggul (3-1).
Jika terus mengerucut kepada penampilan di final NBA saja, praktis Raptors adalah satu-satunya yang dalam prosesnya cukup “melukai” Warriors. Lantas, telintaskah di pikiran Anda mengapa Warriors cukup kesulitan di final kali ini?
Keuntungan laga kandang?
Keuntungan laga kandang (homecourt advantage) seringnya diagung-agungkan dalam sebuah seri playoff. Namun, saya sendiri merasa hal ini bukanlah hal yang terlalu besar terutama untuk para pemain NBA. Perlu Anda ingat bahwa setiap musimnya, satu tim NBA akan bermain sebanyak 82 kali di musim reguler yang dibagi merata secara kandang dan tandang.
Fakta tersebut sudah menunjukkan bahwa sebenarnya sebuah tim NBA sudah biasa bermain di kandang lawan, meski secara tekanan memang ada perbedaan kala musim reguler dan playoff. Namun, jika Anda menilik lagi tiga gelar juara yang dimiliki oleh Warriors, hanya satu yang mampu mereka kunci di Oracle Arena. Sisanya, terjadi di Quicken Loans Arena, markas Cavaliers. Bahkan, kekalahan Warriors atas Cavaliers pun terjadi di Oracle Arena. Semakin menunjukkan bahwa kandang Warriors sebenarnya tidak cukup angker untuk Sang Tuan Rumah.
Cedera Kevin Durant
Cedera mungkin bisa menjadi salah satu alasan mengapa Warriors kesulitan di penampilan kali ini. Meski bisa dibilang alasan ini terkesan tidak perlu dipikir lebih mendalam lagi dan cenderung seperti mencari kambing hitam, secara data alasan ini masih cukup masuk akal.
Dalam hal ini, cedera Kevin Durant bisa dibilang menjadi kehilangan terbesar dalam sistem permainan Warriors. Seperti yang diungkapkan oleh Klay Thompson dalam jumpa wartawan seusai gim kelima, kehadiran Kevin membuat Warriors menjadi salah satu tim terbaik yang pernah ada di NBA. Sebelum cedera pertama di gim kelima melawan Rockets, Kevin adalah top skor tim dengan rataan 32,3 poin per gim sepanjang playoff.
Meski dalam beberapa kesempatan termasuk di gim kelima lalu duo “Splash Brothers” mampu tampil gemilang, keberadaan Kevin tetaplah besar. Selama 12 menit bermain sebelum cedera Achilles, Kevin mengemas 11 poin, 2 rebound, 1 blok, 2 foul, dan 1 turnover. Ia memasukkan 3/5 tembakan yang seluruhnya dari tripoin dan 2/2 tembakan gratis. Secara +/-, Kevin tercatat positif enam poin, catatan tertinggi dari seluruh pemain Warriors lainnya.
Efisiensi Pemain Pendukung
Cedera Kevin memang berpengaruh besar, tapi buruknya penampilan para pemain pendukunglah yang sebenarnya membuat Warriors kesulitan. Pemain pendukung dalam hal ini yang saya maksud adalah seluruh pemain Warriors di luar Klay, Stephen Curry, dan Draymond Green. Dari statistik yang ditunjukkan oleh Kirk Goldsberry hingga gim keempat, hanya Kevon Looney dan Klay yang memiliki effective Field Goal Percentage (eFG%) di atas rata-rata NBA (52,4 persen). Menyusul kemudian ada Steph yang masih di atas 50 persen.
Masalah lebih buruk lagi, ternyata catatan jelek deretan pemain pendukung Warriors musim ini adalah yang terburuk sepanjang lima musim terkahir, bila dibuat secara keseluruhan. Masih dalam sumber yang sama, pemain Warriors di 2015, Marreese Speights adalah pemain dengan eFG% terburuk (minimal empat percobaan tembakan per gim). Jika dilihat lebih dalam lagi, hanya ada lima pemain dalam kurun empat musim ke belakang yang memiliki eFG% di bawah 50 persen.
Bandingkan dengan musim ini, total ada lima pemain Warriors yang memiliki eFG% tidak sampai 50 persen dengan DeMarcus Cousins menjadi yang terburuk (32 persen). Draymond tidak masuk dalam hitungan karena sejak awal dinasti ini terbentuk, rataannya memang selalu di situ-situ saja. Ia juga bukanlah pilihan utama tim ini dalam melepaskan tembakan, jadi hilangkan variabel Draymond dari daftar.
Penurunan paling drastis datang dari Andre Iguodala dan Shaun Livingston. Di penampilan-penampilan sebelumnya, keduanya minimal membukukan lebih dari 45 persen eFG%. Andre bahkan tak pernah lebih kecil dari 52 persen. Namun, di musim ini, Andre hanya mencatatkan 45 persen sementara Shaun di angka 42 persen.
Deretan pemain pendukung ini harus meningkatkan keefektifan mereka dalam melepaskan tembakan di sisa gim yang ada demi membantu Warriors memperpanjang napas atau bahkan mewujudkan three peat. Meski Steph dan Klay masih terlihat cukup baik sejauh ini, keduanya tetap saja tak bisa terus berada di lapangan selama 48 menit. Belum lagi strategi jaga tunggal (box one) yang diterapkan Raptors kepada salah satu atau bahkan kedua pemain itu di beberapa penguasaan bola jelas akan menguras tenaga.
Apa yang ditunjukkan DeMarcus di gim kelima sudah cukup baik. Ia mencetak 14 poin dan 6 rebound dengan eFG% menyentuh 81,3 persen, catatan eFG% tertingginya sepanjang membela Warriors baik di musim reguler ataupun playoff. Jika ia berhasil mengulang hal tersebut di gim keenam, bukan tidak mungkin Warriors akan membalik peruntungan. Namun, jika DeMarcus dan deretan pemain lain gagal meningkatkan hal ini di gim keenam, Warriors akan "membunuh" diri mereka sendiri.
Di sisi lain, Warriors juga harus terus mempersulit para pemain Raptors dalam mencetak poin. Tingginya catatan eFG% Raptors sepanjang seri ini membuat mereka berubah menjadi unggulan dalam duel ini. Tercatat hanya Kyle Lowry yang memiliki eFG% terendah (45 persen) dari tujuh pemain Raptors yang setidaknya melepaskan empat tembakan per gim.
Gim keenam akan digelar Jumat, pukul 08.00 WIB di Oracle Arena. Raptors hanya butuh satu kemenangan untuk mengukir sejarah baru dan terbesar mereka. Sementara Warriors butuh satu kemenangan untuk mempertahankan dinasti yang sudah mereka bangun.
Foto: NBA, Twitter, @kirkgoldsberry