Setiap 9 Juni, Kota New York memperingati Hari Puerto Rico. Karena animo masyarakat yang besar, Nike merasa perlu untuk memeriahkannya dengan merilis sepatu edisi khusus. Pada Maret 2019, mereka mengumumkan perilisan Nike Air Force 1 LV8 “Puerto Rico” untuk peringatan tersebut. Sayangnya, edisi ini diprotes karena desain yang disajikan ternyata bukan dari Puerto Rico.
Secara desain, Air Force 1 dimodifikasi dengan motif warna-warni pada panel samping di sisi luar dan dalam. Motif itulah yang dianggap Nike sebagai kain asli Puerto Rico bernama Coqui sehingga cocok untuk memeriahkan Hari Puerto Rico. Sayangnya, konsep tersebut tidak sesuai dengan budaya yang ada sehingga mengundang ketidakpuasan.
Wanita Panama mengenakan baju bermotif Mola.
Motif itu adalah Mola, bendera tradisional masyarakat Suku Kuna. Penduduk tradisional Amerika Tengah itu hidup di kawasan Karibia, Panama, hingga sebagian wilayah Kolombia. DJ Clark Kent melalui akun instagramnya menjelaskan bahwa Mola merupakan kain kebanggaan masyarakat Panama. Pemusik yang berdarah Panama itu juga menjelaskan bahwa Panama dan Puerto Rico memang sama-sama berbahasa Spanyol, namun punya benang merah histori yang berbeda. “Mohon untuk melakukan penelitian konsep yang lebih teliti agar miskomunikasi semacam ini bisa diminimalisir,” tulis Kent.
Pihak yang melayangkan protes dalam bentuk tuntutan adalah masyarakat Panama yang tergabung dalam Kuna Indians dan disebarluaskan oleh Le Monde, media lokal Panama. Surat sudah dilayangkan sejak 21 Mei 2019. Belisario Lopez selaku perwakilan meminta Nike untuk menghentikan penjualan sepatu yang menurutnya menginggung perasaan masyarakat Panama. “Kami tidak melarang penggunaan kain Mola untuk kepentingan komersil. Sayangnya, Nike salah mencantumkan identitas dan itu melukai perasaan kami,” tuturnya dalam konferensi pers yang diselenggarakan di Panama.
Unggahan DJ Clark Kent menjelaskan apa itu Mola.
Pihak Nike pun sudah mengeluarkan pernyataan terkait hal ini. Surat itu berisi permintaan maaf sekaligus penarikan produk dimaksud untuk tidak dipasarkan demi penghargaan terhadap masyarakat Kuna. Berikut kutipan inti surat respon Nike yang dipublikasikan kali pertama oleh Agence France-Presse (AFP):
“Kami meminta maaf atas representasi kurang tepat yang ada pada Nike Air Force 1 “Puerto Rico” 2019. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, produk ini kami tarik kembali dari penjualan”.
Reaksi terbesar datang dari Panama, terutama suku Kuna Indian sebagai pemilik motif tersebut. Para warganet Panama juga sudah membuat petisi untuk mengumpulkan suara tentang kebijakan ini. Sudah 6000 ribu orang yang menandatanganinya dari target 10.000. Meski begitu, permintaan yang dilayangkan melalui petisi sejatinya sudah dilakukan oleh Sang pabrikan.
Foto: Nike, Luis Asocta/AFP