Washington Wizards seolah terkena rangkaian kesialan di musim 2018-2019. Badai cedera yang mendera deretan pemain seperti John Wall dan Dwight Howard membuat tim ini tampil pincang sepanjang musim. Mereka pun menutup musim dengan hanya meraih 32 kemenangan dan menelan 50 kekalahan. Catatan tersebut membuat mereka gagal lolos ke playoff untuk pertama kalinya dalam tiga musim terakhir.

Namun, seperti biasa, semua bencana selalu menghadirkan berkah. Dalam rangkaian musim buruk ini, satu nama justru semakin “tumbuh dan mewangi.” Ia memimpin tim ini menggantikan deretan pemain senior dan seolah terus menjaga asa para pendukung. Berkah ini bernama Bradley Beal.

Sejak awal kemunculannya di NBA, lebih tepatnya setelah terpilih di urutan ketiga NBA Draft 2012, Bradley memang sudah cukup menjanjikan. Selain karena peringkat terpilihnya, permainan Bradley sebagai seorang penembak jitu yang apik juga sudah menujukkan kesiapannya berlaga di NBA.

Di musim pertamanya, ia juga tampil memukau di antara para ruki lain. Hal tersbeut terbukti meski hanya bermain 56 gim, Bradley masih terpilih di urutan ketiga pemilihan Rookie of the Year. Alumnus University of Florida ini harus absen cukup banyak laga lantaran cedera pada kaki kanannya.

Seiring berjalannya waktu, Bradley semakin menunjukkan dirinya adalah pendamping yang tepat untuk John Wall di lapangan belakang Wizards. Puncaknya, dalam tiga musim terakhir, Bradley selalu membukukan setidaknya 22 poin, 3 rebound, dan 3 asis dalam tiap musimnya. Catatan tersebut juga berujung kepada dua penampilannya di laga All Star.

Musim ini, Bradley juga kembali menorehkan catatan luar biasa. Torehan total 2099 poin, 411 rebound, dan 448 asisnya menempatkannya menjadi pemain keempat dalam sejarah NBA yang mampu setidaknya mengemas 2000 poin, 400 rebound, dan 400 asis dalam semusim. Ya, hanya tiga pemain lain dalam sejarah NBA yang mampu melakukan hal itu.

Tiga pemain tersebut adalah Alex English (1983-1984), Clyde Drexler (1988-1989), dan James Harden (2015-2016). Namun, ada perbedaan di antara tiga pemain tersebut dengan Bradley. Bradley menjadi satu-satunya pemain dalam daftar spesial ini yang tidak menutup musim dengan terpilih sebagai All-NBA Team.

Dalam pengumuman yang dibuat oleh NBA, Jumat 24 Mei 2019. Ada 15 nama pemain yang masuk dalam tiga tim All-NBA. Bradley sendiri total hanya mengemas 32 suara yang bernilai 34 poin. Dari suara tersebut, tak satupun menempatkan Bradley di First Team dan hanya satu suara yang menempatkannya di Second Team.

Di sisi lain, pemain berusia 25 tahun ini juga menjadi satu-satunya pemain dalam daftar spesial tersebut yang gagal lolos ke playoff. Mungkin, hal ini pula yang mempengaruhi 100 media pemilik suara tersebut untuk tidak menempatkan Bradley di All-NBA Team. Dalam keseluruhan daftar, hanya ada Kemba Walker (Charlotte Hornets) dan LeBron James (Los Angeles Lakers) yang terpilih tapi tidak berlaga di playoff. (DRMK)

Foto: NBA

 

Komentar