Berpuluhan tahun kita bermain di tempat bermain yang sama. Namun, beberapa tahun lalu kita tak bisa bermain karena kita hanyalah anak yayasan.
Anak yayasan pun mencari tempat bermain yang jauh demi untuk tetap bisa “bermain”.
Tak semudah itu untuk bermain di tempat yang baru, namanya juga anak baru. Banyak sekali dukungan dan tak sedikit pun celaan yang menusuk. Tapi, anak yayasan masih terus bermain, menunjukkan kalau anak yayasan tetap bisa bermain.
Kita bermain di tempat yang sangat luas; luas akan aturan, luas akan budaya, luas perbedaan dan lain-lain. Adaptasi tak mudah bagi anak yayasan, tapi mereka terus belajar.
Kita berasal dari rumah, Surabaya, Indonesia, yang tampak tenang dari luar sana. Rumah kita banyak konflik, banyak guncangan di dalam rumah kita, bahkan kita diadudomba oleh isu-isu untuk sebuah kepentingan. Tapi, anak yayasan tetap menunjukkan mereka bisa satu untuk bermain.
Dua tahun sudah kita bermain di tempat ini. Dan sebuah pembuktian dari proses anak yayasan yang terbuang berbuahkan permata.
Di tahun ini anak yayasan bisa mengubah rumah kita menjadi sorotan dunia luar, di mana basket Indonesia bisa menggemparkan. Sebuah langkah besar untuk kemajuan tempat bermain.
Terima kasih semua Keluargaku, CLS Knights, Knights Society, Ultras, dan semua warga di mana pun yang membuat angker rumah kita, yang selalu menjaga rumah kita dari luar maupun dalam.
Untuk keluarga yang di luar sana bermimpi untuk bermain, janganlah cuma bermimpi karena mimpi itu hanya ada di balik bantal. Berjuanglah, berlatihlah, jangan mau untuk berhenti untuk bisa bermain.
Kalian luar biasa. Hormat untuk kalian semua.
Dari saya, Sandy Febiansyakh Kurniawan, salah satu anak yayasan.
Ini untuk Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Foto: Alexander Anggriawan