Euforia keberhasilan BTN CLS Knights Indonesia masih terus terasa meski hal tersebut sudah terlewat beberapa hari. Hal tersebut terus terjaga lantaran CLS Knights memang melakukan perjalanan yang luar biasa dalam kemenangan ini. Sempat menjadi tim yang kesulitan di awal musim, pergantian pemain asing, rekor tripoin, hingga masalah homesick menjadi deretan kisah CLS Knights musim ini.
Di gim kelima pun, CLS Knights pun melakoni laga yang sangat sulit. Terus menerus dalam posisi tertinggal, bahkan tiga kali Slingers menyentuh keunggulan dua digit, CLS Knights masih bisa membawa pulang trofi juara. Sekali lagi saya ingatkan, keunggulan terbesar CLS Knights sepanjang gim ini adalah tiga poin, serupa dengan skor akhir pertandingan (84-81).
Hal lain yang menarik dilihat adalah fakta bahwa CLS Knights baru meraih keunggulan tersebut di sisa 50 detik pertandingan. Di sisa 5 menit 16 detik, CLS Knights bahkan masih tertinggal hingga tujuh poin. Tujuh poin tersebut terjadi tepat setelah Jerran Young mengeksekusi umpan alley oop Xavier Alexander dengan baik.
Lantas, apa yang terjadi setelah kejadian tersebut?
Jika Anda ingat artikel tentang kekalahan Pelita Jaya atas Stapac Jakarta di seri Malang IBL 2018-2019 lalu, hal serupa juga terjadi di gim ini. CLS Knights menaikkan tempo permainan di sisa gim ini dengan memberikan tekanan sejak dini. Beruntungnya, para pemain Slingers benar-benar “memakan umpan” tersebut.
Mereka turut melakukan serangan-serangan cepat yang tak berujung pada apapun. Sejak keunggulan tujuh poin (78-71) tersebut, Slingers hanya mampu mencetak tiga poin. Sementara CLS Knights berhasil menambahkan 13 poin untuk menutup gim.
Secara hitung-hitungan, 5 menit 16 detik setara dengan 316 detik. Setiap penguasaan bola mendapatkan waktu 24 detik. Jika sebuah tim memanfaatkan seluruh waktu menyerangnya, maka akan ada 13,1 penguasaan bola secara bergantian. Kenyataannya, di gim tersebut, di sisa waktu tersebut, total ada 20 penguasaan bola. Inilah bukti bahwa CLS Knights mempercepat tempo serangan mereka dan ditanggapi selaras oleh Slingers.
Dari 20 penguasaan bola tersebut, berujung pada 16 percobaan tembakan yang dibagi rata oleh kedua tim (masing-masing delapan percobaan). Empat penguasaan bola sisanya, berujung pada satu turnover oleh CLS Knights yang dilakukan oleh Douglas Herring Jr. dan tiga perjalanan ke tembakan gratis.
Slingers tampil cukup buruk dalam delapan percobaan tersebut usai hanya memasukkan satu tembakan mereka. Sementara satu penguasaan bola lainnya yang berujung kepada dua tembakan gratis. Jerran yang mendapatkan peluang tersebut hanya memasukkan satu tembakan. Sebaliknya, CLS Knights mungkin sedang dalam performa terbaiknya di kurun waktu tersebut.
Tim asuhan Brian Rowsom tersebut memasukkan 4/8 tembakan dengan dua di antaranya adalah tripoin yang dimasukkan oleh Maxie Esho dan Wong Wei Long. Maxie tak hanya mencetak tripoin dalam kurun waktu ini, pemain berambut gimbal ini juga memasukkan sebuah layup.
Satu lagi tembakan masuk CLS Knights datang dari layup Brandon Jawato. Tak hanya layup, Brandon juga membuat CLS Knights memiliki tembakan gratis ekstra setelah dilanggar saat melakukan layup tersebut. Brandon juga memasukkan tembakan gratis tersebut.
Sisa dua poin CLS Knights terjadi di akhir gim setelah upaya tembakan John Fields tak menemui sasaran. Bola rebound diambil oleh Darryl Watkins yang lantas memberi umpan kepada Doug (sapaan Douglas Herring Jr.) dan pemain Slingers terpaksa melakukan pelanggaran untuk menghentikan waktu. Berhubung sudah terkena team foul, Doug langsung ke garis tembakan gratis dan memasukkan dua tembakannya.
Rangkaian cerita di atas menunjukkan betapa pentingnya barisan pelatih untuk terus melihat selisih poin dengan waktu yang tersedia. Saya harus memberikan penghormatan tinggi kepada Coach Brian, Koko Heru Setyo Nugroho, Ricky Dwitauri, dan seluruh jajaran CLS Knights atas kejeliannya melihat hal ini.
Pelanggaran setelah tembakan gratis kedua Doug yang dilakukan oleh Sandy Febiansyakh juga layak mendapat apresiasi lebih. Seperti yang sudah kami bahas dalam artikel-artikel sebelumnya, Slingers cukup baik dalam serangan cepat (fastbreak). Apa yang dilakukan oleh Sandy menahan momentum Slingers dan membuat CLS Knights kembali dalam posisi bertahan sempurna untuk menghentikan penguasaan bola terakhir.
Skenario yang luar biasa CLS Knights!
Foto: Yoga Prakasita