“BTN CLS Knights Indonesia adalah juara ASEAN Basketball League (ABL) 2018-2019. “

Kallimat tersebut terus memenuhi deretan unggahan media sosial dalam kurun beberapa waktu terakhir. CLS Knights mendapatkan kepastian ini usai menang dramatis atas Singapore Slingers di gim kelima dengan skor akhir 84-81.

Secara keseluruhan pertandingan, CLS Knights bisa dibilang tak menunjukkan “gejala” menjadi juara. Selain tertinggal dua digit poin sebanyak tiga kali, dalam enam kali pergantian keunggulan yang terjadi pun, CLS Knights tak pernah unggul lebih dari tiga poin hingga sisa satu menit pertandingan.

Keunggulan terbesar CLS Knights adalah tiga poin yang setara dengan selisih skor akhir. Keunggulan tersebut didapat di sisa 56 detik pertandingan usai Wong Wei Long memasukkan tripoin di area sayap kanan serangan CLS Knights.

Meski tak tampak menguasai pertandingan, CLS Knights sebenarnya adalah tim yang sangat layak menjadi juara. Saya bicara demikian bukan karena status saya sebagai warga Surabaya dan Warga Negara Indonesia. Saya bicara demikian lantaran secara data statistik (utamanya lanjutan) CLS Knights memang unggul atas Slingers.

Sebelum bergeser ke statistik lanjutan, secara statistik tradisional pun CLS Knights sebenarnya sudah unggul atas Slingers. Akurasi tembakan (FG%) CLS Knights berada di angka 43 persen sementara Slingers dua persen lebih buruk. Di kategori akurasi tripoin (3P%), CLS Knights jauh meninggalkan Slingers dengan 41 persen berbanding 32 persen.

Seperti yang sudah dibahas dalam prediksi gim kelima, Slingers juga unggul atas CLS Knights di beberapa nomor statisitk. Dalam hal ini, akurasi tembakan gratis mereka lebih baik dengan 66 persen berbanding 61 persen milik CLS Knights.

Lalu, Slingers juga menguasai fastbreak points (FBP) dan second chance points (2CP). Untuk FBP, Slingers memiliki rataan 17,4 poin per gim sementara tim asuhan Brian Rowsom tertinggal jauh di belakang dengan 9,6 poin. Hal ini cukup menarik karena CLS Knights yang selama ini kita kenal adalah tipikal tim yang gemar bermain dengan tempo cepat. Sementara untuk 2CP, Slingers juga unggul cukup jauh dengan 12,6 berbanding 9,2 poin.

Satu hal lain yang juga menarik adalah fakta points in the paint CLS Knights yang ternyata unggul 36 berbanding 33,2 poin atas Slingers. Sejak tahun lalu mengikuti ABL, saya rasa semua penikmat basket Indonesia tahu bahwa CLS Knights adalah tim yang gemar menggunakan tripoin sebagai senjata mereka. Bahkan, musim ini CLS Knights berhasil memecahkan rekor tripoin terbanyak dalam satu gim ABL dengan 22 tripoin kala menghadapi Macau Black Bears di musim reguler.

Bergeser ke statisitk lanjutan, teori awal yang harus terus Anda ingat adalah tim dengan eFG% lebih tinggi, punya tendensi untuk selalu memenangi pertandingan. Begitu pula CLS Knights dalam meraih gelar juara ini. Mereka memiliki eFG% di angka 49 persen sementara Slingers tiga persen lebih buruk.

Faktor kedua yang sangat mempengaruhi kemenangan tim adalah turnover rate. Dalam hal ini, CLS Knights juga kembali unggul dengan 14 persen berbanding 15 persen milik Slingers. Dua hal tersebut secara persentase setara dengan 65 persen dan memastikan CLS Knights menang.

Di sisia dua faktor lainnya, CLS Knights harus mengakui keunggulan Slingers. Dalam urusan offensive rebound, CLS Knights memang hancur lebur. Bahkan, di gim kelima, Slingers membuat 21 offensive rebound. Secara offensive rebound rate (OR%), Slingers unggul 34 persen berbanding 25 persen. Tembakan gratis sudah menjadi pembahasan sejak gim ketiga. Secara rataan free throw rate (FTR%), CLS Knights juga kalah 19 persen berbanding 17 persen.

CLS Knights kini boleh merayakan kemenangan yang mereka dapatkan. Setiap pemain berhak menikmati hasil jerih payah mereka selama satu musim ini dan kini mungkin bisa menikmati waktu berlibur mereka. Namun, untuk musim depan, poin-poin yang masih kurang di atas harus dibenahi guna mempertahankan gelar dan mencatatkan sejarah sebagai tim yang mampu juara dua musim beruntun.

Foto: Yoga Prakasita

 

Komentar