BTN CLS Knights Indonesia berhasil memaksakan final ASEAN Basketball League (ABL) 2018-2019 hingga ke gim lima usai menang 87-74 atas Singapore Slingers di gim keempat. Gim lima sendiri akan digelar Rabu, 15 Mei 2019, bertempat di OCBC Arena, Singapura.
Dalam sejarah ABL, sudah diceritakan bahwa ada lima tim yang mampu menjuarai ABL di kandang lawan dan CLS Knights berpotensi melakukan hal tersebut. Tak hanya mengharapkan tuah sejarah, CLS Knights juga bisa memastikan gelar tersebut jika fokus kepada hal-hal yang bisa mereka kendalikan, dalam hal ini adalah permainan tim sendiri.
Kami merangkum keseluruhan statistik CLS Knights selama partai final melawan Slingers. Menariknya, dari perbandingan statistik lanjutan yang ada, peluang menang sebenarnya mayoritas dimiliki oleh tim asuhan Brian Rowsom.
Ya, secara poin saja, keunggulan CLS Knights sudah terlihat. CLS Knights total mengemas 290 poin dalam empat gim, setara dengan 72,5 poin per gim. Sementara Slingers total mengemas sembilan poin lebih sedikit (281), secara rata-rata 70,2 poin per gim.
Tak hanya produktif, CLS Knights juga efektif baik secara statistik tradisional ataupun lanjutan. FG% CLS Knights ada di angka 41 persen sementara Slingers satu persen di bawah. Dari belakang garis tripoin, para pemain CLS Knights berhasil memasukkan 34/82 tembakan (41 persen) berbanding dengan Slingers dengan 29/83 (35 persen).
Bergeser ke empat faktor pembawa kemenangan, CLS Knights juga hampir unggul segalanya. Di urusan eFG%, faktor terbesar penentu kemenangan, CLS Knights unggul dengan 48 persen berbanding 47 persen. Masih bicara soal tembakan, CLS Knights juga berimbang dengan Slingers untuk true shooting percentage (TS%) dengan sama-sama mencatatkan 50 persen.
Bergeser ke kesalahan sendiri (turnover), CLS Knights juga lebih baik dari Slingers. Secara turnover rate (peluang sebuah tim melakukan turnover dalam 100 penguasaan bola), CLS Knights hanya memiliki peluang 14 persen sementara Slingers 16 persen.
eFG% dan TOV% adalah dua hal yang diberikan pembebanan terbesar dalam four factor basketball Dean Oliver dan CLS Knights unggul di dua hal tersebut atas Slingers. Hal ini yang harus dipertahankan oleh CLS Knights di gim kelima nanti dan seharusnya bisa membawa pulang trofi juara ke Surabaya.
Namun, CLS Knights bukannya tanpa celah. Di dua faktor lainnya, CLS Knights sayangnya lebih buruk dari Slingers. Untuk offensive rebound percentage (peluang CLS Knights meraup offensive rebound), mereka hanya mencatatkan 27 persen sementara Slingers satu persen lebih baik. Hal ini berujung pada perolehan rata-rata second chance points Slingers di angka 10,2 poin per gim, berbanding 8,2 milik CLS Knights.
Frekuensi serangan CLS Knights berujung kepada tembakan gratis juga lebih kecil dari Slingers. CLS Knights hanya memiliki peluang 16 persen serangan berujung pada tembakan gratis sementara Slingers di angka 20 persen. Hal ini diperburuk dengan akurasi tembakan gratis yang juga cukup buruk. Tim kebanggan kota Surabaya hanya memasukkan 60 persen percobaan mereka sementara Slingers lebih baik dengan 69 persen.
Satu kelemahan lagi dari CLS Knights dan bisa dibilang cukup besar adalah transisi pertahanan. Statistik menunjukkan bahwa Slingers rata-rata mengemas 17,2 fastbreak poin per gim. Yang terbesar terjadi pada gim kedua dengan 23 fastbreak poin. Sementara rata-rata fastbreak poin CLS Knights hanya 8,2 per gim. Bahkan, tak sekalipun CLS Knights mencatatkan lebih dari 12 fastbreak poin dalam empat gim ini.
Jika diurutkan, menurut saya hal yang harus diperbaiki secara urutan adalah transisi pertahanan, rebound, dan akurasi tembakan gratis. Di luar hal tersebut, CLS Knights bisa bertahan dengan apa yang sudah mereka tampilkan terutama dalam dua kemenangan yang direbut.
Foto: Yoga Prakasita