Final ASEAN Basketball League menyita perhatian publik basket Asia Tenggara khususnya, dan Asia pada umumnya. Sebab beberapa musim terakhir, ada klub dari kawasan Asia Timur yang menjadi peserta. Namun yang menarik, babak final selalu menyisakan cerita tersendiri. Beberapa musim terakhir, ada tim-tim yang berhasil bangkit dari keterpurukan dan menjadi juara.

ABL sudah dimulai sejak tahun 2009. Kini memasuki musim kesembilan. Format final pun sudah diubah dua kali. Pada musim 2009-2010 hingga musim 2014, final ABL menggunakan format best-of-three. Namun sejak 2015-2016 hingga sekarang, format diubah menjadi best-of-five. Menariknya, ada tim-tim yang berhasil bangkit di final dan akhirnya keluar menjadi juara.

1. Indonesia Warriors

Indonesia Warriors menjadi tim Indonesia pertama yang menjuarai ABL. Mereka menjadi yang terbaik di musim 2012. Di musim reguler, Warriors menang 12 kali dari total 21 laga. Mereka berada di bawah San Miguel Beermen dan AirAsia Philippine Patriots untuk klasemen akhir. Namun Warriors bisa melaju ke final setelah menang 2-0 atas Philippine Patriots di semifinal.

Warriors berhadapan dengan San Miguel Beermen di final. Warriors awalnya kalah 83-86 di Ynres Sports Arena, Pasig. Kemudian Warriors menyamakan kedudukan menjadi 1-1, setelah menang 81-61, di Britama Arena, Jakarta. Laga ketiga berlangsung di Filipina kembali. Kali ini Warriors berhasil mengatasi tekanan tuan rumah dan menang dengan skor tipis 78-76. Warriors pun keluar sebagai juaranya.

2. Westports Malaysia Dragons

Musim 2015-2016 menjadi musim terbaik bagi Dragons. Mereka bisa memimpin klasemen akhir musim reguler dengan rekor 16-4. Dragons juga menundukkan Saigon Heat Vietnam di semifinal dengan keunggulan 2-0. Di final, mereka bertemu Singapore Slingers.

Untuk pertama kalinya, final ABL menggunakan sistem best-of-five. Malaysia menjadi tuan rumah di dua laga awal. Kali ini mereka gagal memanfaatkan keuntungan tersebut. Dragons kalah 80-84 di laga pertama. Namun mereka membalas dengan kemenangan 83-67 atas Slingers di laga kedua.

Dragons menunjukkan kehebatannya di kandang lawan. Mereka mengalahkan Slingers 90-72 di OCBC Arena. Tetapi Slingers bisa menyamakan kedudukan menjadi 2-2, setelah menang 75-73 di laga keempat. Dragons pun bisa memastikan gelar juara di laga kelima. Mereka mengalahkan Slingers dengan skor 77-65 di MABA Stadium, Kuala Lumpur.

3. Hong Kong Eastern Long Lions

Cerita comeback di final juga terjadi di ABL 2017. Saat HK Eastern berhasil menjuarai liga tersebut setelah mengalahkan Singapore Slingers di babak final.

Eastern paling kuat saat itu dengan menjadi pemimpin klasemen akhir. Mereka mencetak rekor 16-4. Lalu di semifinal mengalahkan Saigon Heat 2-0.

Justru kejutan terjadi di final. Eastern kalah 76-92 dari Slingers di rumahnya, Southorn Stadium, Wan Chai. Namun di laga kedua hingga keempat Eastern mengamuk. Mereka menang tiga kali beruntun dan mengunci gelar juara. Menariknya, Eastern menerima trofi ABL di OCBC Arena, Singapura.

5. San Miguel Alab Pilipinas

Menjadi pemimpin klasemen musim reguler, tidak jadi jaminan juara. Itulah yang terjadi ketika Chong Son Kung Fu dan Hong Kong Eastern Basketball Team gugur di babak semifinal. Pelakunya adalah San Miguel Alab Pilipinas dan Mono Vampire yang sebelumnya berada di peringkat tiga dan empat.

Di partai final, Alab unggul 1-0, lewat kemenangan 143-130 (overtime). Kemudian, Mono menyamakan kedudukan, setelah menang 103-100. Di laga ketiga, Alab menang 99-93. Lalu di gim keempat, Mono menang 88-83. Artinya kedua tim sama kuat setelah empat laga (2-2). Di laga terakhir, Alab bangkit dan menang atas Mono dengan skor 102-92.

Musim ini juara ABL memang belum diketahui. Sebab CLS Knights Indonesia dan Singapore Slingers kini sama kuat (2-2) hingga laga keempat.

Gim pertama dimenangkan CLS Knights dengan skor 86-67. Namun Slingers berhasil membalas 77-57 di gim kedua yang berlangsung di OCBC Arena, Singapura. Selanjutnya, CLS Knights menerima kekalahan menyakitkan di rumah sendiri, GOR Kertajaya Surabaya. Gim ketiga dimenangnkan oleh Slingers dengan skor 63-60. Lalu CLS Knights bangkit di laga keempat dengan mengalahkan Slingers 87-74. CLS Knights memaksa gim kelima di final musim ini.

Sebuah tim tentu punya keuntungan ketika ditunjuk sebagai tuan rumah. Mereka bisa mendapatkan dukungan publik sendiri, serta bermain lebih percaya diri. Tapi tidak semua tuan rumah beruntung di Final ABL. Sebab ada juga beberapa tim yang mampu mengunci gelar juara di kandang lawan. Mereka adalah Philipine Patriots (2009-2010) yang menerima trofi juara di Britama Arena, Jakarta. Lalu Chang Thailand Slammers (2010-2011) yang menjadi juara di PhilSports Arena, Pasig.

Indonesia Warriors juga menerima trofi juara ABL 2012 di Ynares Sports Arena, Pasig. Kemudian San Miguel Beermen berpesta di Mahaka Square, merayakan gelar juara ABL 2013. Terakhir pada musim 2017, Hong Kong Eastern Long Lions memastikan gelar juara di OCBC Arena, Singapura.

Dari delapan kali final ABL, hanya ada tiga tim yang mengunci gelar juara di rumah sendiri. Lima tim lainnya, bisa menerima trofi juara ABL di kandang lawan. (tor)

Foto: ASEAN Basketball League

Komentar