BTN CLS Knights Indonesia akan melakoni gim hidup-mati di final ABL 2018-2019. Mereka harus menghadapi Singapore Slingers dengan kondisi tertinggal 2-1 di GOR Kertajaya, Surabaya, Sabtu 11 Mei 2019. CLS harus memenangkan gim itu jika ingin menyambung hidup ke gim lima alias penentuan juara. Jika tidak, maka mereka akan gugur di rumah sendiri.

Dengan tekanan setinggi itu, Kepala Pelatih Brian Rowsom berusaha tetap tenang. Ia memimpin sesi latihan pagi pada Jumat, 10 Mei 2019, sebagai bentuk persiapan. Para pemain juga tampak mengikuti instruksi tanpa wajah tegang. Mereka percaya kesempatan menang itu ada.

“Saya tidak ingin Slingers merayakan kemenangan di sini,” kata Rowsom seperti dikutip siaran resmi klub. “Jadi, kami wajib merebut gim empat, dan lantas membuat mereka tertekan di pertandingan terakhir.

Sandy Febiansyakh, pemain CLS, juga berpikir begitu.

“Ini pertandingan do or die. Yakin saja. Saya dan kawan-kawan masih percaya kami bisa menang di gim empat. Kami harus buat mereka menjadi finalis saja,” ujar Sandy.

Setelah kalah di dua pertandingan terakhir, Rowsom pun memberi evaluasi kepada tim. Ia dan jajaran pelatih bahkan melihat tayangan video gim tiga untuk mempersiapkan pemainnya. Mereka benar-benar ingin menang.

“Kemarin kami kehilangan 24 poin karena tidak berhasil mengeksekusi field goal dengan baik. Kami kehilangan tembakan mudah,” kata Rowsom lagi.    

Dengan demikian, Rowsom meminta anak-anak asuhnya untuk kuat. Mereka perlu tampil lebih cepat untuk membuat lawan kelelahan. Apalagi bermain cepat memang ciri khas CLS.

Selain itu, Rowsom juga ingin CLS bermain agresif dan jangan telat panas. Mereka harus bisa memanfaatkan tembakan gratis. Sebab, poin dari penalti juga penting. Tembakan Brandon Jawato yang mestinya bisa menyamakan kedudukan di gim ketiga, misalnya, malah meleset di saat genting. Akibatnya, mereka tidak mendapatkan momentum.

CLS tidak bisa mengulangi kesalahan yang sama karena gim nanti adalah hidup-mati. (GNP)

Foto: Yoga Prakasita

Komentar