Marc Gazol Saez masih berusia 21 tahun saat dirinya menerima medali emas Piala Dunia FIBA 2006 di Jepang. Saat itu, ia memang bukan pilihan utama dalam roster Spanyol. Ia hanya beruntung saja. Namun medali emas itu menjadi pemantik prestasi Marc di basket internasional. Bahkan ia masuk NBA dua tahun setelahnya. Kini Marc ingin mempersembahkan prestasi terbaik untuk Spanyol di penghujung karir internasionalnya.

Marc Gasol menjadi bagian dari sejarah timnas Spanyol ketika menjadi juara untuk pertama kalinya pada Piala Dunia FIBA 2006 di Jepang. Spanyol baru sekali juara setelah 11 kali ikut Piala Dunia FIBA. Marc saat itu bersama kakaknya, Pau Gasol, bermain bersama, serta membawa Spanyol sembilan kali menang tanpa kalah. Itulah rekor terbaik Spanyol di ajang Piala Dunia FIBA.

Namun awalnya, Marc Gasol bukanlah pemain yang seharusnya masuk dalam daftar roster pilihan Kepala Pelatih Pepu Hernandez. Marc masuk menggantikan Fran Vazquez yang menarik diri, lantaran mengalami cedera sebelum Piala Dunia FIBA 2006 dimulai. Marc akhirnya mendapatkan kesempatan masuk ke timnas senior untuk pertama kalinya.

Senter dengan tinggi 2,16 meter itu berkontribusi saat Spanyol mengalahkan Selandia Baru, Panama, Angola, Jerman, dan Jepang di babak penyisihan. Kemudian di babak playoff, Spanyol mengalahkan Serbia and Montenegro, Lithuania, dan Argentina. Lalu di partai final, Spanyol mengalahkan Yunani dengan skor 70-47. Spanyol sapu bersih di Piala Dunia FIBA edisi 2006. Marc mencetak 5,5 ppg, 3,2 rpg, dan 0,9 apg dari delapan pertandingan.

"Mengingat ketika Spanyol memenangkan Piala Dunia FIBA 2006, membuat saya tersenyum. Sekaligus mengingatkan saya pada begitu banyak hal luar biasa yang terjadi saat itu," ucap Marc Gasol, dikutip dari fiba.basketball. "Di tahun 2006, kami memiliki tim yang bagus. Prestasi itu juga menjadi impian setiap pemain setidaknya sekali seumur hidup. Itu sudah 13 tahun yang lalu saya rasakan, tapi masih segar dari dalam pikirian saya."

Namun setelah tahun 2006, rekam jejak timnas Spanyol di kompetisi FIBA tidak begitu bagus. Khususnya untuk Piala Dunia FIBA. Pada edisi 2010, Spanyol gugur di perempat final. Kemudian pada tahun 2014, Spanyol kalah 52-65 dari Perancis di babak delapan besar. Padahal saat itu, Spanyol menjadi tuan rumah. Ironisnya Marc Gasol selalu ada dalam roster Spanyol di dua turnamen akbar tersebut.

"Dalam kompetisi seperti ini, tergantung bagaimana persiapan tim. Karena ketika di awal sudah tidak bagus, maka ke belakang juga tidak akan berjalan mulus. Tentu saja persiapan fisik jadi yang utama. Sebab kita dituntut untuk bermain dengan fisik prima di tiap laga," kata Marc.

Sekarang, Spanyol menempati urutan kedua peringkat negara FIBA. Mereka berhasil lolos ke Piala Dunia FIBA dengan mencetak rekor 10-2 di babak kualifikasi Wilayah Eropa. Dari hasil undian babak penyisihan, Spanyol berada di Grup C bersama Poerto Rico, Iran, dan Tunisia.

"Kami mengenal Irak dengan baik, karena pernah satu grup di Piala Dunia FIBA 2014. Mereka tim yang bagus. Poerto Rico juga selalu lolos ke turnamen internasional. Lalu untuk Tunisa, saya juga tahu tentang kekuatan mereka. Target kami di babak penyisihan harus sapu bersih," komentar adik Pau Gasol tersebut. "Daya saing negara-negara peserta Piala Dunia FIBA semakin meningkat. Timnas Spanyol harus punya roster yang hebat tahun ini. Kami harus membangun chemistry terbaik di Cina nanti."

Gasol ingin mengulang memori manis di tahun 2006. Ia dan kakaknya, Pau Gasol, memang sudah tidak muda lagi. Marc kini memasuki usia 34 tahun. Sedangkan Pau sudah menginjak usia 38 tahun. Ia mulai berpikir untuk meninggalkan karir internasional dalam waktu dekat.

Marc mengawali karir di basket profesinoal pada tahun 2003. Setelah lulus dari Lausanne, Marc bermain di FC Barcelona di Liga ACB. Tiga musim di Barcelona, Marc pindah ke Girona hingga tahun 2008.

Marc Gasol dipilih Los Angeles Lakers pada NBA Draft 2007. Marc menyusul Pau Gasol yang sudah bermain untuk Memphis Grizzlies sejak tahun 2001. Menariknya, justru Marc dan Pau terlibat pertukaran pemain pada tahun 2008. Marc dikirim ke Memphis, sebagai gantinya, Lakers mendapatkan Pau.

Justru Marc bertahan menjadi legenda Grizzlies. Karena ia bermain sejak tahun 2008 hinggal tahun 2019. Marc tiga kali menjadi NBA All-Star yaitu pada tahun 2012, 2015, dan 2017. Pada 7 Februari 2019, Marc dikirim ke Toronto Raptors. Grizzlies menukarnya dengan C.J. Miles, Jonas Valanciunas, dan Delon Wright. Marc kini bermain untuk Raptors yang tengah berjuang di Semifinal NBA Wilayah Timur melawana Philadelphia 76ers.

"Sekarang lebih dekat dengan akhir karir internasional saya. Saya sangat menikmati saat-saat menjadi pemain. Saya ingin membantu tim nasional bermain bagus. Memenangkan lebih banyak medali dan gelar sebelum saya pensiun dari kompetisi internasional. Kini saya fokus untuk menyelesaikan musim NBA. Setelah itu, Piala Dunia FIBA 2019 akan menjadi tujuan saya berikutnya," tutup Marc Gasol. (tor)

Foto: fiba.basketball dan nba.com

Komentar