Nama Ponsianus Nyoman Indrawan sudah ada sejak lama di liga basket profesional Indonesia. Ia sempat bermain dengan Bima Sakti Nikko Steel Malang pada 2006-2009. Namanya mencuat pada periode itu sehingga mendapat atensi dari klub sebesar Pelita Jaya Basketball Club. Ia pun pindah ke klub itu sampai memutuskan pensiun pada 2019.

Itu artinya, Komink sudah bermain sebagai seorang profesional selama 13 tahun. Selama itu, ia telah menyabet berbagai prestasi, baik individu maupun tim.

Sebagai individu, Komink sempat meraih gelar pemain terbaik NBL Indonesia 2013. Sebagai tim, ia ikut mengantarkan Pelita Jaya merebut gelar juara IBL 2016-2017. Ia juga berkesempatan membela nama Indonesia di kancah internasional. Ia menjadi bagian dari skuat peraih medali perak di SEA Games 2015.

Setelah melewati semua itu, Komink akhirnya sampai ke titik akhir. Ia merasa cukup berjuang di basket profesional. Kini saatnya ia melangkah ke babak baru dalam hidupnya. Saya sempat berbincang-bincang dengan Komink di tengah kesibukannya mencari hal baru.

Apa yang melatarbelakangi keputusan Mas Komink untuk pensiun?

Saya dulu perpanjang kontrak dua tahun. Saya sudah merasa cukup. Saya pikir memang sudah waktunya regenerasi.

Selanjutnya apa?

Saya, sih, rencana dalam waktu dekat ini mau ambil lisensi (kepelatihan). Kalau sudah pernah jadi pemain timnas, kan, bisa dapat lisensi B. Tapi, memang harus penataran dulu.

Saya lagi menunggu penataran itu.

Mau melatih klub atau apa?

Dari anak-anak dulu. Sekolah atau privat. Kalau langsung melatih klub saya merasa belum sanggup.

Loh, terjun ke pembinaan? Ada apa dengan pembinaan?

Karena saya anggap saya harus mulai dari dasar. Mau melatih harus dari dasar. Anggapnya belajar melatih dari anak-anak.

Menurut Mas, seperti apa pembinaan kita?

Menurut saya sudah bagus. Banyak akademi-akademi. Tinggal jenjangnya. Ada akademi bagus. Tinggal kejuaraannya. Tinggal dilanjutkan sebenarnya. Terus dibikin merata.

Di Jakarta kita lihat banyak kejuaraan, banyak sekolah. Di Bali belum banyak. Kalimantan, Sulawesi, juga belum banyak. Makanya dibikin merata. Siapa tahu ada banyak bibit di sana.

Oh begitu. Omong-omong, Mas sendiri menilai karier Mas seperti apa? Sudah pernah masuk timnas, jadi juara liga, bahkan MVP. Mas, kan, sudah lama juga berada di sini. Berapa tahun?

Buat saya, kalau mau flashback, banyak kenangan indahnya. Saya merasa sudah cukup. Indah banget.

Saya bermain profesional itu dari 2006. Berarti 13 tahunlah. Sebenarnya sulitnya juga waktu memutuskan pensiun. Karena ketika mau pensiun, PJ prestasinya stuck di situ. Saya inginnya juara di tahun terakhir, tapi malah stuck.

Ada unsur keluarga juga dalam keputusan pensiun?

Iya, saya sempat mau pensiun dari Pelita jaya dulu. Tapi, waktu itu akhirnya saya perpanjang kontrak dua tahun. Sekarang sudah merasa cukup. Saya maunya pensiun.

Dulu saya sering meninggalkan keluarga buat pertandingan keluar kota. Sekarang sudah waktunya fokus ke keluarga. Waktunya untuk keluarga.

Tadi sempat menyinggung regenerasi, kalau dilihat-lihat apakah regenerasi kita bagus?

Sudah bagus. Banyak anak muda yang jago. Sekarang banyak yang bagus. Ruki juga bagus. Anak-anak kuliahan juga bagus. Bahkan ada Kalila Indonesia kemarin.

Anak-anak muda ini bagus. Asal dijaga jangan sampai cepat puas. Kadang banyak yang cepat puas. Apalagi zaman sekarang, yang juara DBL atau apa, setelah itu puas. Padahal banyak kelanjutannya. Seperti Liga Mahasiswa dan profesional.

Sekarang ada sosial media juga. Itu bikin anak-anak muda merasa puas. Dengan segala ketenaran atau apa. Padahal kalau berpotensi, mereka harusnya mengasah diri lagi. Bisa ikut PON di daerah. Bisa ikut DBL. Bisa ikut Liga Mahasiswa. Nanti lanjut ke profesional.

Kalau saya, sih, senang banget melihat timnas muda. Yang kemarin ikut ke IBL. Kalau lihat mereka, mungkin, masa depan Indonesi cerah. Cuma sudah berapa kali kejadian, anak muda bagus, begitu masuk ke timnas malah hilang. Inginnya dikumpulkan anak-anaknya. Dibina anak-anaknya.

Sebentar lagi juga SEA Games. Bisa tidak kita melampaui pencapaian yang dulu? Ya, setidaknya mengalahkan Filipina dulu di level ini.

Ya, bertahaplah. Apalagi sekarang Filipina jadi tuan rumah. Waktu itu sempat ada kabar naturalisasi boleh main berapa pun. Jadi sulit melawannya. Tapi, kita semangat saja. Dulu kita tidak diunggulkan bisa menang, kok. Waktu itu mereka ada Marcus Dawkins. Jangan muluk-muluk, tapi berusaha saja.

Nah, kalau PJ bagaimana? Akan seperti apa setelah ditinggal Mas?

PJ itu bagus, kok, biar pun saya sama Amin (Prihantono) pensiun. Core-nya PJ itu jelas. Ada Pras (Andakara Prastawa), Adhi (Adhi Pratama), Ragil (Respati Ragil), Valentino (Valentino Wuwungan).

Yang muda ada Gabu (Gabriel Risky), Agung (Kharis Agung), Reggie (Reggie Mononimbar), Govinda (Govinda Julian).

Tinggal menyocokan tim sama pemain asing.

Pemain asing juga berpengaruh banget. Kami harus bisa cari pemain asing yang tidak cuma jago, tapi juga bisa nge-blend. Tinggal pemilihan pemain asingya. Ini kayak beli kucing dalam karung, sih.

Jajaran pelatih ada pergantian? Saya sempat dengar ada pergantian, tetapi tidak tahu siapa yang diganti. Kepala Pelatih masih Coach Ito (Fictor Roring)?

Struktur kepelatihan masih sama. Direkturnya juga masih Coach Ito. Cuma pelatih fisiknya sudah ganti. PJ mengganti Coach Prasetiyo dengan Coach Hermanto.

Sekarang kenapa Mas tidak ikut berlatih? Padahal kontrak masih sampai Agustus?

Satu, saya tinggal di Tangerang. Kalau latihan harus bolak-balik. Kedua, saya lagi mencari hal baru. Saya mencari pekerjaan. Saya tidak enak kalau hari ini latihan, besok izin tidak latihan. Saya tahu PJ itu harus 100 persen. Saya tidak bisa seenaknya meninggalkan tim.

Kemarin juga saya sudah sempat pamitan. Cuma saya bilang ke Coach Ito, kalau butuh orang atau apa, tinggal panggil saya saja. Saya siap membantu kalau dibutuhkan.

Oke kalau begitu. Omong-omong, setelah ini berencana jadi pelatih, Mas sendiri melihat dunia kepelatihan seperti apa?

Saya belum pernah jadi pelatih. Saya tanya-tanya ke orang-orang. Saya coba-coba saja. Saya belajar dulu. Yang penting jangan langsung melatih tim profesional.

kalau privat sebenarnya sudah sering. Saya sering mengajari beberapa orang untuk latihan.

Apa, sih, yang dibutuhkan di level pembinaan kita?

Banyak banget. Yang paling utama disiplin. Karena itu akan membantu fundamental. Banyak yang bilang fundamental pemain-pemain Indonesia jelek. Itu balik ke disiplin. Apakah pemain-pemain kita mau melakukan hal-hal dasar? Semestinya, kalau disiplin, pemain-pemain kita bisa memperkuat fundamental.

Oke, terakhir: seberarti apa basket untuk hidup Mas sejauh ini?

Wah, kalau buat saya, sih, apa yang yang saya punya hari ini itu didapat karena basket. Biarpun saya pensiun sebagai pemain, nantinya saya juga tidak akan jauh dari basket. Basket ini, kan, sudah jadi bagian dari hidup saya sejak lama.

Baik kalau begitu. Terima kasih sudah mau ngobrol sama Mainbasket. Semoga sukses dengan kariernya di luar sana.

Iya, sama-sama. Terima kasih.

Foto: Dok. Ponsianus Nyoman Indrawan, Hariyanto, Tim Nasional Indonesia, IBL 

Komentar