Bambang Asdianto Pribadi menjadi kepala pelatih Merpati Bali sejak tahun 2017. Tetapi sebelumnya, ia sudah bergabung dengan tim Tomang Sakti yang menjadi cikal bakal Merpati di kompetisi profesional Indonesia. Tahun ini, ia bisa membawa Merpati juara Piala Srikandi 2018-2019, serta terpilih sebagai Coach of The Year.

Klub Merpati sudah ada sejak tahun 1968. Namun tonggak sejarah Merpati di kompetisi basket putri profesional Indonesia dimulai tahun 2016. Saat itu, Merpati bergabung dengan Tomang Sakti Mighty Bees Jakarta mengikuti WIBL 2016. Peleburan dua klub tersebut diberi nama Tomang Sakti Merpati Bali. Waktu itu masih dipimpin oleh Kepala Pelatih Raoul Miguel Hadinoto. Mereka berhasil menduduki peringkat kedua di WIBL 2016, di bawah Surabaya Fever.

Kemudian, setelah satu tahun, nama tim tersebut berganti menjadi Merpati Bali. Bambang Asdianto Pribadi diangkat menggantikan posisi Raoul Miguel Hadinoto sebagai kepala pelatih. Selama dua musim kompetisi sebelumnya, ia selalu berhasil membuat Merpati membuntuti Surabaya Fever di posisi kedua.

Peta kekuatan Piala Srikandi 2018-2019 berubah setelah Surabaya Fever meninggalkan kompetisi tersebut. Merpati berubah menjadi tim yang paling kuat. Bahkan dengan sistem liga, mereka bisa membukukan 15 kali menang dari 16 pertandingan. Ini sudah termasuk musim reguler hingga final. Merpati menjelma menjadi tim paling produktif dengan 63,2 ppg, 45,0 rpg, dan 18,6 apg, dengan akurasi tembakan 36 persen.

"Coach of The Year itu kerja keras pemain juga. Saya tidak bisa sendiri untuk mendapatkan gelar itu. Semua kerja keras dari pemain," komentarnya setelah menerima penghargaan Pelatih Terbaik.

Ternyata, Bambang Asdianto Pribadi sebelumnya pernah merasakan gelar juara liga basket wanita. Ia menjadi bagian dari tim Tomang Sakti Mighty Bees Jakarta saat menjadi juara WNBL Indonesia 2013-2014.

"Cerita singkatnya, saya bergabung dengan timnas SEA Games 2013 membantu Kepala Pelatih Raoul Miguel Hadinoto. Tugas itu berlanjut ke tim Tomang Sakti pada WNBL 2013-2014. Memang saya masih di Tomang Sakti hingga usai saya menjadi kepala pelatih timnas putri SEA Games 2015. Tapi setelah itu saya berhenti menjadi pelatih dan fokus mengawal statistik liga," kisahnya.

Salah satu tim yang memberi tawaran ketika Bambang memutuskan kembali menjadi pelatih adalah Merpati Bali. Namun WIBL tidak terselenggara di tahun 2017. Akhirnya Tujuh klub putri akhirnya berkumpul untuk membuat kompetisi dengan sistem gotong-royong.

Kompetisi tersebut sudah berjalan tiga musim dengan segala dinamika yang ada. Kini berubah nama menjadi Piala Srikandi dengan sistem liga. Sebuah prestasi membanggakan dicetak Bambang, yaitu berhasil mengantar Merpati menjadi juara. Ini memang sejarah baru untuk Merpati. Sebab tim asal Pulau Dewata tersebut baru terjun di kompetisi profesional empat musim terakhir. 

"Sebelum laga final, saya berpesan pada pemain, bahwa tidak ada pertandingan lagi setelah ini. Tidak ada pertandingan lagi yang bisa menunjukkan bahwa kami yang terbaik, selain laga final ini," katanya. "Merpati musim ini luar biasa, dengan beberapa pemain yang kembali dari cedera. Lalu pemain-pemain muda sudah mulai bertanggung jawab. Saya rasa ini memang saatnya Merpati juara."

Selalu ada hal yang harus dicapai setiap musim. Itulah yang selalu ditanamkan Bambang Asdianto Pribadi untuk Merpati Bali. Ia sudah tiga musim kompetisi menangani Merpati. Musim depan, beberapa pemain pergi, dan pemain baru berdatangan. Itulah tantangan Merpati untuk Piala Srikandi 2019-2020. (*)

Foto: Mei Linda Wardani, Alexander Anggriawan, dokumen DBL Indonesia

Komentar