Run DMC bisa jadi adalah grup hip hop paling berpengaruh bagi adidas. Lewat trio rapper itu adidas dipercaya membuka kepopulerannya di Amerika Serikat menyaingi produk lokal. Mereka adalah musisi hip hop pertama yang jadi duta bagi Si Tiga Garis. Siluet yang jadi senjata pamungkasnya adalah Superstar. Bentuk awal sepatu yang mereka gandrungi pun akan dirilis ulang ke publik dalam waktu dekat.

Sejatinya tiap siluet akan mengalami pengembangan seiring berjalannya waktu. Sama halnya dengan Nike. Edisi pertama Air Max 1 berbeda dengan yang sudah dijual dewasa ini. Para penikmat sepatu karya Tinker Hatfield itu biasa menyebut versi awal sebagai Air Max 1 Big Window. Begitupun Air Jordan 1 yang punya versi awal bernama OG 1985 dengan bentuk sol berbeda dengan yang biasa kita lihat sekarang.

Untuk Superstar, adidas memang sudah mengembangkan bermacam tipe sebelumnya. Mulai dari seri  Superstar Vintage, Superstar OG, Superstar 80’s, dan lain sebagainya. Sementara versi orisinal Superstar dari lagu “My adidas” baru dirilis sekarang.

Sekilas, tidak banyak perbedaan yang dihasilkan. Meski demikian, karena ini versi rilis ulang siluet awal, maka kita akan menemukan perbedaan yang justru itulah bentuk mula Superstar. Mulai dari nama di bagian samping yang lebih besar, panel tiga garis lebih tegas, tali sepatu bertulis merek, dan kode produksi. Karena belum dirilis, belum dapat dipastikan apakah kotak sepatunya juga dibuat berbeda atau biru berornamen putih seperti umumnya.

Rubrik Sneaker Kultur Majalah Mainbasket edisi Mei 2018 sudah membahas Run-DMC secara mendalam. Run DMC adalah grup rap beranggotakan Joseph “Rev Run” Simmons, Darryl “D.M.C” McDaniels dan Jason “Jam Master Jay” Mizell. Mereka sepakat bergabung sejak 1981 dengan misi menyampaikan pesan dalam bentuk lagu hip-hop. Bersama LL Cooj J, Public Enemy, dan The Beastie Boys, Run DMC tercatat sebagai grup rap yang mempopulerkan genre New School Hip Hop.

Personil Run DMC (dari kiri): Darryll McDaniels, Jason Mizell, dan Joseph Simmons

Angelo Anastasio, desainer adidas Jerman, adalah pihak pertama yang mengetahui pergerakan Run DMC di Negeri Paman Sam dengan produknya. Alhasil, Sang pabrikan segera melakukan kerja sama. Atas karya dan pengaruh yang dihasilkan, trio itu mendapat kontrak senilai AS$1 juta sekaligus membuka kran bisnis lini olahraga dan musisi. Kini, kolaborasi semacam ini sudah biasa ditemui demi meraih atensi dan dianggap sebagai bentuk simbiosis mutualisme.

Meski tak lagi berkarir, Run DMC bergelimang penghargaan prestisius. Tahun 2007, MTV dan VH1 menobatkannya sebagai grup rap terbaik sepanjang masa. Majalah musik Rolling Stones menetapkannya sebagai musisi nomor 48 paling berpengaruh di dunia. Bahkan, mereka jadi grup rap kedua yang masuk jajaran Rock n Roll Hall of Fame pada 2009. Sebelumnya, pada 2007, grup hip hop lawas Grandmaster Flash and the Furious Five adalah yang pertama meraih prestasi ini.  Hanya enam grup hip hop yang bisa masuk deretan legenda ini meski beda genre. Alasannya adalah kebanyakan karena mereka dianggap punya pengaruh besar terhadap isu politik, sosial, penolakan isu rasialisme, hingga kemanusiaan.

Superstar telah lekat sebagai sepatu kasual untuk mendukung gaya berbusana anak muda dewasa ini. Akan tetapi, salah satu siluet terlaris adidas ini mulanya adalah sepatu basket. Versi kerah tinggi dari Superstar bernama Pro-Model dipakai pebasket NBA era 1970-an. Bagian paling berbeda dari kedua sepatu tersebut adalah bagian pelindung karet di bagian toe-box yang berfungsi untuk melindungi jari kaki dari benturan. Fitur tersebut biasa disebut sebagai sheel-toe.

Foto: adidas, arsip daring adidas

Komentar