Kabar buruk menghampiri Women’s National Basketball Association (WNB). Sebulan sebelum laga pramusim perdana mereka digelar, WNBA dipastikan kehilangan salah satu bintang besar mereka, Breanna Stewart. Pemain yang membantu Seattle Storm meraih gelar juara musim lalu sekaligus menjadi MVP di musim reguler dan final ini dikabarkan terkena cedera achilles.

Breanna menderita cedera tersebut saat tampil membela tim Dynamo Kursk dalam ajang final EuroLeague Women berhadapan dengan UMMC Ekaterinburg. Satu menit menjelang jeda paruh waktu, Breanna melepaskan tembakan jarak menengah. Saat menerima bola, kaki kanannya tidak memijak dengan tepat. Setelahnya, ia juga gagal mendarat dengan sempurna setelah upayanya diganggu oleh Brittney Griner, bintang WNBA lainnya yang membela Ekaterinburg.

Breanna terjatuh seketika dan langsung mengerang kesakitan sembari memegangi engkel kanannya. Ia lantas perlu bantuan dua staf untuk meninggalkan lapangan dalam keadaan bertumpu hanya pada kaki kirinya. Laporan selanjutnya dari Field Level Media, pemain berusia 24 tahun tersebut positif mengalami robek pada otot achilles kanannya.

Ayah dari Breanna, Brian Stewart, mengkonfirmasi cedera anaknya kepada Field Level Media. Brian juga mengabarkan bahwa Sang Anak akan sesegera mungkin naik meja operasi. “Saya rasa ini bukan cedera yang akan mengakhiri karir putri saya,” ujar Brian. “Namun, dengan cedera seperti ini, jelas ia akan butuh waktu yang cukup lama untuk menepi.”

Achilles adalah salah satu cedera yang memakan waktu lama untuk pemain kembali pulih. Nyaris serupa dengan cedera lain seperti ACL (Anterior Cruciate Ligament), masa penyembuhan achilles berkisar enam bulan hingga satu tahun. Beberapa pemain yang pernah terkena cedera ini adalah DeMarcus Cousins dan Kobe Bryant. Dari Indonesia, Jamarr Andre Johnson dan Kristian Liem adalah salah dua korban cedera ini.

Kehilangan Breanna akan sangat menyulitkan Storm dalam upaya mempertahankan gelar mereka musim depan. Dua gelar MVP yang ia dapat adalah bukti nyata betapa pentingnya peran Breanna dalam tim. Selain itu, catatan 21,8 poin, 8,4 rebound, 2,5 asis, dan 1,4 blok per gim juga membuktikan hal tersebut.

Absennya Breanna musim ini juga bisa disikapi dari dua sudut pandang. Bagi WNBA, fakta bahwa Breanna adalah salah satu pemain yang didapuk sebagai “wajah” liga ini dan tak akan bermain musim depan bisa mengurangi gairah penonton untuk datang ke pertandingan. Padahal, WNBA sendiri sedang berusaha meningkatkan animo penonton mereka dari musim ke musim.

Musim lalu, dilansir USA Today, jumlah penonton WNBA dalam satu musim dari 12 tim yang bertanding adalah 1.574.078. Jika di rata-rata, maka ada 7.716 penonton yang hadir dalam tiap gim WNBA. Catatan tersebut adalah yang tertinggi selama 21 tahun penyelenggaraan liga. Selain itu, dalam sisi penjualan pernak-pernik, WNBA mengalami peningkatan hingga 18 persen dari musim sebelumnya.

Hal-hal tersebut tentu diraih karena promosi yang semakin gencar dari berbagai media termasuk liga itu sendiri. Di sisi lain, promosi tidak akan cukup menarik jika tidak ada hal-hal yang dapat ditonjolkan dari pertandingan. Dalam hal ini, salah satunya adalah pemain dan salah satu pemain yang paling menonjol adalah Breanna.

Di sisi lain, cedera yang menerpa Breanna saat ia sedang bermain di EuroLeague semakin memperpanas polemik gaji para pemain WNBA. Bukan rahasia umum lagi bahwa para pemain WNBA menghabiskan jeda liga mereka untuk mencari tambahan uang di liga-liga luar negeri seperti Eropa dan Cina. Hal tersebut mereka lakukan karena pendapatan yang mereka dapatkan dari WNBA sangat kecil bila dibandingkan dengan atlet-atlet olahraga lain di Amerika Serikat khususnya NBA.

Musim lalu, gaji maksimal untuk seorang pemain di WNBA adalah AS$113,5 ribu, dilansir oleh Yahoo Sports. Jumlah tersebut bahkan delapan kali lebih kecil dari gaji terendah untuk seorang pemain NBA. Breanna sendiri memiliki gaji di kisaran AS$75 ribu karena ia masih dalam kontrak ruki.

Kami sempat berbincang dengan salah satu legenda WNBA yang baru saja memutuskan pensiun, Cappie Podexter, beberapa waktu lalu. Ia menjelaskan dengan gamblang apa yang diinginkan para pemain profesional perempuan ini. Pada dasarnya, mereka tak serta merta menginginkan gaji serupa dengan pemain NBA, mereka hanya ingin digaji lebih layak lagi.

Masih dalam wawancara yang sama, Cappie menjelaskan “kemewahan” yang mereka raih di Eropa. Selain fasilitas, gaji yang didapatkan juga berlipat jauh. Bahkan, beberapa pemain ada yang mendapatkan gaji AS$1 juta saat bermain untuk tim Eropa.(DRMK)

Foto: Twitter, @EuroLeagueWomen, Seattle Times

 

Komentar