Unggahan-unggahan Mainbasket di Instagram yang cukup sering mendapatkan respon dari para pembaca adalah unggahan tentang James Harden. Beberapa komentar yang paling sering disebutkan adalah, ”Admin pendukung Harden nih.” Atau ada juga, “Ini fans Harden garis keras.”

Sejujurnya, kami cukup bingung mengapa para pembaca tidak sejalan dengan kami. Mengapa pembaca (yang rajin berkomentar di unggahan tersebut) tidak juga mengidolakan Harden. Kami (redaksi Mainbasket) sempat melihat tayangan pertandingan Rockets dan hampir semua pun cukup takjub dengan permainan Harden yang terlihat cukup “tanpa usaha.”

Dari sana pulalah muncul beberapa frasa yang kami gunakan seperti “tampil biasa”, “tampil santai”, atau bahkan “tidak berkeringat.” Karena memang seperti itulah permainan Harden. Ia hanya melantun (dribble) bola dengan lari-lari kecil, memanfaatkan tembok, lalu melakukan tembakan atau umpan berujung asis. Nyaris semua dia lakukan dengan gerakan yang tidak ribet dan mematikan lawannya.

Lantas beberapa komentar yang juga pernah saya baca adalah, ”Harden sering dibantu oleh wasit dengan tembakan gratis, traveling, dsb.” Hal ini cukup menarik karena faktanya, Harden memang adalah pemain dengan percobaan tembakan gratis terbanyak di liga.

Dari 78 gim yang ia mainkan, alumnus Arizona State University ini mencoba 858 tembakan gratis yang setara dengan 11 percobaan per gim. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sepanjang karirnya yang dimulai pada musim 2009-2010. Giannis Antetokounmpo, pesaing terdekat Harden untuk gelar MVP berada di urutan kedua jumlah percobaan tembakan gratis terbanyak dengan selisih lebih dari 150 percobaan.

Tembakan gratis menurut saya nyaris serupa dengan tinggi badan dalam basket. Memang menguntungkan, tapi jika tidak dapat memanfaatkannya pun percuma. Harden total memasukkan 754 tembakan yang membuatnya memimpin liga dalam tembakan gratis terbanyak masuk. Secara rataan, rata-rata pemain yang identik dengan brewok tebalnya ini memasukkan 9,7 tembakan setara dengan 87,9 persen.

Persentase tembakan gratis tersebut menempatkannya sebagai urutan ke-11 akurasi terbaik. Di daftar ini, Malcolm Brogdon, memimpin liga dengan 92 persen. Sementara Giannis yang hanya memiliki 72,9 persen akurasi tembakan gratis berada di luar 20 besar liga. Catatan statistik di atas sudah sangat menunjukkan betapa sangat efektifnya Harden memanfaatkan “keuntungannya” tersebut.

Banyaknya tembakan gratis yang didapat Harden bukan tanpa alasan. Jika Anda lihat, seluruh lantunan bola dan terbosoan Harden selalu mengharapkan kontak dengan lawannya, bukan menghindari. Hal tersebutlah yang memancing banyak pelanggaran atas dirinya. Jika pun tak terjadi sentuhan, dekatnya tubuh Harden dan lawannya membuat wasit “yang juga manusia” terpancing untuk meniup peluit mereka.

Masih banyak hal lagi yang menunjang mengapa Harden selayaknya dikagumi atau bahkan dijadikan contoh oleh banyak pemain muda. Hal-hal tersebut sudah masuk dalam artikel lain Mainbasket yang menyebutkan mengapa Si Brewok layak untuk menjadi MVP.

Di sisi lain, saya berusaha memahami mengapa beberapa pihak tak cukup senang dengan Harden. Selain alasan-alasan bantuan wasit di atas, kejengkelan atas Harden sangat mungkin timbul lantaran dominasinya yang keterlaluan. Saya tak pernah menemukan teori tentang ini, tapi beberapa kali hal seperti ini selalu terjadi.

“Bosen ah gua, dia lagi dia lagi,” kalimat itu cukup sering muncul jika ada dominasi dalam hal tertentu khususnya olahraga. Kaum-kaum yang berkata demikian adalah kaum yang berseberangan dengan kaum bandwagon yang suka dengan dominasi dan mengikutinya. Hal ini bukan kebencian, mungkin kata yang lebih tepat adalah sebal karena sekali lagi, orang-orang dominan selalu melakukan hal tersebut dengan “tanpa usaha.”

Pecinta MotoGP tentu sudah sangat sebal melihat Marq Marquez seolah “bermain-main” dengan balapan yang mereka cintai. Beberapa waktu yang lalu, Casey Stoner dan Ducati supernya juga terlalu tangguh untuk motor-motor lain dan selalu melahap lawan mereka di trek lurus. Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi di dunia sepak bola juga tak kalah membosankannya.

Di dunia basket, dominasi juga berganti beberapa kali. Wilt Chamberlain, Michael Jordan, Kobe Bryant, LeBron James, hingga Steph Curry adalah beberapa aktor dominasi tersebut. Saya sangat yakin, ada orang yang cukup sebal cenderung lelah melihat James lolos ke final dalam delapan musim terkahir. Orang-orang ini juga yang bersorak saat James gagal lolos ke playoff musim ini.

Saya pribadi sebenarnya cukup lelah melihat dominasi Warriors beberapa musim terkahir. Namun, rasa lelah tersebut bisa dibilang tertutupi karena mereka menampilkan permainan yang juga menyenangkan dilihat, sama seperti permainan Harden.

Pada dasarnya, kita manusia sudah sering dijejali oleh hal-hal anti dominasi. Kisah-kisah pahlawan nyaris di seluruh dunia selalu mengambil latar bagaimana mereka mendobrak dominasi dan membawa kebahagiaan. Mereka tak pernah menceritakan bagaimana tokoh yang dilengserkan tersebut membangun dominasinya, yang bisa saja jauh lebih “wah” dari kisah kehancurannya.

Selagi ada waktu, selagi sempat, selamat menikmati masa-masa dominasi James Harden di NBA. Cepat atau lambat, dominasi tersebut juga akan lengser. Saya prediksi, sekitar dua musim depan, Harden tak akan se”dewa” ini jika Giannis dan Ben Simmons sudah lancar melepaskan tembakan dari jarak jauh. Atau, Joel Embiid bebas dari cedera sepanjang musim.

Hidup DOMINASI!

Foto: NBA

 

Komentar