Menjelang babak playoff IBL 2017, demi meningkatkan performa, CLS Knights Surabaya mengambil langkah mengejutkan. DeChriston McKinney dan pemain naturalisasi Jamaar Andre Johnson dicoret dari roster. CLS Knights kemudian mendatangkan Ashton Smith dan Duke Crews sebagai pengganti.

Walau tak populer, langkah ini barangkali baru saja menyelamatkan CLS Knights dari Bank BJB Garuda Bandung di putaran pertama babak Playoff IBL 2017.

“Jangan salah sangka, saya tetap mencintai dan memperhatikan mereka berdua. Tetapi kecintaan saya terhadap kota ini melebihi segalanya. Itulah satu-satunya alasan,” tulis Christopher Tanuwidjaja, petinggi CLS Knights dalam bahasa Inggris setelah mengunggah ulang sebuah materi instagram @mainbasket tentang fakta dalam pergantian dua pemain tersebut.



Selama masing-masing tampil 12 kali di musim reguler, Jamaar rata-rata mencetak 11,5 poin (PPG), 8,5 rebound (RPG), 2,3 asis (APG), 1 steal (SPG) dan 0,6 blok (BPG). Akurasinya hanya 35 persen. Sementara DeChriston McKinney hanya 11,2 PPG, 10,5 RPG, 0,5 APG, 1,1 SPG dan 0,5 BPG dengan akurasi 48 persen.

Dalam tiga pertandingan playoff melawan Garuda, dua pemain asing pengganti CLS Knights memberi kontribusi yang lebih signifikan. Duke Crews 20,6 PPG, 12,6 RPG, 1,3 APG, 1,6 SPG dan 1,3 BPG dengan akurasi 50 persen. Sedangkan Ashton Smith 20 PPG, 5,6 RPG, 5 APG dan 2 SPG dengan akurasi 52,5 persen. Dan yang terpenting, seperti dikatakan di atas, CLS Knights akhirnya berhasil menundukkan perlawanan tak kenal lelah Bank BJB Garuda Bandung, 2-1.

Pada laga ketiga yang berjalan keras, CLS Knights unggul 61-52. Duke Crews menyumbang 17 poin dan 15 rebound, sementara Ashton Smith 14 poin, 12 rebound dan 4 asis. Pemain lokal yang tampil sangat baik adalah bintang muda yang mulai naik daun Arif Hidayat. Bermain selama hampir 19 menit, Arif adalah pemain yang paling efektif. Ia memasukkan 15 angka, 3 rebound dan 1 asis (akurasi 66,7 persen).

Hingga titik ini, keputusan CLS Knights untuk mengganti Jamaar dan McKinney tampaknya tepat. Dengan perlawanan Garuda yang alot di tiga laga playoff, sulit membayangkan CLS Knights mampu keluar sebagai pemenang jika masih memakai Jamaar dan McKinney. Apalagi, seperti kata kepala pelatih CLS Knights Wahyu Widayat Jati alias Coach Cacing, permainan timnya sedikit menurun di babak playoff.

“Saya akui pergerakan bola (ball movement) kami tidak sebaik biasanya,” ungkap Coach Cacing setelah kalah di laga pertama (73-75).

“Tembakan-tembakan jarak jauh kami menurun dibandingkan babak reguler,” jelas Coach Cacing seolah menambahkan pernyataan sebelumnya ketika CLS Knights kemudian memastikan diri lolos ke babak semifinal.

Selanjutnya, ada pemandangan menarik sepanjang tiga laga playoff melawan Garuda. Di belakang bangku pemain CLS Knights selalu duduk manis dua pemain asing lain, Tyrell Corbin dan Dior Lowhorn.



Tyrell Corbin adalah pemain andalan Bima Perkasa Yogyakarta yang sempat memecahkan rekor total poin terbanyak dalam satu laga di IBL. Melawan CLS Knights di lanjutan Seri 8 IBL 2017, Corbin mencetak 50 poin dengan akurasi 42 persen. Corbin memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh Respati Ragil Pamungkas saat masih bermain di Satya Wacana Salatiga dengan 48 poin di IBL 2016. Namun hanya berselang satu hari, rekor Corbin kembali pecah oleh penampilan Gary Jacobs Jr. yang mencetak 61 poin dalam satu pertandingan melawan Satya Wacana Salatiga.

Selain mencetak 50 poin, Corbin saat itu juga membawa Bima Perkasa menang atas CLS Knights 85-82. Kemenangan ini dilewati setelah pertandingan berlanjut ke babak over time (75-75).

Pemain lain yang duduk manis di belakang bangku cadangan CLS Knights selama babak playoff melawan Garuda adalah pemain asing yang sempat menjadi kontroversi sepanjang musim reguler 2017 ini, Dior Lowhorn.

Sejak Seri 2, CLS Knights sudah mengungkapkan keinginannya kepada liga untuk merekrut Lowhorn. Namun keinginan ini tidak bersambut baik. Walau tak berhasil bermain musim ini, pemain yang sudah pernah membela Satria Muda Pertamina Jakarta dan Pacific Caesar Surabaya di beberapa ajang sebelum IBL 2017 bergulir ini tetap menjadi penonton dan pendukung setia CLS Knights. Kehadirannya di belakang bangku cadangan membuat banyak penggemar IBL tetap penasaran, apakah Lowhorn akan segera main? Atau bila ternyata tidak, akankah ia akan menjadi incaran CLS Knights di musim selanjutnya (2017-) 2018?

Corbin dan Lowhorn jelas sudah tak mungkin membela CLS Knights musim ini. Pergantian pemain asing hanya boleh dilakukan sepanjang musim reguler saja. Seperti halnya penggantian Jamaar dan McKinney menjelang playoff, kehadiran Corbin dan Lowhorn adalah rangkaian strategi panjang CLS Knights untuk mempertahankan gelar juara IBL.

“Ini babak playoff. Atmosfernya berbeda. Kalau di musim reguler, para pemain bisa bermain tanpa banyak beban. Mereka bisa menembak dengan lepas. Kalau tidak masuk, masih ada pertandingan selanjutnya. Di playoff tekanannya lebih berat,” jelas Coach Cacing.

Saat dipercaya menangani CLS Knights tahun lalu, Coach Cacing sudah menjelaskan bahwa salah satu tantangan utamanya dalam membesarkan tim adalah mencari lawan latih tanding yang seimbang. Lawan-lawan yang satu level dengan timnya di Surabaya sulit atau lebih tepatnya tak bisa ia temukan.

“Kultur basket di Surabaya ini soft (lembek),” tegas Coach Cacing. “Kalau setiap latih tanding melawan tim-tim di Surabaya kami selalu menang dengan selisih poin sampai 30, itu tandanya tidak baik. Nanti kalau tiba-tiba kami bertemu pertandingan seperti tadi (melawan Garuda), kami pasti kesulitan.”

Pernyataan Coach Cacing sulit disanggah. Tim-tim papan atas IBL umumnya berjarak satu jam lebih perjalanan lewat udara ke arah barat dari Surabaya. Sebelum IBL 2017, Pacific Caesar Surabaya atau Bimasakti Malang tidak bisa dikatakan sebagai lawan yang sepadan. Kalaupun Pacific mendadak beringas musim ini dengan kehadiran Kevin Loiselle dan David Seagers, kompetisi sudah berjalan dan jadwal pertandingan terbilang padat.

“Itulah alasannya kenapa saya minta ke manajemen untuk menghadirkan pemain-pemain tersebut. Ada Corbin, ada Lowhorn. Untuk menemani kami latihan di babak playoff ini,” lanjut Coach Cacing.

“Tidak hanya mereka sebenarnya, kami juga akan mendatangkan pemain-pemain lokal yang sudah tidak bertanding (timnya tersingkir) untuk menjadi lawan kami di latihan.”

Beberapa pemain lawan (lokal), menurut Coach Cacing akan datang ke Surabaya untuk menemani CLS Knights menjaga atmosfer dan tempo agar tetap pada level yang sesuai dengan semangat playoff.

Lolos ke semifinal, CLS Knights akan menghadapi lawan –yang di atas kertas- lebih berat, Satria Muda. Satria Muda Pertamina Jakarta adalah tim yang selalu mengalahkan CLS Knights (dua kali pertemuan) di babak reguler. Tim asuhan Youbel Sondakh tersebut juga hanya sekali kalah sebelum ke playoff.

Setelah pertandingan melawan Garuda di putaran pertama playoff, aura dan semangat CLS Knights menyongsong semifinal terasa sangat tinggi. Apalagi langkah-langkah untuk ke sana sudah dipersiapkan dengan baik dan terlihat bekerja sesuai harapan.

Basket Surabaya –seperti kata Coach Cacing- boleh lembek, tetapi CLS Knights harus keras dan kokoh. Dan kita semua akan kembali menikmatinya di semifinal nanti.(*)

Foto: Hari Purwanto

Populer

Golden State Warriors Terjun Bebas
Rumor NBA, Dua Pemain Dikaitkan Dengan Dallas Mavericks
LeBron James Menangkan Lakers di Tengah Drama dan Kekacauan Utah Jazz!
Steve Kerr Merindukan Kevin Durant
Kyrie Irving Sebut Celtics Sebagai Tim Super
Giannis Antetokoumpo Cetak Sejarah Saat Bucks Menggilas Wizards
LeBron James Ingin Pensiun Sebelum Masa Jayanya Berakhir
Duo Booker dan Durant Beri Kekalahan Keempat Bagi Warriors
Donovan Mitchell Meledak di Kuarter Keempat, Hentikan Tren Positif Celtics
Victor Wembanyama Pimpin Spurs Kalahkan Kings Dengan Penampilan Terbaiknya