Tulisan ini sebelumnya muncul di majalah Mainbasket edisi 41, Februari 2016.
...
Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk mencapai harapan. Begitu pula untuk menjadi pemain NBA. Setiap calon pemain bisa lewat berbagai jalur. Dan jalur tercepat, terbesar dan terpopuler adalah lebih dulu menjadi pemain di NCAA.
NCAA (National Collegiate Athletic Association) merupakan wadah bagi mahasiswa yang juga ingin tampil di arena olahraga. NCAA merupakan kompetisi bergengsi di Amerika Serikat. Ada 24 cabang olahraga yang dinaungi olehnya. Ada bola basket, sepak bola, sepak bola Amerika, tenis lapangan, bahkan gulat, dan masih banyak lagi.
Partai final sejumlah cabang biasanya terisi penuh oleh penonton. Banyak perguruan tinggi mencoba semaksimal mungkin mengikuti NCAA. Salah satunya dengan memberi beasiswa untuk para pelajar-atlet. Gengsi antar universitas berperan besar dalam hal ini.
Kompetisi NCAA sangat penting karena para pencari bakat dari klub-klub olahraga profesional kerap hadir menonton. Lewat mereka, mahasiswa memiliki kesempatan besar untuk ikut dalam draft untuk musim kompetisi selanjutnya, dan ini terjadi di basket.
Dahulu tidak lazim bila seorang mahasiswa (pelajar-atlet) langsung bertolak menjadi pebasket profesional. Faktor ketatnya persaingan menjadi alasan pertama. Para mahasiswa yang sibuk mengurusi bidang studinya harus bersaing dengan atlet yang fokus dan bisa berlatih setiap saat.
Kondisi fisik dan kualitas teknik pebasket mahasiswa yang harus membagi waktu kuliah dengan latihan olahraga pada pagi hingga sore hari berbeda dengan atlet yang fokus berlatih setiap waktu. Perbedaan ini terbilang vital karena usia 14-18 merupakan saat yang tepat bagi atlet untuk meningkatkan kondisi fisik.
Alasan kedua adalah karena industri basket saat itu menyenangi pemain yang lebih muda. Jika berhasil memolesnya dengan tepat, maka ia akan menjadi investasi yang menguntungkan. Jika gagal? Setidaknya masih ada waktu untuk dipinjamkan ke klub lain.
Amerika Serikat melalui NCAA mematahkan pandangan ini. Sistem keolahragaan di Amerika Serikat memungkinkan mahasiswa yang berbakat dalam bidang olahraga untuk berkompetisi di level profesional.
Salah satu contoh suksesnya adalah Christian Laettner. Ia bermain untuk Duke University (Duke Blue Devils) tahun 1988-1992. Bersama tim ini dia menguasai NCAA Basketball Divisi I. Selain itu Laettner sukses masuk Tim Nasional Basket Amerika yang memenangi medali emas Olimpiade Barcelona 1992 atau yang dikenal dengan The Dream Team. Usai kompetisi NCAA, Laettner juga masuk NBA Draft dan diambil oleh Minnesota Timberwolves.
NCAA Basketball
NCAA basket terbagi menjadi tiga divisi. Divisi I, II dan III. Baik pria maupun wanita. Untuk pria, Divisi I diikuti 68 tim, Divisi II 64 tim dan Divisi III 62 tim. Untuk wanita, masing-masing divisi diikuti 64 tim.
Dari tiga level divisi tersebut, yang paling menarik perhatian tentunya NCAA Divisi I. Turnamen ini digelar dengan sistem gugur setiap musim semi di Amerika Serikat. 68 tim basket perguruan tinggi ini memperebutkan gelar juara nasional.
Karena sebagian besar laga dimainkan selama bulan Maret, maka turnamennya dikenal dengan nama March Madness. Turnamen March Madness saat ini telah berkembang menjadi salah satu acara olahraga tahunan paling terkenal di Amerika Serikat.
Kuota 68 tim peserta turnamen diambil dari 32 tim teratas Divisi I termasuk juara tahun lalu. Sedangkan 36 tim lainnya dipilih melalui seleksi yang dilakukan oleh panitia NCAA. Biasanya laga seleksi ini digelar di Dayton, Ohio, pada minggu sebelum turnamen. Sehingga pertandingan ini dikenal dengan Selection Sunday.
Setelah terpilih, 68 tim itu akan dibagi menjadi empat wilayah. Wilayah Timur, Selatan, Midwest dan Barat. Untuk menjadi juara mereka harus melewati beberapa ronde. Antara lain, First Four, First Round, Second Round, Regional Semi-finals (Sweet Sixteen), Regional Finals (Elite Eight), National Semi-finals (Final Four) dan National Championship.
NCAA merupakan pintu gerbang menuju NBA. Karena pemain-pemain berbakat yang akan mengikuti NBA Draft kebanyakan diambil dari sana. NCAA diakui sebagai liga pembinaan pemain muda paling baik di Amerika. Meskipun ada juga pemain asing dari luar Amerika yang bisa saja masuk dalam Draft. Namun NCAA selalu jadi pilihan pertama.
Nama-nama besar dan legendaris NBA yang kita kenal 20 tahun terakhir umumnya berasal dari NCAA. Mereka antara lain Michael Jordan (University of North Carolina), Shaquille O'Neal (LSU) dan Allen Iverson (Georgetown University).
Melihat potensi-potensi pemain yang terus berkembang, NCAA dan NBA mengeluarkan aturan baru tentang atlet kampus yang boleh ikut sistem rekrut draft NBA. Seorang atlet mahasiswa bisa menghubungi klub profesional saat pasar profesional dibuka tanpa memengaruhi status amatirnya. Tidak terbatas pada Divisi I, II atau III. Semua tim NBA bisa melirik pemain NCAA manapun baik yang masuk dalam draft atau tidak. Ini artinya peluang pemain NCAA direkrut tim NBA sangat besar.
Perubahan aturan ini dirancang untuk membantu atlet mahasiswa membuat keputusan lebih awal. Ingin memilih akademik atau menjadi atlet sepenuhnya. Juga memberikan waktu bagi pelatih untuk melihat kemampuan atlet yang akan direkrutnya. Sebab atlet yang akan direkrut diperbolehkan untuk mengikuti latihan bersama tim NBA.
"Ini merupakan perkembangan yang positif bagi atlet mahasiswa untuk menjelajahi mimpi mereka ke profesional," kata Dan Gavit, NCAA Vice President of Men's Basketball. "Ini akan memberi waktu bagi mereka untuk berpikir, dan menggali informasi tentang tim NBA sebelum membuat keputusan penting. Selain itu, ini memungkinkan bagi mereka untuk memilih kembali ke kampus."
Menjaga Tetap Di Jalur Amatir
Model perguruan tinggi olahraga yang diinginkan NCAA mengutamakan syarat utama bahwa dia adalah seorang mahasiswa, bukan atlet profesional. Sertifikasi amatirisme memastikan hal tersebut tetap terjaga dan diterapkan secara tegas oleh NCAA di setiap divisi. Proses uji kelayakan atlet mahasiswa dilakukan langsung oleh NCAA Eligibility Center.
NCAA juga mengatur atlet mahasiswa soal kegiatan yang berbau komersial. NCAA sangat ketat dalam hal ini, demi menjaga persyaratan amatirisme. Jika seorang atlet mahasiswa perguruan tinggi terbukti muncul dalam sebuah iklan komersial atau menerima bayaran dari hal yang berbau komersial maka sertifikasi kelayakannya bisa dipertanyakan.
Namun NCAA juga tak seketat itu. Pasalnya, jika seorang atlet tampil di acara komersial atau lainnya untuk alasan lain selain kemampuan olahraga atau cabang olahraga yang digelutinya, maka ia boleh dapat dikompensasikan. Namun, jika berpartisipasi karena kemampuan olahraga yang dimiliki, maka dia mungkin tidak dibayar. Namun, boleh menerima biaya makan atau penginapan saja.
Rata-rata setahun pemain Divisi I menerima 100 ribu dolar Amerika pertahun. Sebanyak 80 ribu dolar untuk membiayai sekolah, sisanya untuk peralatan dan transportasi. Namun pihak universitas rata-rata menghabiskan 500 ribu dolar untuk pembiayaan setiap atlet pertahun untuk meningkatkan kemampuan basket atletnya. Jadi untuk menutup kerugian tersebut universitas menjual tiket, makanan bahkan jersey sekolah. Untuk hal itu, seorang pemain atau atlet mahasiswa dapat kompensasi.
Meski begitu, NCAA tetap mengawasi pemberian kompensasi ini. Kasus yang sempat terjadi bahwa sebagian besar atlet mahasiswa kurang bertanggung jawab ketika memiliki uang dalam jumlah banyak.
"Universitas mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mencegah atlet menyalahgunakan status selebriti yang menjadi potensi lain mereka," tulis Roy Shadmon dalam situs The Oracle. "Dengan belajar mengatur uang dari komersial yang mereka dapat selama ada di universitas, mereka akan belajar untuk lebih dewasa saat mereka menerima jutaan dolar bila mereka sudah masuk ke tim profesional nanti."
Bekal Usia Senja
Atlet bukanlah profesi yang dijalankan dalam rentang waktu yang panjang. Umumnya atlet hanya bertahan hingga akhir usia 30-an.
Perlu bekal bagi atlet saat menjalani masa pensiun. Tidak sedikit yang mengambil tes kepelatihan, menjadi komentator, dan lainnya yang masih berkaitan. Sayangnya, lowongan untuk hal yang berkaitan dengan basket, tidak sebanyak mereka yang pensiun.
Ada banyak alasan mengapa atlet perlu lulus dari perguruan tinggi. Penelitian dari The College Board pada 2013 menunjukkan bahwa pendapatan penerima gelar sarjana 65 persen lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan SMA. Di Amerika, sejumlah perusahaan juga secara spesifik membuka lowongan bagi pelajar-atlet.
Lewat sistem yang rapi, NCAA begitu dinantikan utamanya bagi atlet yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Meski tidak langsung bergabung dengan klub olahraga usai lulus sekolah menengah, mereka masih punya kesempatan untuk bergabung dengan klub profesional lewat draft.
Belajar di universitas memberikan mereka kesempatan kerja yang lebih besar. Jika atlet merasa tidak bisa mencapai penampilan yang maksimal, atau mendapatkan cedera sehingga tidak bisa mengembalikan performa terbaik, mereka masih memiliki harapan untuk membuka peluang usaha lain.
Penerapan sistem draft serta memaksimalkan kompetisi antar perguruan tinggi, setidaknya dapat meminimalisasi atlet atau pebasket yang hidup tak layak setelah pensiun. Apalagi pebasket yang secara karier tidak sukses sehingga tidak menghasilkan uang yang cukup untuk hidup.
Tambahan
Disiarkan di Televisi Internasional - Turnamen basket NCAA disiarkan televisi sejak tahun 1969. Saat ini, pertandingan disiarkan oleh CBS, TBS, TNT, dan TruTV dengan trade-nama NCAA Madness March. Sejak 2011, semua pertandingan bisa disaksikan di televisi nasional dan internasional, seperti di Filipina dan Kanada. Banyaknya media yang meliput membuat popularitas turnamen ini meningkat.
Juara Nasional NCAA - Dengan 11 gelar nasional, UCLA (University of California Los Angeles) menduduki rangking pertama sebagai juara NCAA terbanyak Divisi I. Diperingkat kedua ada Universitas Kentucky dengan delapan kali juara. Sedangkan University of North Carolina, Duke University, dan Indiana University menjadi peringkat ketiga setelah berhasil mengumpulkan lima gelar juara nasional.
Foto: NCAA