Stapac Jakarta akhirnya berhasil mengakhiri paceklik gelar. Mereka belum pernah juara lagi sejak 2014, tetapi IBL 2018-2019 menjadi berbeda karena satu hal: Stapac tampil luar biasa demi juara. Abraham Damar Grahita, salah satu penggawa Stapac, tentu mengetahui itu. Ia merasainya sambil berjalan masuk kembali ke C-Tra Arena.
Bram—sapaan akrabnya—saat itu baru saja selesai meladeni awak media untuk konferensi pers. Namun, ia masih punya waktu meladeni Mainbasket dan kru untuk satu kali wawancara lagi. Kami ingin berbicara sebentar untuk memintanya meluapkan pikiran tentang gelar juara pertamanya.
Bagaimanapun, IBL 2018-2019 telah menjadi tahunnya Bram. Sebab, ia tidak hanya merengkuh gelar juara untuk pertama kali, tetapi juga gelar Sixth Man of the Year dan sepatu khusus (signature shoes) dari kerja samanya dengan DBL dan Ardiles di waktu yang sama. Dengan adanya sepatu itu, Bram bahkan meretas batas (breaking the barriers). Ia menjadi pemain pertama dan satu-satunya yang punya sepatu khusus di Indonesia. Sepatu itu bernama DBL Ardiles AD1.
Dalam wawancara itu, kami juga sempat menyinggung tentang sepatu khusus Bram. Apalagi saat itu ia mendapat hadiah AD1 dengan balutan kustomisasi ala Find Your Heat yang dibuat khusus untuk pertandingan final. Pada bagian sampingnya ada dua gambar karakter anime Dragon Ball: Shen Long dan Oozaru. Menurut Bram, pilihan kustomisasi sepatu itu bermakna khusus.
Apa artinya?
Simak wawancara berikut:
Komentar untuk pertandingan final seperti apa?
Tough game, cuy. Itu bukan final yang gampang. Nobody thought it would be easy. Tapi, kami menjalankan apa yang ada sesuai dengan gameplan, jadi lancar-lancar saja.
Stapac meraih kemenangan beruntun. Entah yang ke berapa.
Lupa, kan? Saya juga lupa.
Pencapaian seperti apa itu?
Pencapaian luar biasa banget, sih. Menangnya straight 20 sekian sampai juara. Tidak terkalahkan.
Cuma, karena kemenangan straight itu, semua ingin mengalahkan Stapac. Stapac jadi target. Lihat saja motivasi tim lain itu pasti lebih. Lebih banget.
Ini juara pertama Abraham. Berarti apa untuk ke depannya?
Ya, ini kayak, pemain nomor punggung empat juara di tahun keempatnya.
Ini awal pencapaian yang bikin saya termotivasi buat jadi lebih baik lagi. Karena biarpun juara, masih banyak kekurangan-kekurangan. Entah individu saya. Entah tim ini sendiri. Buat kami berkembang jadi jauh lebih baik lagi. Dan, kami setelah juara pasti jadi incaran orang-orang. Itu kami jadi lebih berbenah saja, sih.
Selain itu, Abraham juga mendapatkan gelar Sixth Man of the Year. Apa pendapatnya?
Ya, lumayanlah. Pelatih pertama yang berani membuat saya duduk di bench, sih. Disyukuri saja. Itu cuma bonus. Yang penting target tim tercapai.
Abraham juga jadi pemain pertama yang punya signature shoe.
Bagus gak? Shen Long.
Apa yang membuat Abraham kustomisasi AD1 seperti itu?
Tidak, ini hadiah dari teman saya. Saya, kan, join (usaha) sama teman. Jadi, karena kami Cina, karena final itu spotlight-nya banyak banget, banyak banget yang lihat sepatu, jadi teman saya bela-belain bikin.
“Ya, sudah, ini hadiah karena kamu masuk final.”
Karakter yang ditunjukkan di sini, kan, Shen Long dan Oozaru yang punya karakter powerfull banget di dunia Dragon Ball. Jadi, supaya semangat powerfull-nya terbawa sampai final.
Harapannya dari hasil juara ini apa?
Kontraknya naik dua kali lipat.
Ada lagi tidak?
Ya, semakin banyak menginspirasi adik-adik di luar sana buat main basket. Supaya dapat sepatu. Supaya juara. Supaya bisa kuliah. Membahagiakan orang tua. Mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
Foto: Hariyanto