Stapac Jakarta tampil luar biasa di IBL 2018-2019. Mereka hanya kalah sekali di musim reguler. Mereka bahkan tidak terkalahkan di playoff. Stapac juara dengan sapu bersih 2-0 melawan klub sekelas Satria Muda Pertamina Jakarta. Itu semua terjadi tidak hanya karena satu atau dua pemain, melainkan menang sebagai tim. Setidaknya, itulah yang dipercaya pemain veteran mereka, Isman Thoyib.

Thoyib mengaku senang dengan solidaritas pemain Stapac. Ia melihat mereka berusaha satu padu sampai akhir. Thoyib sebagai pemain veteran pun jadi tidak sulit mengatur rekan-rekannya yang lebih muda. Mereka bisa diandalkan sehingga tugas Thoyib di tim tidak terlalu berat. Stapac pun bisa meraih gelar juara.

Thoyib sudah meraih gelar juara enam kali selama kariernya. Ia meraihnya bersama dua klub: Aspac/Stapac Jakarta (5) dan CLS Knights Surabaya (1). Setelah ini, ia belum tahu akan berusaha meraihnya lagi atau tidak. Sebab, usianya sudah mencapai 35 tahun (36 pada 18 Agustus 2019). Ia sudah tidak semuda dulu lagi. Thoyib bisa saja memutuskan pensiun jika ia mau. Namun, ia rupanya belum fokus berpikir ke arah sana.

“Saya belum fokus soal itu,” kata Thoyib soal pensiun. “Soalnya kemarin saya sudah memutuskan untuk pensiun. Saya punya pekerjaan sebagai PNS di Jawa Tengah. Saya kerja di Disporapar.”

Pemain bernomor punggung 34 itu memang sempat pensiun, tetapi ia muncul lagi. Pemerintah Jawa Tengah bahkan mengizinkannya untuk terus bermain. Oleh karena itu, ia tidak mau berkomentar lebih jauh tentang rencana pensiun. “No comment,” katanya.

Sementara itu, rekan-rekan setimnya berharap Thoyib kembali musim depan. Abraham Damar Grahita, misalnya, ingin Thoyib tetap di tim untuk membimbing pemain-pemain muda. Setidaknya untuk satu tahun lagi.

“Biar kasih contoh yang muda-muda buat jaga kondisi biar bisa main sampai umur segitu,” kata Abraham, pemain Indonesia pertama yang punya sepatu sendiri bernama DBL Ardiles AD1.

Keinginan Abraham sebenarnya masuk akal. Stapac musim depan berpotensi ditinggalkan beberapa pemainnya. Salah satunya Fandi Andika Ramadhani. Rama—sapaan akrabnya—sudah mengumumkan pensiun. Keberadaan Thoyib sebagai senior semakin dibutuhkan.

Menurut Rama, Thoyib memang punya peran yang sama dengannya ketika bermain untuk Stapac. Mereka sama-sama bertugas untuk mengayomi para pemain muda. Mereka bertindak sebagai mentor. Namun, Rama justru tidak mau memaksa siapa pun untuk lanjut atau berhenti.

“Saya, sih, tidak bisa memaksa atau bagaimana,” kata Rama. “Keputusan apa pun yang terbaik. Saya selalu dukung sebagai teman yang sudah bareng-bareng lama di Aspac.”

Dengan berbagai pendapat itu, Thoyib boleh saja mempertimbangkan kemungkinan kariernya. Ia bisa pensiun atau melanjutkan karier sebagai pebasket. Seandainya pensiun, Thoyib juga tidak akan merasa rugi. Ia akan menutup kariernya dengan manis. (GNP)

Foto: Gagah Putra

Komentar