Puma memang 17 tahun berhenti dari dunia basket. Meski begitu, pabrikan asal Jerman ini pernah bersaing di jajaran produsen sepatu basket era 1990-an. Sepatu Palace Guard OG dulunya dipakai legenda Detroit Pistons, Isiah Thomas, saat menjuarai liga tahun 1989 dan 1990. Kini, Puma merilis ulang –biasa disebut sebagai me-retro– sepatu ini dalam warna orisinalnya.

Pemilihan warna biru-merah-putih ini memang lekat dengan tim yang bermarkas di The Palace of Auburn Hills itu. Pistons cenderung menggunakan padanan tersebut pada seragam kandang. Begitupun dengan lapangan yang acap kali didekorasi dengan stiker lapangan berkombinasi tersebut. Gedung ini memang sudah ditutup 2017 silam. Namun, perilisan Palace Guard OG juga sebagai bentuk penghormatan atas rumah kejayaan Pistons era klasik.

Edisi ini sekaligus memperkenalkan kembali bantalan yang jadi andalan Puma di era tersebut. Terinspirasi dari sarang lebah yang lembut saat ditekan, Puma seakan mempresentasikan salah satu bantalan bernama Trinomic. Bantalan ini terbuat dari karet berbentuk segienam yang dimampatkan satu dengan yang lain dan ditempatkan di bawah kaki bagian belakang segaris dengan tulang kering. Menurut Puma, bantalan ini bisa memberi rasa empuk dan nyaman bagi kaki.

Pada bagian atas, Palace Guard OG masih memperlihatkan bagaimana bentuk sepatu basket yang populer era 1990-an. Bahan kulit yang dijahit berlapis serta memasang panel plastik di ujung lubang sepatu untuk membantu memberikan kerapatan. Lidah sepatu ini dihias ornamen yang melambangkan logo klasik Puma Hoops –siluet macan kumbang berlatarbelakang bola basket.

Perilisannya dibarengi dengan siluet baru yang sempat dipakai DeMarcus Cousins yaitu Puma Uproar. Kombinasi tiga warna pada sepatu baru ini menghadirkan kesan klasik modern. Dengan teknologi dan bahan yang sangat berbeda, Puma Uproar Palace Guard jauh lebih ringan dari Puma Palace Guard OG mengingat sepatu tersebut dipakai untuk kebutuhan bertanding pebasket modern.

Puma Uproar Palace Guard OG milik DeMarcus Cousins.

Inilah prevalensi yang hanya dimiliki pabrikan lawas. Mereka bisa merilis ulang siluet-siluet legendaris yang sempat tenggelam karena zaman. Nike, adidas, dan Puma melihat peluang ini sebagai cara untuk menggaet kembali pangsa pasar lebih tua. Pergeseran fungsi sepatu tampaknya sudah tidak lagi mengagetkan. Lihatlah bagaimana Air Jordan 1, Puma Suede, maupun adidas Superstar yang kini jadi sepatu kasual walau dulunya menghiasi lapangan kayu NBA.

Dalam perilisan Palace Guard OG, kombinasi warna dan sosok Isiah Thomas yang populer era 1990 memperlihatkan cara pemasaran yang lazim dilakukan untuk edisi retro. Kebiasaan ini sudah dilakukan Nike dan Jordan setiap tahun untuk edisi basket. Sementara adidas, New Balance, Saucony, maupun Asics dan Mizuno mulai memunculkan lagi sepatu lari klasik mereka.

Sebuah tantangan besar yang harus dihadapi pabrikan baru untuk bersaing di ranah ini. Sebut saja Under Armour. Mereka harus bisa bersaing dengan sepatu-sepatu retro mengingat pabrikan asal Baltimore itu tidak punya siluet tua. Kehadiran Stephen Curry, Joel Embiid, Dwayne “The Rock” Johnson, dan pesohor lain jadi tombak pemasaran produk mereka.

Foto: Puma Hoops

Komentar