Ronaldo de Assis Moreira, lebih dikenal sebagai Ronaldinho, lahir tepat 39 tahun lalu. Dia adalah legenda sepak bola Brazil. Lemari trofinya penuh sesak. Meskipun saya bukan penggemar Barcelona atau AC Milan, apresiasi tetap terjunjung tinggi. Tulisan tentang Ronaldinho ini saya dedikasikan untuknya, dari seorang penggemar yang bahkan belum pernah bertatap muka dengan idolanya.
Sepak bola adalah olahraga sejuta umat. Tidak ada bantahan akan argumen tersebut. Piala Dunia, Liga Champions Eropa, dan kompetisi besar lainnya mengundang jutaan pemirsa. Meski kita sengaja tidak terlalu mengikuti perkembangannya, paparan media membuat kita mau tidak mau mendengar pembahasan tentang sepak bola. Sosok pemain fenomenal akan selalu jadi tajuk utama. Sebelum Christiano Ronaldo atau Lionel Messi merajai, ada seorang pemain bernama Ronaldinho.
Lahir dan tumbuh di Brazil, keluarga jadi penyebab mengapa ia terjun menjadi pesepak bola. Ayahnya, Joao de Assis Moreira, adalah seorang nelayan dan pesepak bola akhir pekan untuk Esporte Clube Cruzeiro. Sementara kakaknya, Roberto de Assis Moreira, bermain bola untuk tim Gremio Junior. Karirnya harus terhenti karena Roberto dan Sang ayah mengalami konflik hingga membuat kepala Roberto cedera berat.
Diam-diam, Ronaldo kecil mengasah kemampuan bermain bola di jalanan dan pantai Kota Porto Alegre. Ia pun masuk tim Gremio Junior saat usianya delapan tahun dengan pengalaman bermain futsal. Dalam bahasa portugis, “Inho” berarti kecil. Julukan itu disematkan karena Ronaldo adalah pemain berpostur terkecil juga berusia termuda di tim. Itulah asal muasal nama Ronaldinho yang ia gunakan untuk berkarir di level profesional.
Karirnya di Benua Biru bermula saat Paris Saint Germain membelinya pada 2001. Ia kemudian menjalani masa keemasan bersama Barcelona tahun 2003-2008. Ronaldinho sempat merasakan setim dengan David Beckham, Kaka, dan Andrea Pirlo di AC Milan hingga 2011. Setelah itu, ia kembali ke Brazil untuk menjalani karir dengan tim lokal hingga pensiun dari lapangan hijau tahun 2015.
Di level internasional, Ronaldinho berhasil mengangkat Piala Dunia untuk negaranya tahun 2002. Trio Ronaldo, Rivaldo, dan Ronaldinho diagungkan sebagai ujung tombak kemenangan. Gaya permainan Joga Bonito yang diperagakan fenomenal kala itu. Selang enam tahun, ia memimpin timnya untuk meraih medali perunggu di ajang Olimpiade Beijing tahun 2008.
Nike, Pepsi, Coca Cola, EA Sports, Danone, dan Gatorade adalah pihak-pihak yang mensponsori Ronaldinho semasa berkarir. Tahun 2006, ia jadi pesepak bola dengan bayaran iklan tertinggi, sekitar AS$16 juta. Kesibukannya semakin padat ketika ia jadi wajah untuk program kemanusiaan di bawah naungan UNICEF di tahun yang sama. Museum patung lilin Madame Tussaude di Hong Kong membuatkannya patung yang diresmikan pada Desember 2007 atas prestasinya.
Total, Ronaldinho meraih puluhan penghargaan atas karirnya yang gemilang di lapangan hijau. Sebanyak 13 trofi kompetisi klub, lima trofi untuk tim nasional, dan 35 trofi individu.
Ronaldinho dan Kobe Bryant bertemu di Los Angeles 2006 silam.
Tahun 2006, Ronaldinho berkesempatan mengunjungi Los Angeles. Di sana, ia bertemu Kobe Bryant dalam sebuah acara. Pebasket berjuluk “Black Mamba” menjabarkan ceritanya ketika Goal.com mewawancarainya tentang pengalaman bertemu Sang pemain. Bukannya cerita tentang siapa dirinya atau prestasi personal, Ronaldinho justru memperkenalkan Kobe pada calon pemain terhebat di masa depan. “Saya ingat waktu itu dia (Ronaldinho) datang dengan beberapa pemain FC Barcelona. Tiba-tiba, ia menunjuk seorang pemuda yang menurutnya akan jadi pemain sepak bola” katanya.
Ronaldinho: “Lihatlah, anak itu akan jadi pemain sepak bola terbaik sejagad”
Kobe: “Kamulah yang terbaik! Memangnya siapa dia?”
Ronaldinho: “Namanya Lionel Messi”
Waktu itu usia Messi, lanjut Kobe, antara 17 atau 18 tahun. Mereka lalu bertemu secara personal ketika keduanya membela Negara masing-masing di ajang Olimpiade Beijing 2008.
Ronaldinho dan Joel Embiid di sela NBA All-Star 2017.
Setelah pensiun, Ronaldinho ditunjuk Blaugrana menjadi duta global. Tugas itu membawanya berkunjung ke berbagai tempat di dunia. Pada 2017, Ronaldinho dan Presiden Barcelona Jose Maria Bartomeu menyaksikan pertandingan NBA All-Star dan bertemu beberapa pemain kawakan. Ia membawa oleh-oleh seragam Barcelona yang dibuat khusus untuk para bintang seperti Anthony Davis, Draymond Green, Kevin Durant, James Harden, LeBron James, Stephen Curry, Klay Thomson, Marc Gasol, dan Giannis Antetokounmpo.
Ronaldinho bisa jadi pesepak bola dengan profil baik tanpa catatan minor sepanjang berkarir. Tidak ada kasus kriminal maupun permasalahan dengan rekan setim yang muncul ke pemberitaan. Senyumnya yang khas akan selalu diingat penggemarnya. Selain itu, sikapnya bertanding layak diacungi jempol di mana ia sangat menjunjung tinggi sportivitas. Gaya permainannya yang menghibur akan selalu dikenang sebagai salah satu yang terbaik di era 2000-an.
Sebagian pemain sepak bola dinobatkan sebagai pemain yang tidak akan dibenci. Daftar ini berisi pemain yang menunjukkan prestasi dan minim sensasi. Bahkan, para pemain itu mendapat tepuk tangan dari penggemar tim lawan. Ronaldinho pernah mendapatkannya ketika berhasil menumbangkan Real Madrid. Nama seperti Paolo Maldini, Ronaldo, Kaka, Carlos Puyol, Andres Iniesta, Steven Gerrard, Frank Lampard, hingga Paul Scholes akan dikenang dalam trofi imajiner penggemar sepak bola tersebut.
Dengan usianya yang tak lagi muda, Ronaldinho tetap seperti yang biasa dikenal dulu meski tak lagi merumput. Ia kini lebih banyak menghabiskan waktu di Brazil untuk berkumpul dengan keluarga. Sejauh ini, tidak ada pemberitaan yang mengaitkannya dengan profesi kepelatihan atau manajerial tim sepak bola. Tampaknya, ia tengah asyik menikmati hasil jerih payahnya jadi pesepakbola level dunia.
Stephen Curry menghadiahinya Under Armour Curry 3 Low yang ditandatangani secara personal.
Foto: NBA, Sporting News, Nathaniel S. Butler/Getty Images