Final IBL 2018-2019 yang mempertemukan Stapac Jakarta melawan Satria Muda Pertamina Jakarta akan dimulai besok, Kamis, 21 Maret 2019. Untuk laga pertama, akan berlangsung di Britama Arena, Jakarta. Sementara itu, pertandingan kedua dan bila ada laga ketiga akan digelar di C-Tra Arena, Bandung, pada 23 dan 24 Maret 2019. Menjelang final kali ini, mayoritas kepala pelatih kontestan IBL mengungulkan Stapac Jakarta.

Kencana Wukir, kepala pelatih Pacific Caesar menganggap bahwa Stapac menjadi tim yang sudah teruji konsistensinya selama musim reguler. Bahkan mereka juga mengalahkan Pacific Caesar di babak semifinal dengan kemenangan mutlak, 2-0.

"Stapac kini timnya lengkap. Mereka konsisten, dan sudah teruji selama musim reguler. Mereka tahu caranya menang dan menghadapi lawan. Tapi Stapac harus berhati-hati, bila Satria Muda bisa memaksimalkan peran Arki (Dikania Wisnu)," kata Kencana Wukir. "Kalau Satria Muda saat ini juga timnya kurang lengkap. Absennya Jamarr, membuat opsi Satria Muda hanya di Dior (Lowhorn) dan Arki."

Kepala pelatih Prawira Bandung, Andre Yuwadi, juga berpendapat sama. Stapac saat ini lebih diunggulkan karena komposisi tim yang lengkap. Meski begitu, aroma final dan gengsi kedua tim bisa saja membuat hitungan di atas kertas meleset.

"Untuk saat ini, mungkin Stapac lebih diunggulkan. Tapi menurut saya, dengan gengsi kedua tim tersebut, final masih sulit ditebak. Permainan Stapac masih konsisten. Sebaliknya, Satria Muda menunjukkan performa yang terus membaik di playoff. Kita akan lihat, adjustment apa yang akan dilakukan kedua tim di partai final nanti," katanya.

"Memang di atas kertas, Stapac akan unggul dari Satria Muda. Sebab Satria Muda akan bermain dengan satu pemain asing. Logikanya tentu seperti itu. Tapi ini final, anything can happens. Saya melihat grafik permainan Satria Muda sedang naik di playoff," kata Raoul Miguel Hadinoto, kepala pelatih Bima Perkasa Yogyakarta.

Kepala pelatih Hangtuah, Andika Supriadi Saputra menjagokan Stapac. Tim asuhan Giedrius Zibenas tersebut dinilai jadi tim paling konsisten di liga musim ini.

"Saya pegang Stapac. Tahun ini Stapac sangat berkarakter dan sangat konsisten di liga," tegasnya.

"Saya cenderung ke Stapac, kalau melihat rekor di musim reguler, mereka hanya satu kali kalah. Kalau dilihat dari 10 kali pertemuan di final, atau sejarah kedua klub, maka pasti akan seru. Keduanya sama-sama mengumpulkan lima kali kemenangan di final. Satria Muda punya kans untuk menang," ucap Paul Mario Sanggor, kepala pelatih Siliwangi Bogor.

Pendapat berbeda disampaikan oleh Efri Meldi, kepala pelatih Satya Wacana Salatiga. Ia menilai justru Satria Muda akan tampil lebih lepas ketika mereka tidak menjadi unggulan. Ini yang menjadikan Satria Muda lebih berbahaya di final nanti.

"Saya pegang Satria Muda. Alasannya lebih ke masalah pressure-game saja. Ditambah lagi, mereka tidak diperkuat oleh Jamarr (Andre Johnson). Saya rasa, Satria Muda akan tampil lebih lepas dan lebih kompak. Tidak ada beban saat mereka bertanding di final nanti," ucapnya.

Stapac dan Satria Muda terakhir bertemu di final pada laga puncak NBL Indonesia 2013-2014. Saat itu, Stapac menang 83-67. Namun itulah gelar terakhir yang didapatkan oleh Stapac Jakarta. Sebab dalam empat musim berikutnya, Stapac tidak pernah masuk ke final. Sementara Satria Muda mengumpulkan dua gelar juara, yaitu NBL Indonesia 2014-2015 dan IBL 2017-2018. Tentunya pertemuan antara kedua tim di laga puncak musim ini akan semakin menarik. (tor)

Foto: Hariyanto

Komentar